Eko Prasetyo
PUCUKMERA.ID – Pagebluk membuat semua masyarakat mengalami culture shock. Semua aktivitas pekerjaan, belajar, dan beribadah kini dilaksanakan di rumah. Waktu luang bersama keluarga semakin melimpah, namun banyaknya waktu luang di rumah membuat kita masih menyisakan waktu yang berlimpah.
Namun, banyak kegiatan yang dapat kita lakukan selama wabah berlangusng, salah satunya berkebun. Berkebun menjadi pekerjaan pilihan yang dapat meningkatkan metabolisme tubuh, tentunya dapat membuat lebih sehat karena keringat pun membasahi tubuh saat berkebun. Kegiatan berkebun akan lebih enak jika mempunyai lahan atau ladang melimpah, sehingga kita bisa mengelola dengan menanam tanaman hias atau buah-buahan.
Kegiatan berkebun dan bertani di lahan sawah atau pekarangan memang sudah dinikmati oleh banyak orang tua di Indonesia. Meski pekerjaan sebagai seorang petani sering kali dicap rendah, omzet pas-pasan, prosedurnya rumit, dan lain-lain. Banyak orang membayangkan, jika terjun ke dunia pertanian hanya menjadi seorang petani padi yang panen dua kali dalam setahun dan mahalnya harga pupuk pembenihan hingga proses panen.
Banyak yang terfokus pada petani padi saja, padahal tidak hanya itu, petani buah-buahan, umbi-umbian, singkong, jagung, atau yang tengah viral adalah tanaman porang misalnya. Banyak anak muda lebih tertarik bekerja ke ranah kantoran dengan dalih lebih nyaman bekerja di ruangan yang dingin tanpa harus berpanas-panasan. Banyak para orang tua yang mengarahkan anaknya menjadi seorang PNS, dengan dalih tidak mau ribet memikirkan gaji.
Tetapi, tren tersebut kemudian berubah, saat ini bermunculan anak muda mulai menapaki dunia pertanian. Tak bisa dimungkiri, pekerjaan di sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup menjanjikan, apalagi di masa pandemi yang tengah menghantui Indonesia. Jika sektor UMKM di bidang makanan dan minuman ada yang gulung tikar akibat pembatasan kegiatan masyarakat, justru sektor pertanian tetap berjalan menjadi salah satu pilihan pekerjaan di era pandemi.
Loh kok pertanian? Pertanian dianggap menjadi pekerjaan yang menerapkan social distancing efektif. Bertani adalah pekerjaan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena badan tergerak dengan mencangkul tanah, memasukan tanah ke dalam karung, dan menanam itu sendiri. Semua itu tentunya menguras energi serta mendapat nutrisi dari cahaya matahari apalagi jika dilakukannya pada pagi hari. Ada juga yang tengah viral dalam wajah petani dengan kekayaan energi internet yang memunculkan era revolusi digital. Kini memunculkan istilah profesi baru yakni petani Facebook yang diminati oleh banyak orang salah satunya anak muda.
Petani Facebook adalah istilah baru yang dicetuskan salah satu petani milenial kelahiran Desa Ujungrusi di Tegal. Saat ini beliau menjadi petani durian yang mempunyai kebun durian seluas 8 hektare di Batang. Petani ini bernama Tabah Haryanto lulusan Sastra Inggris. Walaupun berlatar belakang sastra, bukan menjadi penghalang baginya untuk menjadi seorang petani milenial yang sukses, kreatif, dan inovatif.
Pasti Anda pernah berpikir apa relasi lulusan Sastra Inggris dengan dunia pertanian? Ya, tentu ada kaitan cukup erat. Tabah, sapaan akrabnya terbiasa menyelami literasi berbahasa Inggris. Dari sinilah awal mula dia belajar tentang dunia pertanian, saat para petani lain hanya belajar dengan cakupan skala mikro, Tabah sudah belajar hingga cara mengelola pertanian di luar negeri, karena unggul dalam penguasaan literasi dengan kecakapan berbahasa Inggris.
Kini Tabah bukan hanya menjadi seorang petani durian saja. Dia naik kelas menjadi konsultan petani durian, mengajari petani-petani baik yang sudah sepuh maupun yang masih pemula. Tidak hanya seorang petani, bukan juga mahasiswa yang kini mendalami kelas pertanian. Dia juga membuka akses bagi semua kalangan yang ingin belajar tentang dunia pertanian khususnya pertanian buah. Tabah tidak hanya mengajarkan menjadi seorang petani yang mampu memproduksi buah-buahan dengan skala kualitas super, tetapi strategi marketing handal dengan memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi juga diajarkan.
Media sosial yang digunakan adalah Facebook. Media sosial ini menjadi favorit Tabah untuk mempromosikan hasil produksinya bahkan sampai ke luar negeri. Dia juga mengisi materi tentang strategi pemasaran ala petani Facebook. Petani di era digital harus pandai menguasai teknologi, petani harus berselancar di jagat maya, itulah jalan kesejahteraan pendapatan seorang petani.
Zaman serba digital sekarang ini membuat semua sektor mengalihkan metode konvensional ke modern melalui teknologi digital. Salah satu sektor yang harus mengikuti adalah pertanian, terutama pengembangan strategi hasil produksi pertanian ke media sosial salah satunya Facebook.
Tabah telah menginspirasi banyak anak muda untuk menjadi petani Facebook, salah satunya adalah petani anggur di Sidaharja Tegal dan petani milenial lainnya yang mengikuti jejak Tabah menjadi petani Facebook. Maka dari itu, menjadi seorang petani Facebook atau petani media sosial lainnya harus belajar dulu prosedur dan regulasinya. Dalam hal marketing saja harus mempunyai cakupan ilmu luas dan bisa bongkar dapurnya. Untuk menciptakan tenaga ahli di dunia pertanian butuh waktu lama untuk memolesnya menjadi tenaga ahli yang benar-benar ahli.
Pucukmera.id – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.