Saparullah
Mahasiswa

---

Tidak terasa kita sudah memasuki sepertiga yang kedua dari bulan suci Ramadan. Tepatnya malam ke-17 Ramadan. Sudah menjadi barang umum di tengah masyarakat kita, malam ke-17 selalu diperingati sebagai malam Nuzulul Qur’an. Peringatan malam di mana malam tersebut diyakini sebagai malam diturunkannya Al-Qur’an pertama kali melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW di gua Hira. Namun demikian, ada perbedaan pendapat mengenai kapan waktu sebenarnya Al-Qur’an diturunkan. Pendapat pertama mengatakan bahwa Al-Qur’an secara utuh diturunkan dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia pada malam Lailatul Qadr sebagaimana termaktub di ayat pertama dalam surah Al-Qadr

اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰهُ فِىۡ لَيۡلَةِ الۡقَدۡرِ

Sungguh telah kami turunkan (Al-Qur’an) pada Lailatul Qadr (Al-qadr: 1)

Pendapat ini sesuai dengan pendapat Ibnu Abbas r.a dan sebagian ulama dalam menafsirkan ayat ketiga dari surah Ad-Dukhan, dengan menyatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan sekaligus dari Lauhul Mahfuzh menuju Baitul Izzah di langit dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian diturunkan kepada Rasulullah SAW secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril selama 23 tahun. Tak ada waktu pasti kapan turunnya sebagaimana tak ada waktu pasti kapan malam Lailatul Qadr datang.

Pendapat kedua menyatakan bahwa Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadan secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Hal ini dilandaskan pada surah Al-Anfal ayat 41.

وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا غَنِمْتُم مِّن شَىْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُۥ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ إِن كُنتُمْ ءَامَنتُم بِٱللَّهِ وَمَآ أَنزَلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا يَوْمَ ٱلْفُرْقَانِ يَوْمَ ٱلْتَقَى ٱلْجَمْعَانِ ۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (Al-Anfal: 41)

Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa yang dimaksud “Yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad) adalah Al-Qur’an dan yang di maksud hari bertemunya dua pasukan” adalah perang Badar. Menurut sejarah perang terjadi pada malam hari tanggal 17 Ramadan, pasukan dari kaum muslimin saat hanya berjumlah sekitar tiga ratus orang dan dari kaum musyrik sekitar sembilan ratus sampai seribu orang. Ayat ini mendasari pendapat bahwa Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadan yang banyak diyakini oleh para mufassir.

Ada yang menarik untuk pendapat yang ketiga. Pendapat ini disampaikan oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-mubarokfury. Dalam bukunya yang berjudul Sirah Nabawiyah menyebutkan bahwa ada beberapa pendapat mengenai kapan turunnya Al-Alaq 1-5. Beliau menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa Al-Alaq 1-5 turun pada tanggal 21 Ramadan. Hal ini beliau sandarkan pada kesepakatan para ahli biografi bahwa Muhammad SAW diangkat menjadi rasul pada hari senin yang juga diperkuat hadits dari Abu Qotadah r.a, bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Senin, maka Rasulullah SAW menjawab.

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ

“Hari itu adalah dalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu (yang pertama) kepadaku” (HR. Muslim)

Lanjut dalam kitab sirah tersebut, Syaifurrahman menyebutkan bahwa hari Senin pada tahun tersebut jatuh pada tanggal 7,14,21 dan 28. Waktu jatuhnya malam Lailatul Qadr dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Aisyah r.a, Rasulullah SAW bersabda:

تَحَرَّوْا ليلة القدرِ في الوِتْرِ، من العشرِ الأواخرِ من رمضانَ

“Carilah oleh kalian keutamaan lailatul qadr (malam kemuliaan) pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan” (HR. Muttafaq alaih)

Dengan acuan pertama, ayat pertama surah Al-Qadr menyebutkan bahwa Al-Qur’an turun pada malam Lailatul Qadr; kedua, keterangan Rasulullah SAW bahwa beliau diutus dan menerima wahyu pertama pada hari Senin yang jatuh pada tanggal 7,14,21, dan 28; ketiga, keterangan Rasulullah SAW bahwa malam Lailatul Qadr jatuh pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Maka secara alamiah logika kita akan menyeleksi keempat tanggal tersebut dan menyimpulkan bahwa Al-Qur’an pertama kali turun pada hari Senin tanggal 21 Ramadan.

