Rezza Deviansyah
CEO bolehbaca.com dan Pustakawan di Boba Library
Lahir 6 Juni 1901, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) yang merupakan cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI) pada masa Hindia-Belanda di tahun 1926. Lahir 12 Agustus 1902, Mohammad Hatta menjadi ketua Perhimpunan Indonesia (PI) pada tahun 1925 saat menjadi mahasiswa di Handelshogeschool di Rotterdam, Belanda.
Lalu, apa yang sudah kita perbuat sampai detik ini?
ASC mempunyai koran bernama Soeloeh Indonesia Moeda dan di sana Soekarno menulis sebuah risalah masyhur berjudul “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme”. Hatta pernah menulis untuk edisi perdana majalah Hindia Poetra dan memperoleh pujian dari banyak guru besar di Universitas Leiden.
Lalu, apa karya yang sudah kita hasilkan sampai detik ini?
Desember 1929, Soekarno ditangkap dan dipenjarakan oleh pemerintah kolonial Belanda karena aktivitas politiknya di PNI, dan dari sana ia menulis pleidoinya yang terkenal “Indonesia Menggugat”. September 1927, Hatta ditangkap polisi Belanda karena tulisan-tulisannya yang dituduh subversif terhadap pemerintah kolonial Belanda, dan dari sana ia menulis pleidoinya yang termasyhur “Indonesie Vrij” (Indonesia Merdeka).
Cukup. Saya tidak akan membandingkan lagi kedua tokoh ini dengan kita.
Soekarno dan Hatta memang tidak pernah mengenal media sosial untuk memposting karya-karya mereka. Tapi, karya-karya mereka tetap masyhur dan dikenang karena memang bermutu tinggi dan mengandung nilai sejarah luar biasa.
Soekarno dan Hatta memang tidak pernah mengenal media sosial untuk mendokumentasikan aktivitas-aktivitas mereka. Tapi, semua yang pernah mereka perbuat abadi dalam memori kolektif semua anak bangsa karena memang pantas untuk diabadikan.
Soekarno dan Hatta memang tidak pernah menggunakan media sosial untuk menggalang followers dalam rangka menentang kolonialisme Belanda. Tapi, mayoritas rakyat Indonesia sami’na wa atho’na pada titah mereka karena memang ada kesesuaian antara laku dan tutur mereka.
Oleh karena itu, saya ingin mengajak kita sama-sama merenung dan bermuhasabah. Apakah yang kita lakukan sepanjang masa muda ini pantas untuk dikenang oleh generasi yang akan datang? Apakah masa muda kita layak dicatat oleh tinta emas sejarah Indonesia? Apakah masa muda kita turut menjadi jalan bagi terwujudnya cita-cita Indonesia gemilang pada tahun 2045 nanti?
Semua jawaban berpulang pada diri kita masing-masing. Apakah setelah membaca tulisan pendek ini kita masih sibuk dengan aktivitas-aktivitas nirfaedah? Apakah kita masih gentar memasuki belantara masa depan yang penuh ketidakpastian namun menawarkan segudang harapan? Apakah kita masih ragu menjajaki jalan hidup yang berliku dan berbatu namun mengandung kebesaran nilai dan kedalaman makna?
Ataukah sebaliknya. Kita berani berubah, membenahi diri, dan menciptakan aneka inovasi yang dapat berguna bagi kemaslahatan bersama. Kita berani mengambil keputusan untuk belajar, terbentur, terluka dan belajar kembali. Kita berani menerima segala konsekuensi saat menapaki jalan perjuangan yang terjal dan penuh aral.
Akhirul kalam, semoga Tuhan perkenankan kita semua untuk memanfaatkan masa muda ini dengan sebaik-baiknya dan sehebat-hebatnya sehingga kelak pantas dan layak dicatat oleh tinta emas sejarah Republik ini. Sebab, sungguh menyedihkan bila masa tua kita nanti hanya diisi dengan kemurungan dan penyesalan atas masa muda yang terbuang sia-sia. []
1 Comment
Kristina Setiawan
Semoga pucukmera.id membangkitkan transformasi dalam diri pemuda Indonesia masa kini. Sukses!!