Jika perihal cinta & asmara diajarkan di sekolah, saya yakin tidak akan pernah ada siswa yang mendapat nilai sempurna.
Semua manusia berhak merasakan cinta. Tak ada kisah cinta yang sempurna. Setiap kali ada kajian tentang cinta, sering disebut bahwa cinta adalah puncak dari fenomena mental manusia. Dinamis dan dilematis, ingatkah kapan pertama kali kita membutuhkan tempat bercerita tentang kisah cinta, kepada siapakah kita menceritakannya.
Siapakah yang peduli tentang sebuah kegagalan kisah cinta seseorang, “makan itu cinta” adalah jawaban paling sering terdengar dari respon kegagalan asmara. Cinta menjadi hal begitu sakral dalam lingkup masyarakat, seolah peta harta karun yang tidak boleh diketahui oleh sembarang orang.
Bahkan dalam upaya mentupi rasa cinta tak jarang banyak kebohongan dilakukan. Karena cinta semua manusia pernah berbohong, terutama pada orang tua, saudara, dan teman sebaya.
Dalam perjalanan kisah cinta di masyarakat seolah tak pernah ada yang berjalan mulus. Semua menemui berbagai masalah dan penghalang masing-masing. Harus mencoba berkali-kali untuk mendapatkan hubungan asmara yang nyaris sempurna.
Mungkin hanya Adam dan Hawa manusia paling beruntung di muka bumi. Cukup mencintai satu manusia sepanjang hidupnya, tidak pernah mengalami patah hati bahkan move on ke lain hati.
Patah hati menjadi tren yang tak pernah usang dari pergulatan sosial masyarakat. Tua, muda, remaja semua pernah merasakan. Tidak ada rumus pasti dalam pelajaran asmara dan tidak satu pun ada sekolah khusus yang mempelajari asrama manusia. Jika ada, mungkin tidak akan ada yang mendapatkan nilai sempurna.
Kawan saya pernah mengatakan bahwa asmara seperti “bumbu kehidupan, ada bagian manis, pahit dan asam”. Mencoba menemukan jalan cinta dengan menjalin komitmen seolah menanam bunga di atas langit, sulit. Hasilnya hanya kegagalan demi kegagalan yang tak kunjung menemui jawaban dan kepastian.
Lain hal dengan seorang kawan yang hingga usia hampir 25 tahun masih belum pernah sekalipun merasakan ‘pacaran’. Mungkin terdengar aneh di masa sekarang, masih ada remaja atau pemudi yang belum sekalipun mempunyai hubungan khusus dengan lawan jenis.
Ada dua alasan yang cukup menggelitik. Pertama, tidak tau cara memulai kisah cintanya. Kedua, mungkin tidak ada yang mau dan berani pacaran dengannya.
Melihat berbagai fenomena, membuat saya mempertanyakan darimana datangnya kemampuan atau pelajaran asmara. Sebuah ilmu pengetahuan datang dari permasalahan, setiap permasalahan dapat diatasi dengan keterbukaan dan kejujuran. Begitu pula dengan kisah asmara manusia, memiliki tempat tersendiri dalam menuangkan beragam kisah dan cara menyelesaiakan.
Dalam lingkup keluarga, hubungan anak dengan orang tua seringkali luput terkait cerita asmara sang anak. Tidak ada keterbukaan, orang tua cenderung kebingungan bagaimana cara bertanya, sedangkan anak malu untuk menceritakan kisahnya. Kebanyakan anak memilih bercerita pada teman dekat atau menuliskan dalam bentuk curhatan di buku atau sosial media.
Tidak ada kepastian dalam pelajaran cinta, baik ruang belajar dan siapa pengajarnya. Dalam tulisan ini saya mencoba menyusun dan menguraikan di mana saja manusia dapat belajar mengenai asmara.
Belajar dari orang tua dan saudara kandung
Seperti kita tahu, orang tua adalah manusia yang paling sering berada di sekitar anak. Selain faktor genetik, gerak-gerik keseharian orang tua mempengaruhi perilaku anak. Morrisan, mengemukakan bahwa suatu skema keluarga mencakup jenis orientasi tertentu dalam berkomunikasi. Terdapat dua jenis orientasi penting, yaitu orientasi percakapan (conversation orientation) dan orientasi kepatuhan (conformity orientation).
Dalam proses komunikasi anak belajar dan mengamati bagaimana orang tua mengungkapkan cinta. Lebih dalam lagi, ketika mereka memasuki usia remaja akan mencari tahu bagaimana proses orang tuanya bertemu hingga akhirnya menikah. Kisah cinta orang tua dengan berbagai kegagalan cenderung menjadi modal yang kuat untuk anak dalam menjalin asmara.
