Abie Dhimas Al Qoni Fatarrudin
Pegiat diskusi di Angkringan Pada Umumnya
Nasionalisme bagi sebagian orang menjadi sebuah barang yang harus disembah seperti berhala. Paham ini dapat menyebabkan seseorang menjadi berimajinasi tentang bayang-bayang tidak nyata. Imajinasi itu mengakibatkan seseorang tidak sadar dan menyerahkan dengan ikhlas seluruh jiwa serta raganya untuk membela bayang-bayang tersebut. Segala macam paham keyakinan yang tidak sesuai dengan pemahamannya dianggap melenceng dan pantas untuk mendapatkan diskriminasi.
Saat ini nasionalisme digunakan sebagai alat politik untuk menjadikan masyarakat tunduk dan patuh. Dengan mengatasnamakan persatuan dan kesatuan, nasionalisme dinarasikan sebagai sebuah paham bela negara yang sebenarnya hanya menguntungkan segelintir golongan saja. Narasi tentang persatuan terus digaungkan agar masyarakat percaya bahwa mereka sedang membela negaranya.
Arti cinta tanah air kemudian dipersempit menjadi cinta akan pembangunan infrastruktur. Aksi protes yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat penolak dianggap tidak cinta tanah air atau tidak Nasionalis. Padahal aksi protes tersebut sebagai bentuk pertanyaan sekaligus kekecewaan atas hilangnya keberpihakan penguasa terhadap masyarakat kecil. Hiper Nasionalisme saat ini banyak menjangkiti masyarakat di Indonesia dan ciri-cirinya seperti dijelaskan di atas.
Hiper nasionalisme yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan. Penyebarannya menjadi lebih masif lewat media daring. Media daring membuat orang dapat mengakses informasi secara bebas dan gratis. Informasi datang sendiri tanpa harus bersusah payah mencarinya. Banjir informasi jadi susah dibendung dan orang akhirnya sulit memilah antara informasi benar atau tidak.
Informasi yang terus-menerus diterima oleh seseorang, mengakibatkan ia terjebak dalam sebuah Filter Bubble. Rasa percaya dan yakin akan kebenaran terhadap informasi tersebut akan muncul. Maka muncul anggapan bahwa informasi yang tidak sesuai dengan apa yang diyakini adalah salah, sehingga orang dalam menanggapi persoalan tidak dilihat sebagai sesuatu yang objektif, tetapi didasarkan atas emosinya sendiri.
Kebenaran atas dasar emosi, melahirkan adanya fenomena post truth. Di Tahun 2016, kata post truth ditetapkan sebagai international word of the year oleh kamus Oxford. Meningkatnya penggunaan kata post truth disebabkan dua peristiwa politik, yaitu Pemilu Amerika Serikat (terpilihnya Donald Trump) dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Dari situ kemudian post truth dikategorikan sebagai kata sifat dan masuk ke dalam kamus.
Seperti halnya dengan hiper-nasionalisme, penyebaran fenomena post truth menjadi sangat masif dengan adanya bantuan media daring, sehingga media daring sangat berpengaruh besar dalam penyebaran kedua fenomena tersebut. Kemudian muncul pertanyaan, adakah hubungan antara post truth dengan hiper-nasionalisme?
Narasi tentang hiper-nasionalisme yang diagung-agungkan secara terus-menerus, akan memunculkan sebuah kebenaran. Kemudian narasi hiper-nasionalisme tersebut akan diyakini dan menjadi sebuah landasan bagi seseorang untuk bertindak. Tindakannya dilakukan atas emosi diri sendiri atau subjektivitas. Kebenaran secara objektif secara tidak langsung, menjadi sebuah fakta yang salah bagi orang-orang pengikut i-nasionalisme ini, sehingga hubungan antara post-truth dengan hiper-nasionalisme adalah terletak pada pembenaran atas segala bentuk tindakan yang dilakukan atas dasar narasi hiper-nasionalisme.
Tindakan-tindakan yang muncul dari hiper-nasionalisme adalah merasa dirinya paling Indonesia. Pada akhirnya tindakan tersebut akan memunculkan rasisme, merasa memiliki ras paling superior di antara yang lain. Rasa superior itulah yang selanjutnya dijadikan alasan untuk membenarkan segala bentuk kekerasan terhadap kelompok minoritas. Bentuk-bentuk kekerasan dapat berupa pengusiran dan ancaman teror.
Nasionalisme saat ini sedang berada dalam pusaran post truth. Seharusnya nasionalisme digunakan sebagai alat pemersatu, tetapi kenyataannya justru dijadikan alat kontrol masyarakat agar tidak melawan dan protes. Nasionalisme hanya dimanfaatkan untuk membentuk sikap dan tindakan masyarakat yang semu dengan penyebaran atas kelindan post truth.
Baca tulisan terkait
Sjafruddin Prawiranegara, Nasibmu!
1 Comment
Binance code
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.