Al-Qur’an dan Ramadan Di Tengah Pandemi
Al-qur’an tidak dapat dipisahkan dari bulan Ramadan sebagaimana disebutkan dalam Al-Baqarah ayat 185.

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ

“Pada bulan Ramadan telah kami turunkan di dalamnya Al-Qur’an”

Telah dijelaskan sebelumnya mengenai beberapa pendapat mengenai waktu diturunkannya Al-Qur’an. Ada berbagai keutamaan yang melekat pada Al-Qur’an sejak awal diturunkannya hingga hari kiamat nanti. Pertama adalah predikat sebaik-baik manusia dapat diperoleh dari mempelajari Al-Qur’an sepaket dengan mengajarkannya sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik di antara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”

Selain itu keutamaan lain adalah dengan membaca Al-Qur’an maka pembacanya akan diganjar pahal berlipat dan juga akan menjadi syafaat kelak di hari kiamat sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran, maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf” (HR. Tirmidzi)

اقرأوا الْقُرْآن فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْم الْقِيَامَة شَفِيعًا لأَصْحَابه

“Bacalah Al-Qur’an karena sungguh ia akan datang pada hari kiamat memberi syafaat bagi para pembacanya” (HR. Muslim)

Beberapa dalil di atas merupakan dasar amalan-amalan yang dapat kita lakukan di bulan suci Ramadan. Namun perlu disadari bahwa amalan-amalan tersebut merupakan amalan yang bersifat transendental atau habluminallah saja. Selain peningkatan habluminallah, perlu juga peningkatan pada aspek habluminannas. Habluminannas mencakup aspek-aspek kesesamaan atau aspek sosial.

Menurut Kuntowijoyo, Islam dipahami bukan hanya dengan Islamisasi ilmu atau memverifikasi kecocokan ilmu dengan dalil-dalil Al-Qu’an dan sunnah melainkan harus dipahami bahwa Islam adalah ilmu itu sendiri. Ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an dipahami sebagai ilmu selanjutnya diejawantahkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Aspek habluminannas ini sangat penting diwujudkan dan ditingkatkan di tengah wabah COVID-19. Ditambah lagi ketidakpastian kebijakan pemerintah dalam menangani wabah penyakit ini. Krisis yang mulanya hanya pada krisis kesehatan telah berkembang menjadi krisis sosial dan ekonomi. Masyarakat terdampak secara nasional terutama masyarakat bawah. Korban jiwa tidak sekedar mereka yang terverifikasi positif COVID-19, juga mereka yang merasakan kelaparan. Teologi zakat, infaq dan sedekah (ZIS) serta barang berguna (Al-Ma’un) menjadi ayat yang dapat diejawantahkan sebagai ilmu ajaran Islam dalam menanggulangi krisis. Dengan membangun manajemen ZIS yang baik, dan penyaluran tepat sasaran maka kesengsaraan masyarakat akibat dampak pandemi dapat ditekan.

Seluruh lapisan masyarakat harus bersikap kooperatif ditengah pandemi. Segala bentuk protokol kesehatan harus dipathui. Bagi para pembaca yang memiliki kelebihan harta, sedekahkan, memiliki ide, sampaikan, memiliki tenaga, kerahkan. Waktu perkiraan berakhirnya pandemi secara matematis terus di modelkan. Riset dari Singapore University of Technology and Design (SUTD) yang rilis pada tanggal 5 Mei lalu, memprediksi COVID-19 akan berakhir di Indonesia pada bulan Oktober 2020. Namun demikian hasil ini bersifat prediktif, bisa jadi lebih cepat atau bahkan lebih lama.

Ujian krisis telah Allah SWT tegaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 155.

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”

Sebagai insan yang beriman, kita harus memaknai pandemi sebagai sebuah ujian yang datang dari Allah SWT. Tidaklah seorang siswa naik kelas tanpa melewati mekanisme ujian, begitu pula dengan orang yang beriman. Untuk memperoleh predikat takwa maka iman harus terus ditingkatkan. Semoga dengan adanya pandemi di bulan Ramadan ini menjadi peningkat kualitas sabar serta menjadi katalis iman kita untuk memperoleh predikat takwa dari Allah SWT.

---

Pucukmera.ID – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.

Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id