Kisah tersebut tidak boleh dikonsumsi secara mentah, karena kondisi zaman yang jelas berbeda. Pendampingan orang tua diperlukan untuk meluruskan dan memberi batasan cerita. Sedangkan saudara kandung menjadi sosok acuan, kakak akan menjadi contoh meski tidak selalu mutlak seperti itu.
Belajar dari teman dekat
Sering kali di awal sebuah cerita asmara terdengar sebuah kalimat “Asem, bener omonganmu” kemudian dibalas dengan “kandani ngeyel”. Bukti bahwa pengalaman empirik merupakan sumber belajar utama dalam asmara
Mungkin teman dekat ini lebih banyak tahu tentang kisah cinta, tempat berlari ketika tidak dapat bercerita dalam keluarga. Dari berbagai macam kisah yang diceritakan itulah sumber belajar berdasarkan pengalaman yang baik. Kisahnya benar-benar terjadi meski terkadang banyak penambahan rekaan cerita agar lebih mengharukan.
Dalam hubungan tersebut terdapat siklus belajar yang baik, meski semua yang dipelajari tidak dapat diterapkan langsung. Butuh pendalaman makna dan penyesuaian peristiwa untuk mengambil pelajaran yang relevan.
Belajar dari buku
Bagi para pujangga buku adalah sumber inspirasi dalam mencari imajinasi kisah cinta, meski sangat jarang imajinasi sesuai dengan keadaan. Percayalah sudah ribuan kisah cinta yang dituliskan dalam bentuk novel maupun cerpen.
Namun kebanyakan manusia membaca tidak tepat waktu. Setelah peristiwa kegagalan asmara baru mencari buku yang isi ceritanya cocok atau mirip dengannya. Di akhir cerita para pembaca akan berkata “iki buku aku banget, nyesek”. Nasi sudah menjadi bubur, kisah cinta sudah kabur. Pada akhirnya hanya bisa mengambil hikmah dan mengikhlaskannya.
Belajar dari pengalaman pribadi
Sebelum kepala terbentur, kesadaran kesalahan pribadi sulit dimengerti. Mengingatkan kata revolusioner Datuk Tan “terbentur, terbentur, terbentuk”. Sifat keras kepala manusia selalu ada dalam menghadapi asmara, sebelum kena batunya belum berhenti mencoba.
Belajar dari pegalaman pribadi akan memberi kesan dan pengingat yang kuat. Manusia akan lebih berhati-hati dengan kesalahan yang dibuatnya sendiri dengan mengingat rasa sakit dan luka. Selain mengingat luka, belajar mendeskripsikan rasa suka dan senang juga penting.
Meski sudah mempunyai pengalaman pribadi yang kuat, perlu diingat bahwa masalah selalu ada. Tidak perlu cemas, tingkatan masalah selalu selaras dengan kemampuan tiap manusia. Terus berjalan, besok kita sampai.
Belajar dari guru spiritual
Beberapa tahun terakhir sempat tren istilah hijrah yang banyak salah kaprah. Saya tidak hendak menghujat pengikut gerakan hijrah, namun sudah seharusnya sebagai terpelajar harus berhati-hati. Belajar asmara bersama guru spiritual memang baik, akan jadi lebih baik lagi jika mengenal betul bagaimana latar belakang pengajar.
Sebab menurut Plato cinta mempunyai sifat divine madness atau gila yang illahiah, gila yang bersifat ketuhanan. Dengan begitu banyak hal yang diluar pikiran normal terasa tidak mungkin namun dapat terjadi. Belajar dari guru spiritual sejatinya untuk membimbing kegilaan illahiah lebih terarah dan bermakna.
Sedangkan sekolah dan tempat ngaji tidak pernah mengajarkan perihal asmara. Namun, di sanalah tempat terjadinya berbagai macam kisah cinta. Cinta terlalu liar untuk diajarkan dalam pendidikan formal, tidak dapat diseragamkan. Setiap manusia akan menemui nalurinya dalam memaknai cinta. Pengalaman akan berbicara pada pelaut yang handal.
Tentu setiap manusia mempunyai tempat paling nyaman dalam menggali pegalaman dan belajar. Dalam mempelajari tentang cinta, mengenal diri sendiri adalah sebuah hal yang paling penting. Belajar itu berdasarkan apa yang kita butuhkan, dalam menghadapi tiap permasalahan.
Pucukmera.ID – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id
1 Comment
binance
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.