Abd Munib
Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga
Kata sederhana saja terdengar luar biasa. Tatkala aksara dirajut oleh pujangga menjadi tali panjang membentuk klausa. Orkestra pujangga, diam-diam menghanyutkan tanpa menenggelamkan, sekaligus memapah “pecinta” berlayar dilautan sastra penuh makna. Ada disiplin ilmu tersendiri untuk mengungkap makna: semiotika. Bagi Roland Barthes, semiologi bertujuan untuk memahami sistem tanda, apapun substansi dan limitnya termasuk sastra.
Konsep semiotika yang paling berbeda dari Barthes dibanding tokoh semiotik lainnya seperti Ferdinand de Saussure dan Cahrles Sander Pire adalah adanya makna denotasi sebagai tataran pertama dan makna konotasi sebagai tataran kedua. Barthes mengatakan penggunaan konotasi dalam teks ini sebagai penciptaan mitos. Jelas mitos di sini berbeda dengan mitologi Yunani. Mitos ini bermain dalam tingkat bahasa yang oleh Barthes disebutnya “adibahasa” (meta-language) (Dominic Strinati, 1995: 113). Penanda konotatif menyodorkan makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya (Minneke Budiman, 2004: 255).
Dibukanya medan pemaknaan konotatif ini memungkinkan pembaca memaknai bahasa metafor atau majasi. Adapun maknanya hanya dapat dipahami dengan bantuan mengetahui keadaan bahasa itu diekspresikan, serta dalam keadaan lingkungan sosial seperti apa bahasa itu dipraktikkan. Sehingga, akan terjadi lompatan makna, yaitu pemaknaan konotatif. Singkatnya, mitos dalam semiotika Barthesian merupakan gabungan makna denotasi dan konotasi. Lalu, bagaimana semiotika Barthes memaknai cinta sederhana yang dipopulerkan Sapardi Djoko Damono melalui puisinya?
Aku Ingin: Aku ingin mencintaimu dengan sederhana/dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu/Aku ingin mencintaimu dengan sederhana/dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Cinta sederhana dalam larik puisi Aku Ingin di atas dipersonifikasikan dengan: Pertama, api dan kayu yang kemudian menjadi abu. Apa yang wah dari abu: hasil pertemuan api dan kayu? Tidak ada, jika pemaknaan berhenti pada tatatan denotasi. Tetapi pada hakikatnya ada makna lain dibalik abu (hasil dari api dan kayu). Pada tataran denotasi, cinta sederhana bermakna cinta yang biasa saja yakni, tidak perlu diumbar dengan kemewahan. Bermegah-megahan bercinta dengan mengatasnamakan keromantisan justru itu adalah cinta picisan.
Sebelum jadi abu, api dan kayu bisa dipisahkan dengan cara memadamkan kobarannya. Tetapi tidak, saat berubah jadi debu: api hilang wujudnya, kayu musnah bentuknya. Ketika keduanya (api dan debu) bersanding maka tenggelam dalam kesenyapan, tersenyum dalam kebisuan, tak kenal tuntutan, memaksa apalagi. Pada tahapan ini, cinta sederhana yang bermakna cinta biasa saja pada pemaknaan denotasi berubah menjadi cinta yang mengesampingkan rupa dan memasung logika demi kepuasan batin. Jadi makna konotasi dari cinta sederhana adalah kepuasan batin.
Kedua, cinta sederhana dipersonifikasikan dengan hujan yang meniadakan awan. Kata meniadakan menunjukkan akan adanya kemunculan sesuatu sekaligus menghilangkan satu yang lain. Jadi makna denotasi cinta sederhana dari hujan menjadikannya tiada adalah tidak adanya perjumpaan. Sebagaimana ditunjukkan fenomina alam, guna menyambut kedatangan hujan, awan datang terlebih dahulu, lalu memilih pergi saat yang disambut telah datang.
Makna cinta sederhana dengan personifikasi yang kedua ini tidak berhenti di sini. Di dalam cinta sederhana, tidak berjumpa (sebagai makna konotasi) merupakan sebuah ujian dan kesanggupan untuk saling saling mengisi tanpa ada yang melacuri. Gaya memadu cinta seperti ini hanya bisa dilakukan oleh pecinta dengan pribadi tegar, berjiwa besar, dan berpikiran jernih.
Jadi, makna konotasi dari hujan yang menjadikannya (awan) tiada adalah kepedulian akan kehidupan baru. Hal ini bisa dilihat ketika hujan selesai menurunkan airnya. Tanah jadi subur, tanaman, tumbuh, dan semesta tampak hijau. Air hujan telah mengubah kekeringan menjadi kesuburan. Dari personifikasi pertama, ada kata yang tak sempat diucapkan, yakni kepuasan batin. Sedangkan pada personifikasi kedua, ada isyarat yang tak sempat disampaikan, yakni kehidupan baru. Di sinilah kemudian muncul mitos cinta sederhana itu adalah cinta abadi.
Orang yang bercinta dengan sederhana tidak akan ugal-ugalan dalam perjalanan cintanya. Sebab yang hendak dicapai adalah kepuasan batiniah -bukan lahiriah- dengan geliat persiapan menuju kehidupan baru: akhirat. Sapardi Djoko Damono tidak hanya mengajarkan sastra. Lebih dari itu, sang maestro telah menyelamatkan diksi cinta. Di saat bahasa cinta dipraktikkan dengan penuh glamor, ugal-ugalan berbalut euforia hasrat libido (seksual), justru Sapardi mengajak kita mencinta dengan cara sederhana: cinta abadi.
Pucukmera.ID – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id
4 Comments
Escactaps
can you buy priligy in the u.s. 000 METOCLOPRAMIDA CLORHIDRATO CARLON 10 mg 2 mL Caja x 6 amps
buy cytotec tablets
And Jen, I just re read your original post and you literally asked how to order cytotec
Toney
70918248
References:
first Steroid cycle reddit
binance
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.