*) Ahmad Sulaiman
Grace mengajukan pertanyaan. Saya menduga-duga, mungkin dia akan menantang pemahaman kami tentang tendensi sentral: konsep sederhana namun luas dan berdampak pada setiap pengujian statistik penelitian. Sudah minggu ketiga, dengan banyaknya tugas baca, kuis serta deadline tugas yang tinggal menghitung waktu, kepala ini mulai memanas. Apakah saya mulai sakit atau otak bekerja lebih keras dari biasanya, entahlah.
“Kalian tahu bagaimana setetes air jatuh pada sebuah kolam?”
Hmmm.. Saya mengernyitkan dahi.
“Apakah kalian tahu, ketika tetesan air itu jatuh, ia akan menciptakan lingkaran gelombang, namun tidak hanya berhenti disitu.”
Kami diam, linglung karena sedikit teralih dari kelelahan mental.
“Sebagian dari tetesan air itu akan memantul kembali, dan jatuh lagi, berulang hingga seluruh tetesan terserap dan bersatu dengan seluruh air di kolam.”
Apakah tugas berikutnya berhubungan dengan gelombang? Ini hal yang baru, saya fikir.
“Maksudku”, dia melanjutkan, “Filosofi itu yang kita gunakan. Analogikan tetesan tersebut sebagai pengetahuan yang kalian terima dari kelas ini. Sebagian mungkin bisa kalian pahami, sebagian lagi harus “memantul” sembari kalian mencoba menyerapnya. Mungkin lewat bacaan, pertanyaan yang diajukan, kuis-kuis atau bahkan ketika kalian sekadar menikmati makan siang.”
Saya mulai menghela nafas. Ada sedikit perasaan terangkat dari refleksi singkat seorang ilmuan statistik. Saya tidak menyangka menemukan pelajaran kehidupan dari akademisi barat, penghamba mahzab positifis yang sering dikritik kaku dan mereduksi nilai kemanusiaan menjadi angka-angka di lembaran jurnal.
Graze melanjutkan, “Maka nikmati proses belajar kalian. Tidak ada kemajuan yang didapat dari hal yang instan.”
Sejurus kemudian, kami menyadari jam menunjuk pukul 11. Graze pun menghentikan kelas dengan ucapan, “Selamat Mengerjakan.”
Tidak butuh waktu lama untuk menyadari kemana saya harus pergi.
Perpustakaan!
21 Maret 2017
Adelaide, Australia