Didin Mujahidin
Founder dan Redaktur Pucukmera.id
PUCUKMERA.ID – Napas sudah ngos-ngosan, tapi cuan tak kunjung datang.
Pada tahun kelahirannya yang ketiga, Pucukmera.id benar-benar bertahan tanpa pemasukan. Ini sialan. Di awal berdirinya, memang tak pernah sekalipun memikirkan bagaimana media ini akan bertahan, apalagi memikirkan model bisnis media yang rumit untuk mengasilkan gemerlap harta.
Pucukmera adalah mimpi sederhana, menjadi wadah bagi siapa saja untuk bergabung dan belajar menulis. Bagian agak ndakiknya, menjadi media yang berpengaruh dan melahirkan para penulis serta intelek baru.
Sampai saat ini, kesederhanaan itu telah terbukti. Sudah beberapa kawan yang silih berganti mengisi posisi, menutup kekurangan, dan mencoba terus bertahan. Secara pribadi, saya paham betul, seringnya bergonta-ganti tim merupakan bentuk ketidakprofesionalnya sebuah media. Sebab napas sebuah media berada pada tiap hembusan napas keluarga yang merawatnya.
Selama ini, Pucukmera selalu diisi oleh anak muda yang liar, bebas, dan tidak terbatas. Kemampuan bertahan untuk tetap kreatif dan produktif dihasilkan dari sifat demikian. Semua memiliki warna serta wajib mewarnai Pucukmera. Pikiran-pikiran selalu dicurahkan untuk bertumbuh liar.
Bagian tragisnya, kerja-kerja mulia para punggawanya tak pernah dibayar tuntas dengan sepeser rupiah. Boro-boro menerima bayaran, adanya justru patungan untuk terus bertahan. Bagian paling dilematis terjadi saat salah satu dari kami sudah dihadapkan dengan tuntutan hidup. Kesedihan itu muncul seketika, sebab sampai sekarang Pucukmera belum bisa menghidupi keluarganya. Sehingga bagian dari kami harus bekerja di luar dan tetap merawat Pucukmera. Memang melelahkan. Namun, ini adalah lelah yang nikmat.
Jika dilihat dari komposisi tim yang kemudian kami sebut keluarga, memang tak pernah ada yang ahli dalam mengatur promosi dan mencari pendonor. Kebanyakan dari kami menyatakan diri sebagai penulis, kreator, peneliti, ataupun seniman. Meski ini sebenarnya hanya akal-akalan saja, untuk bermalasan mencari pendonor, terlebih untuk saya pribadi.
Akibatnya baru benar-benar terasa, media tanpa sokongan dana tidak dapat berjalan dengan lincah. Perut-perut kosong harus segera diisi agar bisa melangkah dengan nyaman. Curahan tenaga dan pikiran pada akhirnya hanya setengah bahkan seperempat saja, sisanya sudah terforsir untuk mencari penghasilan.
Jika boleh mungumpat, saya akan berkata, “Badjingan!” Kami terjebak pada romantisme kegelapan seperti kata Dea Anugerah. Bermimpi bisa hidup dari suatu usaha yang dibangun dari awal tidaklah mudah. Apalagi jika mimpi tetap di angan-angan belaka tanpa sedikit pun usaha-usaha untuk mewujudkannya.
Pada bagian ini, akan mengurai benang rumit untuk pelajaran bersama. Meski sudah berusia tiga tahun, kata konsisten untuk berjuang pada perkembangan literasi belum pantas disematkan. Waktu yang terlewati mungkin lebih banyak dari media lain, namun konsistensi terbitnya konten sangat jauh tertinggal. Dalam sepekan saja bisa tidak ada konten yang diterbitkan sekalipun.
Menulis dua kali dalam satu bulan saja masih terasa berat, namun sudah berharap menjadi penulis terkemuka. Semua ini adalah ‘human being’ memaklumi hal yang tidak seharusnya mendapat pemakluman. Sejatinya kita semua selalu mencari sebuah slimuran belaka.
Perlu disadari, bahwa kita hidup di dunia yang tidak bisa menerima kemalasan. Tidak ada kemalasan yang menghasilkan, kecuali malas menerima kebohongan dan ketidakadilan.
Benang rumit berikutnya, Pucukmera tidak pernah sekalipun benar-benar mengajukan pendanaan. Sebuah kesalahan besar memahami idealisme media: tidak ada media yang bertahan tanpa pemasukan. Semua media butuh vitamin C, yakni cuan. Baik didapat dari proses baik maupun tidak, namun ada tanggung jawab besar dari sebuah media. Gagasan-gagasan yang diterbitkan akan mempengaruhi sedikit banyak pikiran rakyat. Naluri kewasaran tak boleh tergantikan dengan iming-iming cuan.
Sejauh ini ada prinsip yang selalu dipegang. Kami tidak akan menjual kesedihan, menukar kesedihan dan air mata dengan uang karena itulah selemah-lemahnya iman. Kami memilih menerima sokongan dana dari sesuatu yang kita kerjakan dari berbagai macam bentuk karya maupun jasa. Pucukmera hanya menerima bayaran dari karya yang dihasilkan bukan dari tangisan dan rengekan.
Jika memang membutuhkan tim untuk mengerjakan penelitian, proyek tulisan, konsultan visual dan branding, Pucukmera sangat siap. Lebih-lebih untuk diundang mengisi kelas menulis maupun berbagai bidang kreatif lain. Kami sangat siap dan untuk ini tidak berharap dibayar.
Bagian ketiga, semua bagian kelurga kami tidak ada yang fokus untuk mengembangkan media ini. Semua memang berharap sebuah kejayaan dapat dicapai dari semua yang telah dibangun. ‘Part time founder’ istilah yang tepat untuk kami semua. Dari dua puluh empat pertujuh, hanya sebagian saja kami gunakan untuk memikirkan Pucukmera. Belum lagi jika terlena, sama sekali tidak memikirkannya. Mungkin hanya terlintas seketika, setelahnya ya sudahlah nanti dulu.
Terlepas dari kerumitan membangun media, saya hendak berterima kasih pada semua keluarga Pucukmera yang masih bertahan hingga detik ini. Selain memupuk optimisme, sesekali harus mempersiapkan pesimisme. Tidak ada yang tahu, harapan setinggi langit hanya tergapai setinggi gunung. Tidak semua orang bisa terbang, mereka yang memiliki uang dan akses khusus saja yang bisa.
Begitu pula dengan bualan omong kosong cerita kesuksesan seseorang tentang usaha atau bisnis yang dibangun. Hanya cerita-cerita perjuangan yang selalu ditampilkan, namun cerita tentang kekuatan modal dan akses khusus yang dimilikinya tidak pernah diungkapkan.
Orang di balik mereka sangat berpengaruh, orang tua yang memiliki sumber dana tidak terbatas contohnya. Bukan berarti ini adalah alasan untuk berkecil hati sebab tak kunjung sukses. Justru ingin sekali bersyukur, dengan begini mengerti perihal berjuang dan jatuh. Tidak pantas untuk mengeluhkan semua yang telah ada selama ini. Masih banyak yang lebih jatuh dari kami. Contoh, banyak yang ingin membuat media dari lama tapi tak kunjung jadi.
Harapan pada perayaan tiga tahun Pucukmera tidak akan terlalu optimis juga tidak terlalu pesimis. Cukup tiga tahun saja begini, setelah ini harus lebih banyak lagi yang dihasilkan. Semoga kita semua selalu mencintai pucuk, hingga Pucukmera dapat berumur panjang dengan rawatan kalian.
Pucukmera.id – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.