Kepergian Nenek

­Salma Farikha


PUCUKMERA.ID — Dia adalah Feby, seorang gadis berusia 14 tahun yang telah ditinggal pergi oleh kedua orangtuanya sejak ia baru lahir. Bulan September lalu merupakan bulan duka bagi Feby. Pasalnya, saat ia masih di sekolah, sekitar pukul sebelas siang tiba-tiba Feby dikejutkan oleh kehadiran pamannya di depan pintu kelas. Terdengar ketukan pintu, “Tok tok tok”. Paman Feby mengetuk pintu kelas Feby guna memberi tahu sebuah kabar kepada ibu guru yang saat itu sedang mengajar.

“Assalamualaikum, Bu. Mohon maaf mengganggu waktunya, bisa kita bicara di depan kelas sebentar saja? Ada sesuatu yang perlu saya bicarakan.” Ibu guru langsung berjalan ke luar kelas. “Waalaikumsalam, iya pak apakah ada yang bisa saya bantu?” Tanya Bu Jasmin. “Sebelumnya perkenalkan saya Adi, Bu. Saya adalah paman dari Feby, maksud kedatangan saya kemari adalah saya minta izin untuk membawa Feby keponakan saya pulang ke rumah sekarang.”

“Loh, ada apa ya, Pak? Ini kan masih jam sekolah. Selain itu, kami juga sedang melaksanakan ujian tengah semester.” Jawab Bu Jasmin. Paman Adi buru-buru menjelaskan, “Begini, Bu. Baru saja peristiwa duka menimpa keluarga kami. Ibu saya, yang merupakan nenek dari Feby, telah meninggal.” Bu Jasmin sontak terkejut, “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, saya turut berduka cita yang sedalam-dalamnya, Pak. Baiklah jika keadaannya seperti itu saya mengizinkan bapak untuk membawa Feby pulang.”

Setelah paman Feby menemui ibu guru yang pada saat itu mengajar di kelas Feby, Feby pun dipanggil oleh ibu guru untuk menemui pamannya. Sebelum mendengar apa maksud dan tujuan paman datang ke sekolahnya itu, sang paman meminta Feby untuk membereskan barang-barangnya terlebih dulu kemudian mengajaknya pulang. “Kamu bereskan buku-bukumu dulu ya, Feby. Nanti paman akan jelaskan. Tadi paman sudah izin kepada ibu gurumu. Soal ujian kamu itu, bisa dilanjut lain waktu saja.” Kata paman kepada Feby. Tanpa membantah, Feby langsung mengikuti apa perintah pamannya itu.

Feby semakin bingung dengan kehadiran pamannya secara tiba-tiba datang ke sekolah dan mengajaknya pulang. Mengingat Paman Adi selama ini merantau ke luar kota bersama istrinya. “Paman kapan sampai disini? Dan kenapa paman menjemputku di sekolah? Aku masih ada ujian tengah semester.” Feby melontarkan beberapa pertanyaan yang terbesit di benaknya kepada sang paman. Pamannya tetap mengatakan bahwa ia akan menjelaskan nanti ketika kita telah sampai di rumah. Feby nampak sedikit kesal dengan jawaban pamannya, karena sedari tadi paman hanya mengatakan akan menjelaskan ketika sudah tiba di rumah.

Ketika tiba di rumah, Feby bingung kenapa ada banyak sekali orang dan kendaraan dirumahnya. Rasa penasaran itu lagi-lagi langsung ia tanyakan kepada pamannya. “Apakah di rumah Nenek ada acara keluarga atau pengajian, Paman? Tapi kenapa kemarin nenek tidak menceritakan hal itu kepadaku? Nenek dan aku kan sering sekali mengobrol bersama” Tanya Feby kepada pamannya. Namun lagi-lagi Paman Adi tidak menjawab sepatah kata pun.

Setelah mereka turun dari mobil, Paman Adi membuka kaca mata hitam yang sedari tadi ia gunakan di dalam mobil, dan sang paman langsung memeluk erat keponakannya itu. Feby semakin bingung dengan sikap pamannya, yang terbesit dalam benak Feby adalah ternyata dari tadi pamannya mengenakan kaca mata hitam untuk menyembunyikan air matanya.

Tak lama kemudian Paman Adi menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Feby sangat terkejut mendengar ucapan pamannya. Hatinya sakit. Ia merasa sulit sekali mempercayainya. Feby langsung lari kedalam rumah untuk mencari keberadaan neneknya.

Sesampainya di ruang tengah, Feby mendapati neneknya yang telah dikafani. Feby masih menahan tangisnya. Ia memberanikan diri untuk membuka kain putih tersebut. Tangisnya pun terpecah, ia menangis sangat keras. Feby mendapati seorang yang terbungkus kain kafan itu adalah benar-benar neneknya. Apa yang dikatakan paman ternyata benar, bahwa nenek Feby telah meninggal.

