PUCUKMERA – Setelah sekian lama menahan lapar dan dahaga sepanjang hari, mulut diam-diam sambat. Hati menahan amarah, telinga tak lepas dari nyanyian keluh-kesah di sekitar. Telah sampailah kita di penghujung serangkaian ujian dan kemuliaan sebulan penuh. Selebrasi berceceran sebagai bentuk kemenangan yang diraihnya, mondar-mandir ke sana ke mari seolah hendak memberi tahu khalayak akan kemenangan yang akan diraihnya bersama. Hamdalah.

Berkunjung ke rumah sanak-saudara, tetangga dan kerabat dekat dihadirkannya. Salam-salaman ditunjukkanya, saling memohon maaf satu sama lain, melepas rindu dengan saudara yang telah lama tak ditemuinya. Menjadi pemersatu pertikaian yang pernah terjadi dilingkungan tetangga, mendekatkan kembali persahabatan yang mulai menjauh.

Dihadirkannya bermacam-macam warna di ruang tengah, yang tak kalah spesial adalah di ruang tamu tempat paling sakral untuk penyambutan sang raja. Bukan hanya pelangi yang ada di ruang tersebut, kilauan emas dan perak tampak menghiasi meja, bahkan seorang putri malu bergaun hijau ditutup selendang putih pun turut menjadi sajian di meja berharap banyak dicicipi oleh para tamu terhormat. Rasanya yang legit akan membuat tersenyum yang mengincipinya.

Kucing pun ikut menjaga ruang tersebut agar bebas dari gangguan asing, lidah kucing terlihat tegak menantang menunggu sambutan dari sang tamu. Air terjun tampak menghiasi sudut meja, ditawarkanya dalam bak-bak penampungan untuk menampung airnya. Dibalut dengan berbagai lebel, dengan alih-alih dengan proses yang terbaik, tak jarang juga air tersebut diolah menjadi berbagai warna dan rasa, ada warna coklat dengan rasa apel, merah muda berasa jambu, yang jelas tidak ada yang berwarna ungu pekat yang akan membuat sedikit mbliyut jika diminumnya, karena itu dilarang, merupakan budaya kuno yang tak patut tuk dilanjutkan dan ini adalah momen yang suci jangan coba menodainya yhaa~

Akhirnya waktu yang ditunggu datang, pintu rumah diketuknya penuh gembira. Tawa dilihatnya dari dalam rumah. Sesegera mungkin tuan rumah bergegas menyambutnya, dihaturkannya tuk duduk bersama sesekedar mengobrol kecil. Namun tak jarang ajakan tersebut diacuhkannya, memilih tuk salam-salaman saja karena masih ribuan yang belum dikunjunginya.

Hal ini tak membuat sang tuan putus asa, dilepasnya dengan senyuman yang teramat sangat manis dari kunjungannya. Kedua kalinya terdengar suara ketukan pintu dirumah. Secepat kilat disambutnya dihaturkannya lagi tuk duduk bersama al-hasil berbuah manis. Duduk bercengkrama berbincang kecil. Dibukanya toples warna warni, air kemasan didekatkannya. Semua berharap akan dimakan dan diminumnya. Waktu yang singkatpun membuat ia hanya sekedar minum tuk kemudian melanjutkan perjalanannya. Udah kayak spbu aja ya mampir ngisi bensin, hehe

Tak jarang ada prasangka pada pemilik rumah, apakah sajian yang dihidangkan ini tidak menarik, sepahit apakah coklat yang disajikannya. Mlempem seperti apakah kripik yang dihidangkannya. Ahh sudahlah mungkin semua sudah punya hidangan seperti ini masing-masing di tiap rumah. Yaa dinikmati saja dalam keluarga hidangan ini.

Terbesit di kepala, hmmm bagaimana kalo hidangan yang selama ini berupa makanan ringan dengan varian kripik wafer dan coklat serta minuman kemasan ini kita gantikan dengan uang dengan berbagai pecahan ya? Menarik sepertinya, bakal banyak yang duduk diruang tamu nih dan lahap akan disantapnya sajian ini. Boleh nggak yaa yang seperti ini. Hmm coba aja dehh, semoga dengan ini tidak menimbulkan hubbud dunya bagi pengunjung dan riya’ pada pemilik rumah. [didin]