Nur Fahmi Nur
Penulis Pucukmera.id
PUCUKMERA.ID – Bagi mereka yang ingin bergerak di dunia gerakan sosial dan kemanusiaan, peka adalah kunci. Teori yang menumpuk akan menjadi tumpukan di lemari kepala, bila peka tidak diasah. Kalaupun membuat program, sekedar program biasa saja.
Sebelum membahas soal bagaimana (menurut saya) langkah mengasah kepekaan, saya mencoba mengklasifikasikan beberapa model kepekaan yang hadir di masyarakat kita hari ini.
Model Pertama, mereka yang mengutuk atau berdoa
Seperti kasus pemukulan dan penggusuran, model seperti ini akan marah-marah, mengutuk dan bisa saja memaki di media sosial. Apabila ada bencana alam, mereka berdoa di media sosial. Entah mereka berdoa beneran apa tidak di dalam peribadatannnya.
Model Kedua, mereka yang membantu melalui uang dan bantuan lain
Model ini juga banyak di masyarakat. Contoh paling dekat adalah mereka yang memberi sumbangan atau bantuan bagi mereka yang terkena musibah.
Model Ketiga, mereka yang membantu melalui jiwa, raga dan materinya
Model seperti ini yang jarang ada, mungkin ada 1 dari 10 orang di dunia. Mereka adalah para relawan bantuan kebencanaan yang mempertaruhkan nyawa di daerah rawan bencana.
Mereka yang melalukan advokasi dan pendampingan ke suatu daerah yang terkena masalah dan sengketa. Mempertaruhkan kehidupan dengan tekanan dan ancaman, melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat tanpa imbalan. Mereka adalah model yang harus terus ada dan berumur panjang.
Setelah mencoba mengklasifikasikan model tersebut, saya berinsiatif memberi beberapa langkah untuk kita mempertajam kepekaan dalam diri dengan hal-hal kecil yang kadang kita lupakan.
Taati Rambu Lalu Lintas
Lalu lintas jalanan bagi sebagian orang hanya pajangan jalanan. Kadang kala tidak ditaati karena ada polisi di daerah tersebut. Ketika tidak ada polisi yang berpatroli, peraturan itu diabaikan.
Contohnya adalah lampu lalu lintas. Kebanyakan orang pasti pernah menerobos lampu merah, apalagi ketika terburu-buru dan melihat bahwa tidak ada polisi.
Salah satu cara menumbuhkan kepekaan adalah dengan menaati lalu lintas jalanan. Salah satunya lampu lalu lintas. Dengan merubah pola pikir yang jadul seperti “tidak ada polisi” menjadi “kalau saya terobos bisa merugikan saya dan juga bisa merugikan orang lain, tabrakan misalnya”
Dari mengubah pola pikir tersebut, kita mulai membangun kepekaan dan berpikir tidak hanya untuk diri kita sendiri tapi juga untuk orang lain.
Begitupula dengan penggunaan helm. Misalnya dengan kecelakaan, lalu melukai kepala kita. Bukan kita saja yang rugi, tapi keluarga kita, bukan hanya rugi materiil saja, tapi juga batin. Bersedih atas musibah yang ditimpa oleh keluarga bagi saya adalah rugi batin.
Mengikuti sebuah kegiatan dengan sepenuh hati
Tidak semua orang mengikuti kegiatan yang diadakan dengan sepenuh hati, apalagi ketika kegiatan tersebut bersifat wajib diikuti. Contohnya ospek mahasiswa, katanya apabila tidak mengikuti, tidak akan diberikan sertifikat. Mitosnya, sertifikat tersebut digunakan untuk salah satu syarat kelulusan.
Akhirnya banyak mahasiswa baru mengikuti dengan keterpaksaan. Mengikuti dengan sepenuh hati juga salah satu langkah untuk melatih kepekaan. Dalam arti, ketika kita mengikuti dengan sepenuh hati, berarti kita menghargai para panitia yang sudah bekerja mempersiapkan semua.
Contoh kasusnya seperti ospek tadi, kita tidak hanya mementingkan kepuasan kita sendiri dengan ikut lalu mendapatkan sertifikat. Tapi, kita sedikit memberi kepuasan bagi panitia bahwa yang mereka kerjakan dan rancang bisa berjalan dengan baik dan lancar. Itu juga berlaku bagi kegiatan-kegiatan lainnya.
Jangan terlalu banyak berpikir dalam memberi bantuan
Mesti semua orang pernah dengar atau membaca berita tentang pengemis yang ternyata kaya, atau pengemis anak kecil yang uangnya tidak pernah sampai ke dia, tapi jatuh ke tangan bosnya. Tentunya itu bukan gossip belaka, itu fakta terjadi di lapangan.
Sekarang banyak orang yang memilih untuk tidak memberi bantuan bagi mereka yang meminta-minta. Semua pilihan adalah benar dilihat dari prinsip setiap orang. Tapi bagi saya, untuk melatih kepekaan, coba untuk tidak berpikir yang aneh-aneh dulu, dan berilah walaupun Cuma 1.000 atau 2.000. itu yang sering saya lakukan.
Walaupun anak tersebut, tidak menikmati uang hasil minta-mintanya, namun diberikan pada tuannya, setidaknya kita membantu anak itu untuk makan sehari-harinya. Kalau kita berpatok pada film-film Indonesia, banyak diceritakan anak yang minta-minta. Ketika mereka tidak mendapat uang, tuannya akan menyiksa dan tidak memberinya makan. Itu kalau berbicara soal sudut pandang yang lain.
Jadi apabila Anda masih dalam fase ingin menumbuhkan kepekaan dalam diri, maka tumbuhkanlah rasa kasihan, rasa peduli, dan rasa ingin membantu melihat orang minta-minta, serta singkirkan sejenak pikiran-pikiran negatif tentang para pengemis.
Masih banyak langkah kecil yang bisa dilakukan. Pada intinya, selama kita memikirkan orang lain, disitulah kita sedang mengasah kepekaan sedikit demi sedikit. Kalau kesedihan akan musibah dan bencana bisa dirasakan oleh seluruh orang, kenapa kebahagiaan kecil kita tidak bisa kita bagikan ke orang lain.
Pucukmera.id – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangunkk budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.
3 Comments
Kathi
70918248
References:
buy cheap steroids, superocho.org,
Roxana
70918248
References:
water Retention From steroids
Layne
70918248
References:
Natural steroid supplement