Arsi Kurniawan
Seorang Mahasiswa
Hari ini dunia internasional sedang dirundung virus Covid-19 yang mengegerkan sekaligus mengerikan. Pasalnya, wabah yang kita kenal dengan sebutan virus korona ini tidak saja mengakibatkan aktivitas publik terhambat, namun lebih mengerikan. Tatkala manusia yang tidak berdosa menjadi korban dari ganasnya virus korona. Untuk itu pemerintah terus berupaya menangkal penyebaran virus yang masif dan destruktif.
Siklus persebaran virus ini telah mengakibatkan stabilitas politik, ekonomi, sosial, pendidikan dan berbagai aspek lain tersumbat. Bahkan jauh lebih memprihatinkan, pandemi ini telah menyebabkan kepanikan yang jauh lebih besar, menurut para medis justru dapat menyebabkan sistem imunitas (ketahanan tubuh) seseorang rentan terserang virus. Senada dengan imbauan tim medis untuk tidak panik, menurut Slavoj Zizek, ketika kita bereaksi dengan panik, kita tidak menganggap ancaman itu terlalu serius. Sebaliknya, kita meremehkannya.
Di Indonesia, berbagai kebijakan telah ditetapkan demi mengupayakan langkah preventif agar virus bisa ditangkal. Kebijakan social distancing (physical distancing), work from home dan penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Tujuan diterapkan kebijakan tentu tidak terlepas dari tujuan utama yakni memerangi virus korona dan menekan laju persebaran yang terus menyasar banyak korban. Kita tengah berupaya membangun benteng pertahanan dalam menghadapi wabah korona yang terus menggempur ketahanan mental dan fisik. Tidak ada cara lain, selain kita tetap optimis dan membangun harapan bahwa situasi sulit ini dapat kita atasi.
Untuk situasi Indonesia saya pikir dalam menghadapi corona virus, kita mesti belajar dari negara lain dan mengakui dengan jujur segala kekurangan yang kita miliki. Dalam buku yang ditulis oleh Jared Diamond (Upheaval; 2019), krisis yang tengah dihadapi oleh sebagian negara dalam kondisi apapun, sebenarnya mudah diselesaikan jika negara mau bersikap jujur dengan kondisi yang sedang dialami. Belajar dari krisis sebelumnya, belajar dari model negara lain dalam menghadapi krisis dan memperkuat identitas nasional. Beberapa poin tersebut (dan masih banyak poin lain) yang diajukan Jared Diamond dalam buku tersebut, sebetulnya berupaya membangun suatu kesadaran kolektif dan individual bagi negara dalam menyikapi krisis.
Hari ini di tengah pusaran wabah, Indonesia harus mampu mengambil sikap tegas mengatasi krisis yang sedang melanda. Bagi saya, menarik dalam situasi sulit seperti saat ini, identitas nasional dan kebangsaan musti kita rajut kembali. Saya pikir langkah semacam ini tidak saja hendak membentuk nilai kebangsaan yang telah lama mengikis, melainkan lebih berupaya merekatkan kembali tatanan sosial kita bagi sesama anak bangsa.
Kita harus membangun kembali nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan. Nilai ini dapat kita aktualisasikan melalui penerapan cinta tanah air dan bahu-membahu membantu sesama di tengah krisis akibat korona. Menumbuhkan kembali kesadaran kebangsaan (nasionalisme) sangat penting di tengah wabah yang mengancam. Mengutip Yuval Noah Harari, satu-satunya ideologi modern yang masih menghargai kematian sebagai peran sentral adalah nasionalisme.
Harari benar mengatakan itu kepada kita, bahwa rasa nasionalisme harus menjadi tumpuan kita bersama dalam memerangi virus korona. Kita mungkin akan pesimis dengan logika berpikir seperti ini, namun saya percaya, nasionalisme yang dibentuk dari kesadaran diri untuk membangun bangsa keluar dari wabah tidak lain ialah nasionalisme yang utuh. Inilah ciri khas sebagai warga negara yang baik.
Bagi saya, dengan berpegang pada prinsip nasionalisme dan kebangsaan, kita tidak saja hendak membangun suatu sikap baru bahwa pandemi bisa kita atasi. Namun saya percaya dan yakin, sikap seperti ini akan lebih merangsang dalam membangun suatu sikap yang lebih mulia yakni kemanusiaan.
Di tengah krisis yang melanda hari ini, saya melihat akibat lain dari virus korona, selain berdampak pada krisis pangan, kita juga turut merasakan akibat yang lebih serius yakni krisis kemanusiaan. Kita bisa menyangkal bahkan menepis cara pandang ini, namun bukti-bukti yang kita temukan telah memperkuat bahwa kita sedang menghadapi krisis kemanusiaan di tengah ancaman wabah korona.
Misalnya, beragam penolakan terhadap mereka yang tertular wabah korona. Saat ini masif dilakukan oleh orang-orang baik di masyarakat atau di media sosial. Hal ini tidak pernah kita sadari, namun perlakuan terhadap mereka yang tertular bahkan penolakan bagi mereka yang baru dinyatakan sebagai orang dalam pemantauan (ODP) juga masif disuarakan.
Ditambah lagi dengan kasus yang baru-baru ini santer di media sosial, yakni tindakan yang dilakukan oleh Youtuber Ferdian Paleka terhadap kaum transpuan dan anak-anak. Kasus yang bertujuan hanya untuk prank tersebut juga dapat kita lihat sebagai sebuah krisis kemanusiaan. Kita menemukan bahwa tindakan yang dilakukan FP dan rekan-rekannya telah menggerus rasa kemanusiaan korban.
Inilah yang saya maksudkan bahwa krisis pangan bukan saja masalah utama yang tengah kita hadapi. Namun krisis kemanusiaan juga turut menyesaki dan mencekoki di tengah wabah korona. Untuk itulah saya pikir, membangun rasa solidaritas melalui nilai kebangsaan dan nasionalisme bisa menjadi ‘salah satu’ solusi praktis yang dapat memberikan pemahaman utuh bagi kita dalam menghadapi wabah korona.
Pada akhirnya, jika kita terus-terusan bergantung hanya pada pemerintah, kita tidak akan mampu membangun jati diri bangsa yang tangguh dan kuat seperti ungkapan Soekarno “berdiri diatas kaki sendiri.” Kita harus membangun kesadaran kolektif bangsa dan mengedepankan identitas kebangsaan kita yakni gotong royong. Ini adalah nilai (value) yang telah lama kita lepas-pisahkan dan situasi hari ini adalah momentum membentuk kembali jiwa kebangsaan itu.
Pucukmera.ID – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id
1 Comment
Escactaps
want to buy priligy in pakistan Intraprostatic signaling systems are important for the regulation of cell proliferation and extracellular matrix production in the prostatic stroma