Wilda Kumala Sari
Penulis Pucukmera.id
PUCUKMERA.ID — Jika melihat media sosial saat ini, kita akan menemukan berbagai macam ekspresi warganet di berbagai kolom komentar. Ada yang memberikan pendapat untuk hal tertentu, ada pula yang saling adu argumentasi satu sama lain. Media sosial sudah menghapus sekat dalam hubungan sosial. Setiap individu saling terkoneksi dan saling berkomunikasi meski tidak berada di tempat yang sama.
Di tengah maraknya tendensi perpecahan dan saling hujat di tahun pemilu ini. Berbagai hujatan antar pendukung calon pasangan presiden misalnya, sudah mulai menyebar di berbagai kolom komentar bahkan konten-konten di media sosial. Padahal bisa jadi target hujatan ditujukan kepada orang yang hanya ingin memberikan perspektif yang ia miliki, namun dikarenakan perbedaan pandangan, ia berpotensi menjadi korban hujatan atas pandangan yang ia bagikan.
Dunia media sosial menjadi tempat yang tidak lagi aman untuk individu menyampaikan pendapat yang ia punya. Alih-alih sebagai tempat beradu argumentasi secara sehat, media sosial digunakan untuk saling menyebarkan ujaran kebencian hanya karena perbedaan pilihan calon presiden.
Media sosial memang mempermudah kita dalam berkomunikasi, namun tak bisa dipungkiri bahwa ada potensi negatif bagi penggunanya. Salah satunya adalah hujatan dan ujaran kebencian yang tak terbendung di media sosial. Data UNICEF tahun 2022 merilis bahwa sebanyak 45% dari 2.777 responden anak Indonesia mengaku menjadi korban cyberbullying atau tindakan perundungan yang dilakukan melalui media maya.
Walaupun fenomena ini sudah disadari, sayangnya masih belum ada regulasi yang jelas untuk mengatur ujaran kebencian maupun cyberbullying ini. Para pelaku cyberbullying dapat dengan mudah bertindak secara anonim melalui second account, sehingga perilaku negatif yang ia lakukan seakan hanya diketahui diri dan tuhan saja. Hal ini diperparah dengan kurangnya norma sosial yang dapat mengontrol berbagai perilaku tidak baik di media sosial.
Para penghujat juga menormalisasi ujaran kebencian tanpa memikirkan dampak yang ia berikan kepada orang lain. Padahal fakta menunjukkan bahwa korban dari ujaran kebencian di dunia maya memungkinkan mereka mengalami kecemasan sosial, harga diri yang rendah, gangguan tidur serta perasaan takut dan tidak aman. Ujaran kebencian juga dapat memicu kekerasan serta intoleransi. Sayangnya, belum banyak yang menyadari fakta bahwa apa yang kita ketik atau tuliskan akan berakibat fatal bagi orang lain.
Rendahnya kesadaran mengenai apa yang kemungkinan dirasakan oleh orang lain merupakan salah satu wujud dari ketiadaannya empati dalam diri individu. Empati, yakni kemampuan dalam mendalami perasaan atau ikut merasakan emosi yang dimiliki seseorang seakan ia berada di situasi orang tersebut. Dengan kata lain, empati merupakan usaha mau memahami perasaan dan situasi orang lain atau situasi feeling into a person or thing muncul dalam diri individu.
Kurangnya empati ini tentu menjadi kekhawatiran karena mempertanyakan di mana sisi kemanusiaan seorang manusia. Sejatinya, empatilah yang menjadi faktor penting dalam memanusiakan manusia dan membuat hubungan yang terjalin penuh kepedulian layaknya makhluk sosial. Melalui empati, antar individu dapat saling memahami, memberikan perhatian, saling membantu serta menumbuhkan rasa persaudaraan satu sama lain. Lantas bagaimana empati itu dimunculkan?
David Howe menunjukkan bahwa empati merupakan suatu usaha kognitif yang dilakukan individu. Artinya untuk menumbuhkan empati, seseorang perlu memiliki kemampuan untuk bisa memahami dan membayangkan situasi dari sudut pandang orang lain. Di samping itu, empati juga menuntut individu untuk mampu menganalisa serta menginterpretasi situasi yang kemungkinan akan terjadi di sekitarnya. Sehingga empati memerlukan kemampuan berpikir kritis, yakni salah satu kemampuan yang penting dimiliki pada abad 21 ini.
