Banyak orang salah mengira bahwa saya adalah founder Pucukmera.id, sejatinya bukan. Sama seperti bangsa Indonesia dengan perjuangan rakyatnya, Pucukmera.id adalah buah dari kerja-kerja kolektif.
Begitu banyak peran yang dimainkan menjelang proklamasi kemerdekaan. Ibu Fat menjahit bendera pusaka, Sayuti Melik mengetik teks proklamasi, Chaerul Saleh, Sukarni, Wikana, dr. Muwardi, Jusuf Kunto, Singgih, dan dr. Sutjipto melaksanakan penculikan, Soekarno dan Hatta memproklamasikan. Begitulah gambaran kerja-kerja dan karya yang juga terjadi dalam tubuh Pucukmera.id.
Tepat di usia 2 tahun Pucukmera, kami ingin berbagi cerita perjalanan. Gagasan untuk membuat media muncul pertama kali di bulan Ramadan tahun 2018. Hingga akhir bulan menjelang sebelum Idulfitri, sebenarnya kami belum yakin betul untuk merilis media. Saat itu masih menggunakan domain Pucukmera.com, alias domain paling murah.
Pucukmera tidak punya modal dalam bentuk uang. Untuk membeli hosting yang sebenernya cukup murah, kami perlu bekerja dulu. Mendesain, buat video dan ikut lomba adalah sahabat akrab dalam memenuhi keuangan. Tidak ada uang sepeserpun yang kami terima secara cuma-cuma.
Masalah kemampuan juga begitu adanya, tidak ada satupun yang berpengalaman di bidang media. Semua belajar dari nol, dari kertas kosong menjadi penuh coretan berwarna. Di awal, ada Alifiansyah a.k.a Alip di bagian IT dan konten liputan, Mufardisah sebagai editor dan admin web, saya sebagai illustrator dan editor, serta Mas Rino yang terus mendorong untuk kami terus berjalan.
Awal Pucukmera berdiri, tulisan yang dihadirkan banyak dari kami sendiri. Kualitasnya sungguh jauh dari standar media. Sangat miris jika dibaca kembali. Tapi itulah saksi perjalanan hingga saat ini. Pelan-pelan kami mulai mengajak kawan di berbagai daerah untuk menerbitkan tulisan. Jelas tidak mudah, semua penulis pasti menginginkan tulisannya dimuat oleh media nasional.
Belum lagi saat ditanya, “Berapa bayaran menulis di Pucukmera?” Bingung, dengan berat hati kami menjawab, “Tidak ada bayaran.” Untuk memenuhi kebutuhan Pucukmera, kami masih kebingungan. Tidak ada pemasukan. Kami pun tidak dibayar, ongkos ilustrasi, editing, admin dan semuanya gratis.
Tekat kami bulat, semangat kami kuat, tapi perut harus selalu terisi. Masuk empat bulan berjalan, terasa sedikit kewalahan. Mulai goyah, kebutuhan finansial, karir, pekerjaan, tuntutan pulang ke kampung halaman, semua jadi taruhannya.
Singkat cerita, salah satu dari kami harus pulang ke kampung halaman, satu lagi dikejar penyelesaian tugas akhir dan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan finansial. Setelah itu, hampir dua bulan kami vakum. Banyak draf tulisan menumpuk di surel, pesan pribadi dan Instagram bermunculan menanyakan kabar tulisan.
Ada sebuah keyakinan kuat yang tertanam “Setiap kebaikan pasti menemukan jalan.” Di tengah kebuntuan, dipertemukan Azhar yang juga karib saya. Beberapa kali kami ngobrol terkait karir, pekerjaan, karya hingga menemukan titik temu dan semangat bersama membangun Pucukmera.
Kami rangkai kembali, mengatur napas hingga dapat berlari. Coba mengumpulkan tim, ada Azhar, Mas Amik, Disah, Wulin, Mila, Alip dan saya. Namun sayang, lagi-lagi beberapa dari kami harus bertahan untuk mencari sumber finansial, selain itu juga terpisah jarak.
Alif dan Mila fokus pada Pucukmera production untuk memenuhi kebutuhan finansial Pucukmera. Wulin dan Disah bekerja di kampung halaman, ada pula Mas Amik yang bersedia direpoti untuk mengatur web. Azhar dan Saya masih di Malang menjalankan media. Akhirnya, Pucukmera berjalan lagi. Dengan nama domain baru Pucukmera.id. Dengan harapan lebih segar dan menyejukan.
