Akhmad Idris
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Slogan “Work from Home” dan “Belajar secara Daring” bertebaran di mana-mana semenjak virus corona mulai betah di Indonesia. Hal ini membuat banyak hal berubah, di antaranya adalah orang tua dan anak lebih banyak memiliki waktu bersama. Kondisi ini tentu memaksaorang tua untuk memenuhi keinginan anak yang biasanya terpenuhi ketika di sekolah, seperti kebiasaan mendapatkan dongeng dari gurunya.
Sayangnya, tidak sedikit orang tua yang melupakan atau tidak sempat melakukan kebiasaan mendongeng kepada anaknya sebab waktu telah habis tak bersisa untuk bekerja, lalu mengurai lelah.
Survei yang dilakukan oleh pihak Disney di Inggris menyebutkan bahwa hanya 33% orang tua di Negara Inggris yang masih menyempatkan waktu untuk membacakan sebuah cerita pada anak-anaknya sebelum tidur. Kini, Corona telah mampu memaksa para orang tua untuk belajar mendongeng demi memenuhi keinginan anak-anaknya.
Mendongeng Tak Melulu tentang Legenda dan Cerita Rakyat
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kelima mendefinisikan dongeng sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi (seperti kejadian aneh zaman dahulu) atau perkataan yang tidak benar (hanya khayalan belaka). Oleh sebab itu, dongeng lebih identik dengan legenda dan cerita rakyat. Padahal, pada dasarnya anak-anak memang menyukai hal-hal yang diceritakan atau didongengkan (terlepas hal itu legenda, cerita rakyat, atau bahkan kisah nyata).
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Syahrul (2012) dalam tulisannya yang berjudul Menanamkan Pendidikan Karakter Kepada Siswa Melalui Sastra. Ia menyampaikan bahwa cerita atau dongeng yang sering disampaikan kepada anak akan masuk ke dalam diri anak, sehingga akan berpengaruh pada kondisi kejiwaan anak ketika anak telah tumbuh besar nanti.
Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa esensi dari ‘mendongeng’ bukan terletak pada kebenaran atau khayalan isi ceritanya, tetapi terletak pada pesan moral yang ada dalam cerita atau dongeng tersebut. Tak heran jika orang-orang tua dulu mendidik atau menidurkan anak-anaknya menggunakan dongeng, sebab dongeng adalah sarana mendidik yang mengasyikkan dan menyenangkan.
Jika didikan dalam bentuk nasihat, pelajaran, dan sejenisnya terkesan membosankan; maka dongeng adalah cara mendidik yang membuat ketagihan. Anak-anak selalu penasaran dengan nasib si kancil ketika bertemu dengan buaya, petani, singa, dan sebagainya; sekaligus tanpa disadari anak-anak telah belajar memahami pesan-pesan moralitas bahwa setiap keburukan yang dilakukan oleh kancil akan mendapatkan balasan yang setimpal, begitu pun sebaliknya.
‘Mendongeng’ tak hanya perihal si kancil, malin kundang, dan sejenisnya; kisah-kisah nyata seperti kemulian akhlak Nabi Muhammad, Para Sahabat, dan orang-orang sholih lainnya juga dapat dijadikan bahan dongeng atau cerita kepada sang buah hati. Aspek yang paling maha penting dari ‘mendongeng’ adalah unsur pendidikan karakter di dalam ceritanya, sehingga anak tidak hanya mendengar, tetapi juga belajar.
Mengapa Anak-Anak Lebih Suka Didongengi daripada Membaca Sendiri?
Pertanyaan selanjutnya, yang menarik untuk dibicarakan adalah, mengapa anak-anak sangat suka didongengi? Bukankah mereka bisa membaca sendiri? Sehingga orang tua hanya perlu menyediakan buku-buku bacaan (dongeng atau cerita-cerita hikmah).
Jawaban dari pertanyaan ini sebenarnya sangat sederhana yakni karena minat baca anak Indonesia sangat rendah. Anak-anak Indonesia lebih suka mendengar daripada membacanya sendiri.
Anak-anak Indonesia cenderung lebih tertarik dengan gambar (film) dan suara (didongengi) daripada kata (buku bacaan). Hal ini dapat dibuktikan dengan fakta bahwa perpustakaan, taman baca, dan rumah baca lebih sepi dibandingkan tempat-tempat lain seperti bioskop dan tempat nongkrong (kafe, warkop, dan sejenisnya).
Bukti lainnya adalah hasil penelitian dari Program for International Student Assesment (PISA) di tahun 2015 yang menyebutkan bahwa Indonesia menempati posisi 62 dari total 70 negara dengan skor membaca yang sangat rendah, yakni hanya 397 (sangan minimalis).
Tingkat literasi yang sangat rendah akan memberikan dampak terhadap kemajauan bumi pertiwi di masa depan nanti. Minat baca anak-anak Indonesia harus mulai ditingkatkan, jika kelak Indonesia tidak ingin menjadi negara yang terpinggirkan. Kebiasaan ‘mendongeng’ dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk menjadikan anak-anak sebagai Pembaca Ulung.
Dongeng atau cerita yang disampaikan kepada anak-anak diharapkan mampu membuat mereka tertarik dengan lanjutan kisah atau kisah-kisah seru sejenisnya. Rasa penasaran itulah yang dapat dimanfaatkan oleh orang tua untuk tidak lagi membacakannya (mendongengkannya), tetapi mengajak mereka membaca bersama-sama. Di waktu yang lainnya lagi, orang tua dapat memanfaatkan rasa penasaran anak-anak tersebut tidak lagi dengan membaca bersama, tetapi memberikan buku cerita kepada anak-anak agar dibaca sendiri.
Pola yang berkelanjutan seperti ini diharapkan mampu menumbuhkan atau meningkatkan minat baca anak-anak Indonesia. Oleh sebab itu, semoga orang tua berkenan ‘memanfaatkan’ tragedi Corona ini untuk belajar mendongeng demi masa depan anak-anak yang lebih menjanjikan.
Lalu, Apa Simpulannya?
Penulis ingin menyampaikan bahwa Corona tidak benar-benar hanya meninggalkan luka, tetapi meninggalkan sepercik mutiara; yakni memaksa melahirkan kembali kebiasaan mendongeng yang perlahan mulai dilupakan. Kebiasaan mendongeng perlu dipertahankan, sebab dongeng bukanlah tentang cerita yang tercipta untuk dipercayai kebenarannya, tetapi cerita yang perlu diambil hikmahnya.
Pucukmera.ID – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id