Sebelumnya, Feby ragu dengan perkataan Paman Adi karena beberapa hari belakangan bahkan pagi tadi saat ia hendak berangkat ke sekolah, nenek tidak mengeluhkan sakit apapun. Hal itulah yang membuat Feby sangat terkejut saat menerima kabar buruk ini. Selain itu, sejak Feby lahir hingga detik ini, Feby tinggal dan diurus oleh neneknya seorang. Kedua orangtua Feby telah meninggal sejak ia baru lahir lantaran mobil yang dinaiki oleh mereka mengalami kecelakaan yang cukup parah. Feby yang saat itu masih di dalam perut ibunya berhasil diselamatkan oleh tim dokter. Namun sayang, hanya Feby yang bisa diselamatkan, sementara kedua orangtua beserta kakaknya tidak mampu bertahan.

Usia nenek Feby memang sudah tidak muda lagi, kini usianya hampir 80 tahun. Namun selama ini Feby tidak pernah mendengar neneknya mengeluhkan sakit apa pun kepada cucunya itu. Meskipun sang nenek hanyalah seorang petani, nenek selalu berusaha memberikan apa yang Feby butuhkan, dan selama ini hanya neneknya lah yang membiayai sekolah Feby.

Ingatan itu yang membuat tangis Feby semakin menjadi, hingga akhirnya Feby pun jatuh pingsan di samping neneknya. Paman dan bibi Feby langsung menghampiri Feby dan mengangkatnya ke tempat lain. Paman meminta agar pemakaman nenek Feby ditunda dulu hingga Feby kembali sadar. Karena paman mengetahui bagaimana kedekatan Feby dengan neneknya itu. Paman berpikir Feby pasti ingin mengantarkan neneknya ke tempat peristirahatan yang terakhir.

Setelah Feby sadar dari pingsannya, Feby kembali menangis. Tak lama kemudian, jenazah nenek Feby diangkat oleh keluarga dan warga menuju pemakaman. Diatas pemakaman, Feby masih terus menangis, “Nenek kenapa pergi ninggalin aku sendiri? Aku takut sendirian, Nek.” Ujar Feby sesenggukan. Keluarga dan peziarah yang lain ikut menangis mendengar perkataan Feby barusan. Cuaca saat itu mendung dan hujan mulai mengguyur. “Feby, ayo kita pulang, hujan sudah mulai turun” ujar Paman Adi. Namun Feby tidak mau diajak pulang.

“Aku nggak mau pulang, aku akan tetap disini bersama Nenek, aku ingin selalu berada didekat Nenek.” Paman Adi mendekat kepada Feby dan memeluknya sambil berkata, “Feby, jangan seperti ini, Nak. Justru kalau kamu sedih seperti ini Nenek pasti juga akan sedih. Kalau kamu hujan-hujanan seperti ini nanti kamu juga akan sakit. Percayalah jika kamu seperti ini Nenek akan sedih dan tidak tenang.”

Akhirnya Feby mau diajak pulang. “Nenek, Feby pulang dulu ya, Feby janji akan datang kesini setiap hari. Feby sayang banget sama Nenek.” Sepulang dari pemakaman, paman Feby dan istrinya mengatakan kepada Feby bahwa mereka menawarkan Feby untuk tinggal bersama. Toh, mereka hingga saat ini belum memiliki anak. Feby menolak, karena ia merasa tidak enak jika nantinya malah membebani paman dan bibinya. Selain itu, Feby tetap ingin tinggal disini.

Paman Adi kasihan kepada Feby jika ia tinggal di rumah ini sendirian. Akhirnya, Paman Adi memutuskan untuk meminta asisten rumah tangga yang telah bekerja di rumahnya selama 7 tahun  untuk pindah ke sini menemani Feby. Nantinya semua biaya hidup akan ditanggung oleh Paman. Paman dan istrinya juga tidak bisa meninggalkan pekerjaannya di sana, dan Paman berjanji bahwa tiap hari libur mereka akan menjenguk Feby dan akan sering-sering menelepon Feby.


Pucukmera.id – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.

Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.

What's your reaction?
0Suka1Banget
Show CommentsClose Comments

1 Comment

  • VAF shortener
    Posted January 22, 2024 at 3:05 pm 0Likes

    Woah, gue baru aja cek website ini, bener-bener keren! Antarmukanya gampang dimengerti dan desainnya oke banget. Puas deh! Oh ya, kalo lo suka ngutak-atik link dan bikin biolink kaya di Bitly, coba deh mampir ke v.af. Sama-sama nyaman, tapi v.af punya kelebihan sendiri. Gue yakin lo bakal demen. Jadi, jangan ragu buat cek langsung di v.af, yaa!

Leave a comment