Perjamuan tawa haha-hihi yang berdiri di ambang batas;
Entah memang teramat lucu,
Atau perih yang terlalu pedih,
Hingga ku pikir luka yang memaparku itu bercanda.
Bagai ban meletus saat dikejar waktu yang kian menipis,
Semangat yang loyoh ku pompa dengan megap-megap.
Sesegera mungkin aku tetap harus merayakan ironi;
Menangisi kebahagiaan,
Menghidupi kematian rasa,
Memisahkan pertemuan dendam,
Mengheningkan keramaian berpikir,
Menelan ego yang muntah,
Dan menumpahkan kebohongan dari rasa percaya yang t’lah tertuang.
Kali ini aku benar-benar dipaksa optimis.
Dengan segala kecewa yang kutelan dari berbagai macam janji;
Baik yang tertulis,
Maupun yang terucap.
Memangnya kau sanggup?
Ketika kebahagiaanmu kau dorong dengan sangat,
Ketika itu pula sekuat dengan sangat yang sama,
Restu kedua orang tuanya memukul mundur kemenanganmu;
Dengan memunculkan kandidat-kandidat baru.
Aku harap kau semua paham.
Mengapa aku harus menerima kekalahan telak.
Lagi-lagi aku harus teguh dan tetap merayakan ironi.
Aku tak tahu bagaimana lagi aku harus memeluk penolakan;
Mengucap selamat tinggal pada kebahagiaan yang baru saja datang.
Teramat gelap dan gusar.
Ketiadaanmu harus aku dekap sedang kita baru saja saling menjauh.
Jangan sedih.
Aku tahu kau sedang berusaha menggenggam jemari-jemari mimpi yang sempat kita rencanakan.
Walau kita harus benar-benar menghadapi realita dengan mata terbuka.
Penglihatanku memang tak setajam perasaanku.
Namun komat-kamit penolakan yang orang tuamu ucapkan di depan mataku,
Adalah pengalaman buruk yang mungkin baik untuk kita masing-masing.
Di sepertiga malam, aku harus menyerahkanmu pada kedua lengan pagi.
Ucap dan pesan singkat mengenai kepergiaanmu memang sengaja aku tunda.
Sebab aku harus lebih dulu menertawakan kehidupan;
Dengan satu – dua – tiga sloki yang mungkin sudah disiapkan oleh takdir di dalam tas kerjaku. “Mengapa akhirnya begini?”
Teriakku dalam hati yang semakin keras semakin sepi.
Kembali aku melangkahkan kaki.
Meluruskan tujuan hidup di tengah harapan yang serba terbalik.
Menghembuskan napas panjang sembari menarik pikiran jauh di atas puncak gunung;
Betapa mudahnya lanskap keindahan diubahnya menjadi potret perjalanan yang buruk.
Padahal ini bukan sejenis kompetisi fotografi.
Sambil melanjutkan angkatan sloki ke tiga belas,
Di sudut kamar aku terngiang-ngiang nada-nada tinggi malam itu,
Sekujur tubuhku berkeringat dingin seperti tampak ketidak-siapan;
Dihadapkan pahitnya menjadi dewasa.
Nampaknya aku lupa membaca paragraf pada bab proses pendewasaan.
Kian gelap kian terlelap.
Kepalaku mulai pening merencanakan.
Perihal bagaimana aku mampu mengekalkanmu di hubungan yang begitu sementara.
Entah mata sudah mulai membayang,
Tiba-tiba aku melantunkan nada-nada minor;
Menyalakan keheningan sebagai sumbangan suara sumbang sampai pagi menjelang.
Betapa syahdu kau berdiri menari di atas siulanku.
Ku mainkan gitar dengan lihai.
Ku petik-petik lembut seorang dawai yang ku bayangkan itu rambut halusmu.
Serempak aku membenturkan kepalaku pada dunia yang mabuk di kesadaranku yang waras.
Sementara malam tumbuh menyelami mimpi,
Berkembang perlahan di dasar sepi,
Aku masih saja sibuk menyelamatkan puisi.
Barisan tulisan yang menganggur,
Ku bawa dalam hening penuh anggur.
Aku merayakan ironi dengan minuman yang memang semestinya menemani.
Puisi mengakar kuat di kedalamaan hati yang begitu lemah.
Perayaan ini seperti sangat terencana.
Sesungguhnya kau lah yang datang dengan menggenggam jantung kebahagiaan.
Sampai pada melepaskannya di palung kesedihan paling dalam.
Kau lah ironi itu;
Melepaskan ikatan dengan mengikat,
Melepaskan genggaman dengan menggenggam,
Mematahkan hati dengan jatuh hati,
Menggenapi janji secara ganjil,
Yang memutuskan pergi dengan rindu yang selalu datang,
Yang menghujani harapan di senyummu yang gersang,
Yang pandai mencuci tanganmu namun lihai membasahi pipiku.
Terima kasih pernah menjadi sedekat napas, yang pada akhirnya pergi sejauh lambaian tangan.
Pucukmera.id – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.
3 Comments
Shantell
I’m really impressed along with yoyr wwriting skiills aand akso wioth the layout on yolur weblog.
Is thnis a paid ssubject or didd youu modiify it yourself?
Anyway kep upp thee nice high quality writing, it’s
uncommon to lokok a nide blog ike this oone today..
Also visit myy sute – xxxtubebest.com/xp5pW1G7K1knk
Telegram下载
https://www.telqq.com Telegram群组,Telegram群组导航。收录Telegram上的优质频道和群组,打造一个高质量Telegram导航。TGNAV收录整理了Telegram上的许多优质频道、群组、机器人,帮助用户发现更多优质的群组。
Telegram下载
有道词典是由网易有道出品的全球首款基于搜索引擎技术的全能免费语言翻译软件。简介. 支持中文、英语、日语、韩语、法语、德语、俄语、西班牙语、葡萄牙语、藏语、西语等109种语言翻译。拍照翻译、语音翻译、对话翻译、在线翻译、离线翻译更顺畅。更多的翻译 https://www.fanyim.com