Lusa Indrawati
Penulis Pucukmera.id
Jauh di pelosok kota, hiduplah seorang wanita bernama Bu Rosy dan anak perempuan semata wayangnya, Merlin. Mereka hidup serba kekurangan namun masih bercukupan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Setiap harinya, Bu Rosy mencari uang dengan berjualan buah-buahan segar di pasar Monchastes. Buah-buah itu diambil dari hutan kemudian dikumpulkannya lalu dijual.
Sekitar pukul lima pagi, Bu Rosy berangkat dari rumah menuju pasar Monchastes dan meninggalkan Merlin sendirian. Saat Bu Rosy berangkat, Merlin masih tertidur lelap. Seperti biasa, ketika dia terbangun sarapan sudah terhidang di meja. Merlin sendiri adalah seorang gadis remaja berusia 15 tahun. Dia mempunyai sifat keras kepala. Jika ia menginginkan suatu hal, maka hal tersebut harus didapatkannya.
Pada suatu hari Merlin ikut ibunya ke pasar untuk berjualan. Ia berjalan-jalan di sekitar pasar untuk melihat-lihat. Tiba-tiba matanya tertuju pada satu toko sepatu. Di dalamnya, Merlin melihat sepatu merah yang cantik dan sangat menawan. Merlin berdecak kagum dan terbersit keinginan untuk memilikinya.
Merlin yang memiliki hobi menari membayangkan betapa cantik dan menawan sepatu itu di kakinya. Merlin berfikir untuk memberitahu ibunya bahwa ia sangat menginginkan sepatu itu. Dengan segera, ia berlari kencang meninggalkan toko tersebut. Merlin berniat meminta izin sekaligus uang kepada ibunya untuk membeli sepatu tersebut.
“Ibu, aku mau sepatu merah di toko itu. Berikan aku uang untuk membelinya” Pinta Merlin sambil menunjuk ke arah toko
“Nak, pemilik toko itu adalah seorang saudagar kaya. Tentunya harga sepatu disana akan sangat mahal. Bagaimana Ibu bisa membelikanmu sepatu itu? Sekarang Ibu sedang tidak punya uang” Jawab ibu Rosy lirih
“Aku tidak mau tahu, Ibu. Jika aku tidak mendapatkan sepatu merah itu, aku akan mogok makan dan berbicara pada Ibu!” Cerocos Merlin
“Jangan bicara begitu, Nak. Selama ini Ibu banting tulang untuk kamu dan kehidupan kita. Ibu sungguh minta maaf jika sepeninggal Ayah, hidup kita masih saja susah. Tolong mengerti kondisi kita, Nak.” Tutur Bu Rosy sambil menyeka air matanya.
“Andai saja Ayah masih hidup, pasti kita tidak akan serba kekurangan seperti ini. Ayah pasti akan membelikanku sepatu merah itu. Tidak seperti Ibu”
Perkataan Merlin seperti pisau yang menancap kuat di ulu hati. Rasa sakit muncul di hati Bu Rosy. Bu Rosy tidak menyangka kasih sayang yang selama ini diberikan kepada Merlin, membuatnya menjadi gadis egois dan keras kepala. Akhirnya, Merlin pulang dengan tangan kosong.
Meskipun Bu Rosy masih sakit hati, ia tidak tega melihat Merlin mogok makan dan menderita. Sudah seharian ini Merlin tidak mau bicara dengan ibunya dan menolak makan. Tapi tanpa sepengetahuan ibunya, diam-diam dia membeli beberapa makanan dan makan dengan lahap. Merlin tidak bisa menahan perutnya yang keroncongan. Di hadapan ibunya, ia akan memasang wajah memelas dan tidak berbicara sepatah kata pun.
Melihat kondisi seperti ini, Bu Rosy memutuskan untuk bekerja keras siang dan malam. Setiap hari ia pulang telat agar ia bisa menabung untuk membelikan sepatu merah yang diidam-idamkan Merlin. Tanpa memedulikan kesehatannya, Bu Rosy bekerja sangat keras. Selain menjadi penjual buah-buahan dari pagi hingga sore, Bu Rosy memutuskan untuk bekerja sebagai penjahit di toko pakaian pada malam harinya. Akibatnya, ia harus sering pulang larut malam.
Melihat kerja keras ibunya, sedikit pun Merlin tidak peduli dan merasa kasihan. Justru ia sangat senang dan terus membayangkan betapa cantiknya sepatu merah itu di kakinya. Hari demi hari berganti, karena kelelahan yang teramat sangat, Bu Rosy jatuh sakit. Dia terbaring lemah tak berdaya di tempat tidur. Melihat kondisi ibunya, mau tidak mau Merlin menggantikan sang Ibu berjualan di pasar. Ia mulai mencari buah-buah segar di hutan untuk dikumpulkan lalu dijual. Setelah mengumpulkan buah-buahan, Merlin berangkat ke pasar untuk berjualan.
Sebelum berangkat, rasa malasnya muncul. Ia memilih tidak membuatkan sarapan untuk ibunya. Merlin hanya berpikir bagaimana cara mendapatkan uang yang banyak untuk membeli sepatu merah idamannya. Sudah seminggu, Merlin berjualan di pasar. Hasil uangnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan ia tabung untuk membeli sepatu merah itu. Hingga suatu hari sepasang saudagar kaya berjalan menuju toko Merlin.
