Nasib Lalapan dan Masa Depan Kebaikan

Didin Mujahidin
Pemred Pucukmera.id


PUCUKMERA.IDNikmatnya makan nasi lalapan tengah malam. Berangkat dari indekos, kadang sendiran atau bersama kawan. Kini, seolah sirna. Jam malam jadi penghalang dan kawan sudah banyak yang pulang.

Beberapa hari lalu, saya mampir di tempat nasi lalapan langganan. Letaknya tak jauh dari indekos. Seperti biasanya, tempe dan tahu jadi menu favorit untuk mengisi perut. Rasanya tak kalah nikmat dengan ayam goreng. Toh, pada akhirnya akan sama-sama berakhir jadi tahi. Dasarnya semua makanan itu enak, Tuhan tak pernah memberi hal buruk pada kita.

Nasi, tempe dan tahu goreng yang masih dipenuhi asap, dibungkus dengan kertas minyak oleh Pak Wid. Sebelum karet gelang mengunci nasi lalapan, bibir Pak Wid merapal kata, “Baru buka jam 5 sore. Jam 8 udah diminta tutup. Korona-korona.” Saya tak mengetahui betul, ucapan itu dilayangkan pada siapa. Sebab, di sampingnya ada sang istri dan anak lelakinya. Hingga saya memutuskan untuk diam dan segera membayar sebungkus nasi lalapan.

Sampai di indekos, pikiran saya terganggu. Rupanya perkataan Pak Wid membuat saya merenung dan berpikir. Maret bulan depan, pandemi akan genap satu tahun. Artinya, kondisi yang pilu tanpa kejelasan sudah berlangsung lama. Semua sektor merasakan dampak pandemi tanpa terkecuali.

Contoh kecilnya yang dirasakan oleh penjual lalapan. Jam buka mereka terganggu, pembeli juga berkurang. Sebab, para perantau terkhusus mahasiswa memilih pulang kampung melangsungkan #belajardarirumah. Biasanya, dagangan lalapan selalu ludes terjual. Saat ini terjual seperempat bagian saja pun sudah lumayan. Akibatnya, beberapa menu disimpan untuk disajikan esok hari. Sedang beberapa menu yang tidak tahan untuk disimpan, bisa saja akan dibuang.

Rugi. Untuk mensiasati mungkin akan dimakan sendiri. Sialan pandemi!

Tak banyak yang bisa diharapkan oleh penjual lalapan maupun pelaku dagang kuliner kelas kaki lima lain. Nyatanya, bansos juga tidak merata. Nominalnya pun tak cukup untuk hidup dalam sebulan. Apalagi sudah dikorupsi, bantuan sosial jadi polusi. Rasanya, berharap pada pemerintah adalah kemustahilan.

Strategi pemerintah untuk memberi bantuan pada rakyat sebenarnya sudah tepat. Pelaksanaanya yang kurang tepat. Masalah bantuan sosial dari negara hampir selalu berakhir demikian, ada mafia di tiap program negara.

Saya sedikit khawatir, pemberian bansos itu sebuah gimmick belaka. Di samping kurang beresnya penanganan kasus penyebaran Covid-19 yang belum usai, rakyat coba ditenangkan dengan satu paket bantuan yang jauh dari cukup untuk pengganti penghasilan satu bulan.

Jika kondisi demikian, penanganan penyebaran Covid-19 masih belum menemui titik temu dan bansos terus digelontorkan. Sebuah pertanyaan patut dilayangkan, “Dari mana negara mendapat dana untuk menambal semua?” Jika ingin ditelusuri, yang jelas hal pertama yang dilakukan negara adalah memotong anggaran belanja negara dari beberapa sektor yang kurang membutuhkan. Kedua, untuk menutup kekurangan anggaran, negara bisa saja menambah hutang negara.

Hutang negara akan terus bertambah saat kondisi pandemi tak kunjung usai. Negara kekurangan dana, rakyat juga kurang penghasilan. Hasilnya, semua sama-sama ngutang untuk menambal kekurangan. Kondisi ini gawat, ancaman terbelit hutang di depan mata. Jika tak mempersiapkan cara mengembalikan, semua akan kolaps pada waktunya.

Saya tidak membayangkan, jika pandemi akan berlangsung hingga tahun depan. Tapi, rasanya juga tak perlu dibayangkan, kita bukan cenayang yang tahu masa depan. Pastinya, semua sama-sama merasakan.

Apalagi di Malang, kini nasibnya jadi malang. Sejak berlakunya pembatasan sosial, berbagai sektor perekonomian di Malang jadi melemah. Mulai penjual makanan, tukang ojek, kedai fotokopi, hingga juragan indekos mulai kewalahan. Pasar dagang yang telah bertahun-tahun memberikan kehidupan, telah hilang begitu saja.

Bagi daerah seperti Malang, banyak penduduk lokal yang menggantungkan nasibnya dengan membuka lini usaha untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa. Daya beli para mahasiswa tergolong cukup tinggi, hingga jenis usaha apa pun yang bersinggungan dengan kebutuhan mahasiswa akan menuai hasil yang cukup.

Belum genap satu tahun pandemi, sudah banyak berbagai macam jenis usaha yang terpaksa ditutup. Salah satu faktornya, modal yang dikeluarkan untuk biaya operasional sehari-hari lebih besar daripada hasil yang didapat dari penjualan. Jika terus memaksakan untuk tetap buka, pemilik usaha akan menelan ludah kering kerugian.

Namun, ada dilema pada tiap pengusaha. Pertama, satu-satunya pemasukan mereka ialah hasil dari berdagang. Jika usahanya tutup, pintu penghasilan otomatis tertutup. Kedua, peluang kerja yang minim. Sebagian pedagang atau pengusaha menutup usahanya sebab menginginkan kepastian menjadi pekerja perusahaan. Sayangnya, kepastian itu justru berujung ketidakpastian. Sebab, mencari pekerjaan di masa pandemi bagai mencari jarum dalam sekam.

Ke depan, tak ada yang bisa memastikan, kapan kondisi normal akan kembali terjadi. Meski semua butuh kepastian, tapi tak berdaya untuk memastikan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan agar semua bertahan adalah saling bahu-membahu. Semua butuh tetap hidup dan makan, mari sedikit berbagi kebaikan. Jika rezekimu cukup banyak, coba beli makanan atau apa pun di pedagang-pedangan kecil. Itulah satu-satunya mata pencaharian mereka.

Jika tak cukup uang, selain terus mendoakan supaya semua diberi kesejahteraan, ada tindakan lain yang bisa dilakukan. Ajari para pedagang kecil untuk mengubah pola dagangnya. Bantu mereka mempromosikan dagangan melalui media sosial. Kabarkan, ada hal baik yang butuh bantuan. Selemahnya iman ialah tetap mencoba dan mengusahakan.

Sudah, tak usah berpikir panjang. Tiap ada yang butuh bantuan, segera ulur tangan.


Pucukmera.id – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.

Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

Leave a comment