Pengenalan atau Pemaksaan?

Ronaa Nisa’us


Isu tentang jilbab mulai diangkat kembali setelah DW Indonesia merilis video tentang pendapat mereka mengenai jilbab yang dikenakan orang tua pada anak-anaknya. Mereka mengatakan bahwa jilbab yang dipakaikan itu termasuk pemaksaan terhadap kehendak anak yang seharusnya mereka bisa menentukan pilihannya sendiri. Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa pemakaian jilbab akan mempengaruhi pergaulan anak yang cenderung eksklusif.

Banyak sekali respon atas video tersebut. Banyak yang menentang, juga banyak yang membela, atau lebih tepatnya menyetujui. Pasalnya, respon tersebut hadir dari berbagai macam manusia yang diliputi pengalaman yang berbeda mengenai jilbabnya. Mereka tidak serta merta menolak tanpa alasan. Berbagai alasan dari sudut pandang apa saja hadir di kolom komentar video tersebut.

Peneliti DW mengambil sudut pandang orang tua yang memakaikan jilbab anaknya sedari kecil sebagai proses pengenalan jati diri muslimah. Di video tersebut juga terdapat seorang ibu memberikan jawaban bahwa jika anak sudah dipakaikan jilbab, maka mereka akan terbiasa dan tidak kaget ketika besar nanti. Harapannya, anak-anak mereka bisa istiqamah memakai jilbab.

Peran orang tua memang sangat besar dalam mengembangkan diri seorang anak. Bahkan diibaratkan mereka lahir seperti kertas putih dan masih kosong dan siap untuk dihiasi karakter yang diajarkan orang tuanya. Seorang anak tidak akan lepas dari apa yang dilihat dan didengar dari orang tuanya.

Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah juga, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: tidak ada seorang manusia yang terlahir kecuali dia terlahir atas fithrah (kesucian seperti kertas putih yang belum ditulis apapun). Maka kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.

Hadis diatas menjelaskan bagaimana kuatnya pengaruh orang tua terhadap laku spiritual sekalipun. Anak-anak tidak hanya mengikuti fisik biologis yang diturunkan orang tua, melainkan ajaran-ajaran moral, bahkan agama orang tuanya.

Maka, wajar sekali jika ibu yang diwawancarai DW Indonesia dalam video tersebut berharap besar kelak anaknya bisa mengikuti laku spiritual orang tuanya dengan mengawali memakaikan jilbab. Namun, ada isu pemaksaan yang diangkat oleh DW Indonesia. Mereka beranggapan bahwa pemakaian jilbab kepada anak termasuk pemaksaan yang seharusnya anak-anak berhak menentukan pilihannya sendiri.

Sebetulnya, saya tidak sepenuhnya sepakat dengan statement di video tersebut. Namun, memang perlu sekali mengkritisi sikap orang tua soal mengapa memakaikan jilbab anak perempuannya sedari kecil terlepas bagaimana pergolakan pemikirannya ketika dewasa nanti. Itu soal lain yang tidak bisa disamaratakan.

Memang, seringkali orang tua terjebak pada pemaksaan ali-alih ingin mengenalkan sesuatu pada anaknya. Pemaksaan dan pengenalan sangat tipis sekali jaraknya dan terkadang mengakibatkan orang tua buta dan bersikeras memaksakan ajarannya tanpa harus menjelaskannya. Anak-anak cenderung menurut karena belum punya banyak pilihan.

Namun, memaksa kehendak anak dalam bentuk apapun bisa memperburuk perkembangannya. Akibatnya, bisa mengarah pada mental anak, seperti kurang percaya diri, sulit membuat keputusan, kurang memiliki motivasi, takut berpendapat, dll. Perlu sekali disadari bahwa penanaman karakter dalam bentuk apapun itu baik. Namun, jangan sampai memaksakan kehendak anak.

Pengenalan tentang baik dan buruk bisa dilakukan dengan tanpa menyuruh mereka menjadi baik. Dengan proses pengalaman yang akan anak-anak alami dengan sendirinya mereka akan mengenalnya. Baik dan buruk adalah soal nilai yang dibangun oleh masyarakat dan tentu saja akan berbeda satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. 

Seperti misalnya saya, yang sedari kecil diwajibkan memakai jilbab tanpa dikenalkan dengan baik apa itu jilbab, sempat menolak memakainya karena merasa berbeda dengan teman lainnya. Saya baru memahami arti jilbab itu sendiri ketika sudah mengalami pergolakan rasa dan pemikiran yang tumbuh dari bacaan dan lingkungan. 

Bisa jadi, anak-anak lainnya juga merasa seperti halnya saya yang dimarahi ketika menanggalkan jilbab dan tidak berani membantah. Maka, perlu sekali diingat para orang tua, yang paling penting dalam mengajarkan segala sesuatu adalah memahamkannya terlebih dahulu. Pembangkangan seorang anak bisa jadi dari minimnya pengetahuan dan bingung mengapa harus melakukannya.

Pemaksaan dalam bentuk apapun tidak bisa dibenarkan. Pemberontakan akan mengakibatkan mental yang buruk pada seorang anak. Tidak apa-apa mengenalkan jilbab kepada anak sejak dini. Namun, wajib memahamkan pada mereka arti penting tentang kain penutup kepalanya.


Pucukmera.ID – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.

Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

Leave a comment