Dia bertanya kepada Merlin, dimana Bu Rosy yang biasanya berjualan di sini. Mereka adalah pemilik toko pakaian tempat Bu Rosy bekerja sebagai penjahit. Merlin menjawab pertanyaan mereka dan lanjut mengobrol dengan ramah. Dia menjelaskan kondisi ibunya, bahwa saat ini sang Ibu sedang jatuh sakit dan ia di sini untuk menggantikannya. Mendengar penuturan Merlin, mereka menjadi iba dan tiba-tiba mengatakan sebuah kalimat yang membuat Merlin terkejut.
“Merlin, kau sangat terampil berjualan. Kau juga sangat ramah. Melihatmu aku teringat pada mendiang anak perempuanku”
“Dulu kami mempunyai anak bernama Jasmine. Dia sangat ceria dan sangat senang menari. Tapi takdir berkata lain, di usianya yang masih muda dia meninggal karena sakit”
“Melihatmu, aku jadi teringat anakku. Maukah kamu ku adopsi Merlin? Kami akan menyayangimu dan memenuhi semua keinginanmu”
Merli terbelalak. Tanpa berpikir panjang Merlin menyetujui permintaan mereka. Ia bahkan tidak memikirkan pendapat dan perasaan Ibunya. Singkat cerita, sepasang saudagar kaya itu memberikan sejumlah uang kepada Bu Rosy dan memanggil dokter untuk mengobati Bu Rosy. Sedangkan Merlin merasa sangat bahagia karena sepatu merah idaman itu kini sudah menjadi miliknya
Sejak hari pertama berpisah dari anaknya, setiap hari Bu Rosy menangis karena merasa rindu. Di sisi lain, Bu Rosy juga ingin anaknya bahagia. Sedang jauh di sana, Merlin begitu disayangi dan dimanja oleh orang tua angkatnya. Sayangnya, kenyamanan yang Merlin terima membuat Merlin tumbuh menjadi gadis sombong dan kurang menghormati orang lain. Merlin menjadi semakin keras hati dan bertindak semena-mena pada orang kecil di sekitarnya.
Selama tinggal dengan orang tua angkatnya, dia juga tidak pernah menjenguk ibu kandungnya. Hingga suatu hari, saat Merlin berjalan-jalan dengan sepatu merahnya di halaman depan rumahnya, ia dikejutkan dengan kedatangan seorang pengemis. Pengemis itu sangat renta. Pakaiannya lusuh dan berlubang. Seluruh rambutnya dipenuhi uban dan tubuhnya hanya ditopang dengan sebuah tongkat. “Siapa kamu? kenapa kamu bisa masuk rumahku? Pak Satpam, tolong bawa pergi bapak ini!” Teriak Merlin
Si pengemis mengernyitkan dahi. Ia hanya ingin mengambil beberapa barang rongsok di tempat sampah. “Kau gadis yang sombong. Hati-hati suatu hari kamu akan menerima akibatnya.” Kata pengemis Tua itu sambil beralih pergi.
Seperti biasa, Merlin tidak peduli. Ia melanjutkan kegiatannya berjalan-jalan hingga tiba di taman kota. Namun, cuaca yang cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung. Suara daun-daun bergesekan dengan angin membuat suara yang amat berisik. Tak hanya itu, suara petir menyusul. Merlin panik dan berfikir sepertinya badai akan datang. Ia memutuskan berlari pulang. Suara petir yang tidak berhenti membuat Merlin semakin mempercepat larinya. Tiba-tiba, “BRUKKK!”. Merlin yang ketakutan terjatuh saat menuruni tangga di taman karena tidak fokus memperhatikan jalan.
Tidak ada siapa pun di sekelilingnya. Merlin menangis menahan rasa teramat sakit di kakinya. Kakinya seolah membeku, sulit untuk digerakkan. Di sisi lain, hujan mulai turun dan suara petir yang semakin sering terdengar. Di tengah rasa keputusasaannya, terdengar langkah kaki mendekat.
“Merlin, apa yang kamu lakukan di sini sendirian, Nak?” Suara yang sangat familiar terdengar seiring dengan pelukan hangat mengelilingi tubuh Merlin. Bu Rosy, datang tepat waktu. Di saat Merlin hampir pingsan menahan rasa sakit dan ketakutan.
“I-ibu..” Lidah Merlin kelu. Merasa tak pantas memanggilnya Ibu. Sedangkan Bu Rosy tanpa berfikir panjang menggendong Merlin menuju rumah sakit terdekat. Tanpa mengeluh atau marah. Sesampainya di Rumah Sakit, Merlin segera diperiksa dan kabar buruk datang. Kaki Merlin mengalami patah tulang.
Merlin menangis kencang. Selain karena rasa sakit, ia mengingat keegoisan dan perilaku buruk yang ia lakukan pada ibunya dan orang lain. Air matanya mengalir deras, penyesalan pun menyusup di hatinya.
Pucukmera.id – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.
4 Comments
URL Shortener
Terima kasih banyak atas informasinya yang sangat bermanfaat! Saya selalu menemukan berita yang relevan dan terkini di situs ini. Ngomong-ngomong, jika Anda sering memendekkan tautan, saya merekomendasikan layanan V.af. Saya telah menggunakannya dan merasa sangat efisien. Desainnya juga keren! Anda bisa cek di V.af. Terima kasih lagi untuk konten yang hebat di situs ini!
الإباحية للأطفال في سن المراهقة s
child teen
դեռահասների պոռնո
matadorbet porn
deneme bonusu veren siteler
deneme bonusu veren siteler