Menunggu 22 Mei, Netizen Bisa Apa?

*) Bare Kingkin Kinamu (@kingkinkinamu)

MENGHINDARKAN diri dari hate speech adalah hal terbijak yang bisa dilakukan netizen.

Dari pantauan media sosial, netizen yang telah menentukan pilihan pasangan calon Presiden masih saja aktif menanggapi perkembangan isu-isu yang menggelinding bak bola panas.

Dari pengamatan saya, masih belum ada gencatan kritis dari netizen pendukung kedua paslon, walau sebetulnya semuanya hanya perang dingin tanpa data yang jelas.

Apakah netizen berhak bersuara di media sosial? Jelas netizen berhak bersuara, berhak menyalurkan pendapat. Tapi, seyogianya netizen bisa membedakan antara kritik dan saran yang membangun, alih-alih hate speech yang menumpulkan akal dan nurani yang sehat.

Seperti lagu Snada, Jagalah Hati: Jagalah hati jangan kau kotori, jagalah hati lentera hidup ini.”

Nukilan lirik sederhana itu sebenarnya bisa menjadi pengingat netizen supaya tidak terprofokasi oleh pihak tertentu. Menjaga hati supaya tetap netral meski telah memilih.

Ya, seperti yang dilakukan istri Andre Taulany saat mengunggah sebuah konten di media sosial yang memicu komentar netizen pro 02. Bahkan, netizen kontra nomor dua mencerca balik.

Netizen harus cerdas. Netizen tidak diperkenankan melakukan hate speech yang bisa menumpulkan naluri.

Tak ada yang bisa dilakukan sebelum pengumuman resmi KPU. Netizen berhadapan dengan fakta, cuitan mereka sebenarnya tidak memberikan manfaat bagi Indonesia, kecuali jika netizen kreatif dan melakukan aksi nyata bersama untuk membangun negeri ini.

Hingga dalam kejenuhan menunggu, netizen saling mencela dan menekan. Sikap politik setiap orang tak akan merubah kenyataan: sekarang belum pengumuman resmi, loh.

Capres nomor urut satu meminta para pendukungnya tetap tenang dan menunggu hasil resmi KPU.

Dari pengamatan yang diberitakan media, pasangan nomor urut dua mengatakan ada kecurangan. Meski demikian, capres nomor dua tetap mengumumkan kemenangannya. Terang saja, hal itu menjadi sorotan netizen. Ya, bagaimana lagi, namanya juga demokrasi.

Sebetulnya, selebrasi dini dan adanya tuduhan kecurangan merupakan de javu pemilu 5 tahun lalu. Paslon nomor urut dua, tahun lalu juga melakukan hal yang sama.  Ia menuduh adanya kecurangan masif, meski pada akhirnya ia harus menerima kekalahan dari fakta yang ada.

Media-media meliput hal tersebut. Beberapa jurnalis yang meliput Pilpres menganggap fenomena itu sudah jadi berita rutin. Semua tim sukses mencoba memainkan manufer untuk memperburuk citra lawan politiknya.

Beberapa jurnalis media nasional bahkan sudah tidak heran jika mereka akan menulis berita yang sama dengan lima tahun lalu; tentang tuduhan kecurangan dan lain sebagainya.

Keterkungkungan netizen atas perbedaan pilihan seharusnya tidak memicu sikap saling bully yang bahkan menimbulkan hate speech. Beropini itu boleh, asal tidak memfitnah. Lihat saja kasus Ratna Sarumpaet jelang Pilpres 2019, heboh, netizen dari semua kalangan baik politisi, artis, hingga masyarakat luas, berbondong-bondong mengeluarkan pendapat.

Apa yang diinginkan dari terbitnya isu babak belur Ratna Sarumpaet ini? Apakah ini bagian dari taktik politik untuk mengacaukan kestabilan pikiran dan hati pendukung paslon? Tentu ending drama Ratna Sarumpaet justru jadi bahan pembelajaran netizen. Jangan mau dipecah-belah hanya karena perbedaan politik.

Terlepas dari kasus Ratna yang sebenarnya, ia akhirnya meminta maaf karena sebenarnya ia habis dioperasi, bukan babak belur karena dipukuli. Sebuah epik klasik dalam politik.

Netizen tentu kangen dengan persaingan yang sehat, bukan? Anda tentu merindukan persaingan adu gagasan yang teruji dan realistis.

Demokrasi memang bagian dari negeri ini. Usai pemilu netizen kembali ke kehidupan sendiri-sendiri. Pantaslah jika sebenarnya netizen memiliki hak untuk memilih berakal sehat dengan menghargai perbedaan pilihan, alih-alih ikut-ikutan arus media sosial yang penuh hujatan.

Selamat menunggu pengumuman resmi KPU, selamat merayakan hasil suara demokrasi! []

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

3 Comments

  • Ilmiyatin Nurmalichatin
    Posted May 11, 2019 at 11:35 am 0Likes

    Tahun ini kedewasaan politiknya bner2 dipertanyakan . Parah sih. Setuju sama tulisan ini

    • adminpucuk
      Posted May 16, 2019 at 6:34 am 0Likes

      Tulisan ini memang memberikan satu jawaban pamungkas: kita lebih baik diam dan menunggu untuk 22 Mei 🙂 hehe

  • Trackback: Pemilu Beberapa Hari Lagi – Pucukmera.ID

Leave a comment