Didin Mujahidin
Pemred Pucukmera.id
PUCUKMERA.ID – Di Hari Ibu, kami hanya bisa merindunya. Selebihnya menatap layar kaca, entah dengan senyum bahagia karena masih bisa memandangnya, atau tetesan air mata sebab tak bisa duduk di sampingnya.
Mendengar kata ‘Ibu’ membuat hati manusia terenyuh. Bayangkan saja, saat pertama kali kita hadir di dunia, Beliaulah yang membersamai. Saat itulah sebenar-benarnya jatuh cinta pada pandangan pertama hadir.
Belajar mengenal Ibu terkadang cukup rumit, banyak rahasia yang jarang terungkap dari Ibu. Apalagi bagi kami, anak yang tumbuh dewasa di tanah rantau. Belum banyak mengenal Ibu secara mendalam, mungkin sebatas memahami kegiatan kesehariannya.
Jauh dari itu, tentang suka, duka hingga impian Ibu semasa hidupnya belum banyak diketahui. Dalam sebuah hubungan, sebagai anak kita hanya meminta untuk dimengerti namun lupa memahami.
Momen Hari Ibu juga menjadi ajang perdebatan di media sosial, mulai berbalas cerita Instagram hingga membalas cuitan di Twitter. Ada tim yang pro dengan mengucapkan selamat Hari Ibu di media sosial, sebaliknya juga ada golongan nyinyir yang menganggap ucapan selamat Hari Ibu di media sosial sebatas pencitraan.
Semua itu sah saja, saya tidak hendak membela salah satu golongan. Toh, hak semua orang berbicara. Namun, ikut masuk dalam urusan personal bukanlah hal yang patut diteruskan. Ingat, setiap manusia punya kehidupan sendiri yang tidak bisa disama ratakan.
Pada momen Hari Ibu tanggal 22 Desember kemarin, saya mengajukan beberapa pertanyaan tentang persepsi Hari Ibu pada kawan-kawan yang dalam masa perantauan. Ada beberapa kesamaan yang saya dapatkan, kita semua belum pernah merayakan Hari Ibu bersama Ibu.
Sebelum saya lanjutkan, Izinkan ‘kami’ mengucapkan kata sayang, cinta dan tentunya rindu pada Ibu.
Pertanyaan pertama yang saya ajukan adalah “Apa makna Hari Ibu untukmu?”
Seorang berkata “Hari Ibu memang spesial, tapi ada yang lebih spesial. Bagi saya Hari Ibu itu di hari ulang tahunnya.” Sebab di momen Hari Ibu, tidak ada tanggal merah untuk pulang ke rumah.
Biasanya di hari ulang tahun Ibunya, Ia selalu pulang ke rumah. Menghabiskan waktu bersama Ibu tercinta, tanpa kata ‘tapi’.
Ia merasa bersyukur tepat di hari lahir Ibunya, sebab saat itulah Tuhan memberi hadiah paling indah. Ibunya dilahirkan di dunia. Dan, sampai saat itulah Ia berhitung, merayakan dan merenungi tentang bagaimana cara agar selalu membuat Ibunya Bahagia.
Pertanyaan kedua, “Jika memang cinta pada Ibumu, apa bentuknya?”
Seorang lain yang Ibunya sedang berada di luar Indonesia bercerita. Meski dari kecil tak pernah dirawat dan diasuh secara langsung, Ia tetap mencintainya setulus hati. Sebab hidup tak bisa memilih untuk selalu bersama Ibu.
Cinta banyak bentuknya, apalagi mencintai Ibu. Termasuk rasa cinta yang tidak pernah diungkapkan secara langsung. Bentuk cinta yang selama ini Ia lakukan pada Ibunya adalah berkata sejujurnya tentang apapun. Termasuk berkata “Aku pernah kecewa dan benci padamu, Ibu.”
Kejujuran memang pahit, itulah yang dibutuhkan pada setiap cinta. Tidak boleh ada kebohongan dalam mencintai apapun, termasuk pada Ibu. “Aku tetap mencintai Ibu, meski Ia pernah mengecewakan.” tuturnya di akhir cerita.
Pertanyaan ketiga, “Apa mimpi dan harapan terbesar Ibumu yang kamu tahu?”
“Sejauh ini, Beliau sebatas ingin melihat anak-anaknya hidup dengan sejahtera dan bahagia. Selebihnya tak tahu lagi apa yang sebenarnya menjadi cita-cita dan keinginannya.” ucap seorang kawan.
Terlalu fokus pada kebahagiaan diri sendiri hingga lupa kebahagian orang tercinta. Seperti ini memang sering terjadi, apalagi tentang kebahagian Ibu. Kita belum benar mengenalnya, jika kebahagiaan dan impiannya ke depan saja tidak diketahui.
Seorang ibu berkata “Asal anak-anakku bahagia, aku juga bahagia.” Pasti dibalik itu ada kebahagiaan lain yang ingin Beliau capai. Dan, kita sebagai anak jarang mengerti keinginannya.
Memilih untuk mencari tahu apa yang sebenarnya menjadi keinginan Ibu atau memilih untuk diam saja. Waktu yang kita habiskan tetap sama, 24 jam sehari. Takdir yang diberi tuhan juga sama, tidak ada yang bisa mengira. Perlu diingat, kekecewaan tidak datang di depan.
Bagi anak yang sedang di perantauan, jarak yang jauh dari Ibu sebenernya bukan alasan untuk tidak mengenalnya secara mendalam. Apalagi bagi anak yang tinggal bersama Ibunya, tidak mengetahui keinginan Ibu bisa jadi penyesalan di masa depan.
Sebelum terlambat, segerakan!
Bagi kami, para anak perantauan. Kami sepakat untuk berkata “kami merindu Ibu tiap waktu”. Sempatkan pulang dan bertemu Ibu, kabari ibumu setiap waktu. Rasa sayangmu pada Ibu harus dipupuk setiap waktu.
Jika kasih Ibu sepanjang masa, seharusnya cinta anak pada ibunya luar biasa. Selamat Hari Ibu, tiada kata terlambat untuk mengungkapkannya. Sebab setiap waktu adalah Hari Ibu.
Pucukmera.id – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.