Kemudian seseorang yang memiliki empati secara afeksi memiliki keinginan untuk mau merasakan atas apa yang dirasakan orang lain. Sehingga diperlukan keterbukaan secara emosional terhadap orang lain atas tindakan dan perkataan yang dilakukan. Tentu akan percuma jika memiliki kemampuan untuk menganalisa apa yang kemungkinan dialami orang lain namun tidak memiliki kemauan secara emosional untuk bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Terakhir, Howe mengatakan bahwa empati juga diwujudkan dalam keterampilan komunikasi yang baik. Terkadang, kita sudah mampu memunculkan empati dalam diri namun kurang mampu ditunjukkan melalui komunikasi yang tepat. Komunikasi empatik diwujudkan dengan kalimat yang menunjukkan bahwa kita memahami apa yang dirasakan orang tersebut. Seperti kalimat, “Saya turut sedih dengan apa yang kamu alami,” “Pasti kamu kesal sekali ya setelah apa yang terjadi hari ini,” dan sebagainya.
Di sisi lain, Goleman mengemukakan karakteristik seseorang yang empatik adalah orang yang bisa ikut merasakan apa yang orang lain rasakan (sharing feeling) serta peka terhadap bahasa tubuh dan ekspresi emosi yang ditampilkan orang lain. Empati juga disebut perlu dibangun dengan kesadaran mengenali emosi yang dimiliki dan kemampuan kontrol emosi. Dengan kemampuan ini, individu bisa semakin terampil dalam memahami emosi orang lain.
Empati juga hendaknya diwujudkan dalam tindakan di mana ia mampu melakukan kontrol emosi yang dirasakan dan mengambil peran (role taking) dengan melakukan perilaku yang konkrit kepada orang lain. Oleh karenanya, tindakan yang dilakukan dapat mencerminkan apakah individu tersebut memiliki empati atau tidak. Individu yang memiliki empati akan memiliki kesadaran, dan kesadaran itulah yang mendorong ia bertindak dengan cara yang tepat dan positif kepada orang lain.
Dalam penggunaan media sosial, menumbuhkan empati menjadi penting untuk mewujudkan media sosial yang aman dan nyaman bagi setiap penggunanya. Meski tidak saling mengenal, kita bisa menumbuhkan empati dengan senantiasa berpikir terlebih dahulu atas ketikan jari yang ingin kita lakukan. Apa kira-kira yang orang lain pikirkan jika membaca kalimat atau narasi yang akan saya ketik ini? Bagaimana perasaan orang yang akan membaca atau melihat isi konten media sosial yang saya punya? Langkah apa yang bisa saya lakukan untuk bisa bertindak positif dan tepat bagi orang lain di media sosial?
Sikap empati ini mari kita sama-sama tumbuhkan saat menggunakan media sosial masing-masing. Empati akan membuat kita lebih bijak dalam bertindak, empati akan menjernihkan akal sehat yang kita punya di tengah-tengah banyaknya tendensi perpecahan di tahun pemilu ini. Empati pula yang akan mendorong kita menjadi sebaik-baiknya individu yang memiliki nilai kemanusiaan terhadap individu lainnya.
Pucukmera.id – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.
6 Comments
VAF shortener
Wah, tadi aku cek website ini, keren banget! Antarmukanya simpel, dan desainnya bagus banget. Puas deh!
VAF shortener
Makasih infonya yang berguna banget! Situsnya selalu update dan relevan. Buat yang suka pendekin link, coba deh V.af! Gue udah nyoba, gampang banget dan desainnya kece. Cek langsung di V.af ya. Terima kasih lagi buat kontennya, semangat terus!
ƒewuivi ƒe ɖeviwo ƒe amamaɖeɖenuwɔnawo a
child teen porn
падлеткавае порна
xnxx
Sportotobet giri� 2024
Sportotobet, spor bahisleri ve �evrimi�i casino oyunlar� sunan bir platformdur. Geni� bir spor bahisleri yelpazesi ve �e�itli liglerde y�ksek oranlarla bahis yapma imkan� sunar.
किशोर अश्लील
child porn