Surat Menyurat


Azhar Syahida
Penulis Lepas


Ajakan menulis surat muncul di diskusi Meratalk yang diselenggarakan oleh Pucukmera, Minggu, 11 September 2020. Saya pikir ini ajakan yang menarik, dan perlu kita coba. Kalau perlu digalakkan. Setuju? Tidak setuju? silakan. Ini soal pendapat saja, yang kita boleh bersepakat, boleh juga tidak.

Saya pribadi tidak pernah mengalami masa menulis surat secara manual, yang benar-benar ditulis di selembar kertas, dan dikirim kepada seseorang atau instansi. Saya lahir 1995. Dan, sudah tak ada masa berkirim surat Ketika saya masuk dunia pendidikan. Berarti, Anda yang lahir setelah saya, sudah pasti merasakan hal yang sama: masuk dunia pendidikan ketika masa surat menyurat mulai surut.

Sejauh yang saya ingat, di dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar dulu, kami tidak pernah diajarkan menulis surat. Kami hanya diajarkan mengarang dalam tiga bahasa: Indonesia, Jawa, dan Osing. Yang terakhir itu adalah bahasa asli Banyuwangi. Mudah diucapkan tapi sulit sekali dieja, persis seperti bahasa Inggris yang antara pengucapan dan tulisan teksnya berbeda.

Dari penugasan itu pun kami hanya diberi intruksi begini: “Silakan mengarang bebas hingga jam istirahat.” Kami tidak pernah benar-benar diajarkan bagaimana menyusun kalimat, membuat adegan, membikin plot, atau bahkan memilih kisah yang hendak kami tulis. Pokoknya kami hanya diminta berpegang teguh pada instruksi yang saya sebut tadi.

Demikianlah hasilnya saya minim pengalaman menulis surat manual. 

Namun, untuk tidak bersikap apriori, saya ingin mengatakan begini: pelajaran menulis surat seenggaknya tak bisa disepelekan. Mengapa, begitu?

Begini. Sejauh saya mengamati, menulis surat adalah salah satu cara terbaik berbagi fikiran. Kelebihannya: surat ditulis dengan informasi yang sangat utuh dan komplit; menceritakan apa yang difikirkan pembuat surat.

Menulis surat tidak menuntut kecepatan waktu. Sebaliknya menulis surat menuntut ketelitian, keserasian argumen dan kevalidan informasi, sehingga setiap goresan kalimat, adalah hasil pertimbangan matang yang penuh dengan renungan yang tak jarang berbalut dengan perasaan.

Ini berbeda dengan pesan pendek melalui gawai yang acap ditulis dengan tergesa-gesa, tanpa renungan, dan tanpa berfikir mendalam. Negatifnya: membuat kita mudah mengabaikan, menghapus, dan mengganti sebuah pesan dengan pesan baru, yang lagi: ditulis tanpa fikiran. Pada situasi seperti ini, berkirim pesan pendek melalui gawai hanya membuat kita menyepelekan karakter merenung dan menimbang sebuah informasi yang hendak kita sampaikan.

Kedua, dari sisi teknis, menulis surat memaksa kita mencintai kata-kata. Yang itu artinya, memaksa kita membuat kalimat yang sesuai dengan kaidah, mudah dimengerti, dan logis. Ini saya kira bonafide terbesar dari menulis surat. Sebab, dalam pesan pendek melalui gawai, situasi mencintai kata-kata seolah tak pernah ada. Bahkan kita sering menciptakan pola-pola komunikasi praktis yang mengabaikan teknis sebuah kalimat disebut baik. Termasuk penggunaan konjungsi dan pilihan diksi.

Kendati demikian bukan berarti pesan pendek sepenuhnya tentang kekeliruan. Bukan. Hanya, di tengah kemampuan menulis mayoritas manusia Indonesia yang belum sepenuhnya sempurna, tidak ada salahnya jika kita kembali menggairahkan kebiasaan berkirim surat. 

Sebetulnya kebiasaan ini bisa kita modifikasi melalui surat elektronik yang memang dikhususkan untuk berbagi pesan dalam deretan kalimat panjang. Atau, melalui platform WhatsApp dan Facebook yang sebenarnya juga memungkinkan dilakukan kebiasaaan berkirim pesan panjang.

Pada prinsipnya, berkirim pesan dengan kalimat yang sepotong-sepotong tidaklah keliru. Hanya berdasar pengalaman pribadi, kebiasaan berkomunikasi melalui pesan pendek mendistraksi proses menyusun kalimat dan ide tulisan yang utuh.

Makanya tak salah bila kita coba kembali berkirim surat. Cuma, masalahnya, bagi seorang bedebah sialan seperti saya ini, siapa yang mau saya kirimi surat? 


Pucukmera.ID – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.

Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

1 Comment

  • Escactaps
    Posted November 11, 2024 at 3:43 pm 0Likes

    Briefly, 1 10 4 cells were seeded per well and cultured overnight before treatment with APAP and or osthole buy priligy australia After thinking of blood sugar of 103 fasting this, Zhao Ling immediately moved down another piece of pulp and handed it to her

Leave a comment