Meski sudah berjalan, hati saya merasa bersalah tidak dapat menghadirkan sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan tim. Pernah saya coba menjalankan dua hal, media dan studio produksi. Hasilnya sungguh di luar dugaan, tidak berjalan dengan lancar.
Kami kembali berjalan dengan perbaikan kualitas, penambahan variasi konten dan perluasan lingkup penulis. Ada kegembiraan yang sulit diungkapkan melihat Pucukmera.id menyajikan tulisan.
Namun, pola masalah lama kembali terulang. Bulan November 2019, saudara kami Azhar mendapat panggilan kerja di Jakarta. Disusul Mufardisah mendapatkan teman hidupnya. Begitu juga Alip yang mendapat panggilan kerja. Pucukmera vakum untuk kedua kalinya, lebih lama 1 bulan dari vakum pertama.
Vakum yang kedua ini lebih menyakitkan, semangat mulai pudar ditambah tidak ada kawan untuk bercerita. Bulan Maret 2020, sewa hosting dan domain Pucukmera.id akan habis. Sebelum itu, kami ngobrol bersama. Lanjutkan apa cukupkan? Pilihan yang berat.
Kondisi seperti sudah tidak memungkinkan, dengan para anggota keluarga Pucukmera yang sudah tidak banyak berada di Malang. Kami sempat memutuskan untuk Pucukmera.id akan vakum dalam waktu yang tidak ditentukan.
Ternyata upaya itu gagal, mungkin Tuhan belum mau melihat kita menyerah dengan keadaan. Kembali lagi mencari uang dengan proyek visual dan uang pinjaman. Kali ini jumlahnya cukup besar untuk memperpanjang. Media Pucukmera.id akhirnya dapat bernapas lebih panjang.
Di masa seperti itu, Tuhan membukakan jalan. Dengan sukarela Wilda, Mbak Ghina, Devi, Unun, Hanun, dan Rizki bersedia bergabung dengan keluarga besar Pucukmera.id. Banyak cerita di balik gabungnya kawan-kawan, mungkin semacam ada panggilan jiwa untuk terus berkarya dan menebar kebaikan.
Pucukmera.id lebih berwarna. Beragam kesejukan kami tebar lebih luas. Kami percaya selalu ada jalan untuk kebaikan. Seperti kata Farid Stevy, “Berjalan tidak sesuai rencana adalah hal yang sudah biasa, jalani saja sebaik kau bisa.”
Menjelang masuk tahun ketiga Pucukmera, kami menemukan kebuntuan lagi. Kami tidak menyerah, akan terus kami hadapi. Menguatkan kembali fondasi, membuat gambaran jauh ke depan. Memperluas persaudaraan dan berdoa pada Tuhan.
Begitulah kisah Pucukmera.id, banyak peran yang membuat media Pucukmera.id terus berjalan. Jadi tidak sepantasnya sandangan founder diberikan pada saya seorang. Semua orang yang terlibat dalam Pucukmera adalah keluarga kami. Pucukmera.id didirikan oleh keluarga besar Pucukmera.
Keluarga Pucukmera.id bukan keluarga biasa, mereka tangguh. Ada tim redaksi, tim kreatif, tim YouTube, Podcast, Koinmera, kontributor, para pengamat, hingga tukang kopi. Semua itu adalah jiwa Pucukmera.id.
Ibarat membangun rumah yang dilakukan dengan bertahap. Kita semua bahu-membahu menyiapkan konsep, material hingga tenaga kerja. Kelak rumah itu akan kami huni bersama, semua orang bebas mampir untuk belajar dan berkarya.
Ada yang lebih penting dari sekedar menjadi besar dan terkenal. Jika Pucukmera tidak dapat mencapai itu, mungkin banyak orang akan memaklumi. Namun yang lebih penting dari semua ini adalah menjaga keutuhan keluarga Pucukmera.id.
Kegagalan mendapat kesuksesan dapat diulang kembali dengan strategi lebih jitu. Tapi ketika kita kehilangan keluarga, dengan siapa lagi kita mengejar mimpi? Bagi kami, kesuksesan terletak pada kekeluargaan yang kuat.
Pucukmera.ID – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id