Di negeri asal sastrawan besar dunia lahir; Pramoedya Ananta Toer, penyair dihabisi karena kata-kata. Wiji Thukul ialah bara api yang kini tumbuh disekujur tubuh generasi bangsa. Di negeri secuil surga, kayu dan batu jadi tanaman. Namun kini kayu dan batu tumbuh menjadi gedung-gedung tinggi menjulang yang melahirkan kemiskinan dan kelaparan.
Di negeri yang pernah melahirkan bapak revolusi; Soekarno, kini demokrasi keok oleh penumpang kapal-kapal partai politik. Soekarno, dengan kebesaran hati dan jiwanya mengatakan “perjuanganmu akan lebih berat karena melawan bangsamu sendiri”. Begitulah realitas bangsa yang sedang dipertontonkan para elit penguasa pada seluruh rakyat.
Panggung politik seperti arena pertempuran, saling klaim kebenaran, menebar kebencian, semua sama; membawa kepentingan perut dan golongan. Bukan kemakmuran atas seluruh bangsa.
Selamat datang di negeri ini, negeri yang riuh penuh kebisingan. Sesak oleh pemimpin yang larut dalam janji-janji politis, berdagang atas nama kemanusiaan. Sibuk mencari tanpa pernah memberi. Kelangkaan pemimpin benar terjadi, kami merindukan raga dengan penuh empati dan solusi. Pemimpin yang rela memungut sisa-sisa perang, meneguhkan jiwa yang terlanjur patah oleh ulah elit penguasa.
Jauh dari itu, di negeri yang terlanjur penuh arogansi, nyawa sering kali tak berarti. Mempertahankan tanah pribadi menjadi haram, sebab regulasi dimanipulasi. Hutan-hutan dibabat habis, orang utan terancam punah, singa tak lagi menjadi raja rimba, monyet lari menuju perkampungan warga. Dehumanisasi menjadi ancaman, pemerkosaan alam menjadi bencana menakutkan.
Dalam konteks peradaban saat ini, para punakawan dari cerita perwayangan relevan dihadirkan. Negeri ini butuh sosok kritikus sosial, penghibur, penasihat kesatria, serta sumber kebenaran dan kebajikan. Punakawan memilki karakter demikian.
Pemerintah butuh kritik untuk membangun, butuh penasihat untuk meluruskan kembali kereta api yang keluar dari jalurnya. Sumber kebenaran bukanlah apa yang di ucapkan elit istana. Rakyat butuh hiburan, tapi bukan dagelan pentas politik penuh kebencian.
Pertanyaannya, siapa yang berani menyelami kehidupan seperti ini? Kolam kehidupan yang dalam, keruh dan kotor.
Mirisnya roda berputar sedemikian rupa dari tahun ke tahun. Proses dialektik ini seperti suatu keniscayaan sepanjang zaman. Ada nelayan yang direnggut mata pencahariannya, reklamasi memaksa tangan berlayar lebih jauh lagi untuk membeli sesuap nasi. Sebab ikan-ikan enggan hidup berdampingan dengan beton dan besi, serta limbah industri. Ada pula puluhan petani yang bernasib sama, ada juga buruh yang tak kalah tragisnya.
Marsinah, buruh perempuan yang pernah lantang menuntut keadilan. Rasa hormat perlu kita tunjukkan padanya, Marsinah bersuara atas nama seluruh pekerja yang diberangus haknya. Meski langit terlihat mendung dan gunung-gunung terlihat murung membersamai kepergiannya. Layaknya Wiji, Marsinah abadi dan tumbuh dalam sekujur tubuh generasi hari ini.
Satu hal yang pasti tentang cerita negeri ini, terima kasih telah mengajarkan anak-anak kami tentang apa itu penindasan. Begitulah Wiji mengatakannya melalui sajak tanpa judul.
Begitulah sepenggal cerita tentang sebuah negeri. Mari bersumpah besok pagi kita akan jemput mentari, mengabarkan tentang kemenangan yang telah lama dinanti. Kelak, bukan lagi mimpi saat kita bicarakan pendidikan gratis bagi seluruh anak. Petani tak lagi takut akan datangnya alat berat yang menggerus sawahya, anak-anak tak lagi terpaksa mengorbankan lahan bermain demi pembangunan hotel dan gedung.
Sebab di negeri ini, kita bukanlah turis, tak perlu menghamba pada ketakutan. Sudah saatnya kita menghentikan barisan perbudakan. Lagi-lagi Wiji yang mengajari pada kita semua.
Pucukmera.ID – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangunkk budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.