Bare Kingkin Kinamu
ASN BPK Perwakilan Maluku Utara
Ekonomi akar rumput di Ternate cukup bergejolak di tengah physical distancing. Physical distancing adalah satu di antara banyak langkah tanggap darurat untuk menghentikan sebaran Covid-19.
Meski begitu, kegiatan ekonomi akar rumput itu tetap berjalan. Di bulan Ramadan kali ini, misalnya, Pasar Gamalama dan Pasar Barito tidak puasa. Banyak pedagang masih melakukan transaksi jual-beli.
“Beberapa minggu lalu di sini sudah disemprot disinfektan,” jelas beberapa pedagang di belakang Pasar Gamalama. Laut menjadi saksi mereka berjualan dari pagi hingga petang menjelang. Jika hujan, biasanya mereka memasang terpal supaya terhindar dari tampiasnya. Jika terang, bersyukur sekali mereka, tak perlu memasang terpal tebal agar terhindar dari air hujan yang membuat gigil.
Rasa Ramadan pun berbeda. Biasanya, banyak pedagang di pasar Gamalama menunggu magrib tanpa rasa was-was terkena Covid-19. Sekarang, mereka sedikit cemas. Meski tetap berjualan.
Berjejerlah mereka menjajakan dagangan. Ada yang biasa saja; tak memakai masker. Seolah Covid-19 bukan ancaman global yang mematikan. Ada yang sudah sadar, ini tempat umum, di mana mereka bertemu dengan banyak orang, mereka memakai masker untuk meminimalisir terkena virus.
Akar Rumput Ternate Tetap Jalan
Pengakuan beberapa pedagang di Pasar Gamalama dan Barito Ternate, hampir sepekan terakhir lesu pembeli. Namun itu tidak menyurutkan langkah mereka untuk berjualan. Bisa dikatakan ekonomi masih berjalan meski tidak senormal keadaan biasanya, sebelum pandemi Covid-19.
Tak ada yang mengira pandemi ini menjadikan ekonomi global carut-marut bak dihantam bencana alam yang maha dahsyat. Ternate terkena dampaknya, meski bisa dikatakan tidak signifikan.
Azhar Syahida (2020), peneliti di Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menjelaskan, masa pascapandemi menjadi momentum Indonesia untuk membenahi wajah ekonomi. Ternate tentu bisa membuat terobosan untuk menghadapi keadaan normal jika pandemi ini pergi.
Bagaimana cara membenahi ekonomi pascapandemi harus dipikirkan dari sekarang. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
Menurut penulis, tentu dengan menjadikan pasar tradisional tumpuan pedagang dari akar rumput hingga kelas menengah tetap berproduksi. Jangan sampai tergerus. Ada banyak sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan. Kita bisa menaikkan insentif di sektor pertanian.
Kemandirian pedagang yang murni petani bisa menjadi langkah awal untuk menggenjot produktivitas para pedagang. Pemerintah perlu memakmurkan petani dengan intensif. Azhar Syahida menjelaskan, salah satu insentif petani yang bisa dilakukan adalah penjaminan harga ditingkat petani. Intensif ini berarti menetapkan harga pembelian di tingkat petani di atas harga produksi.
Secara umum, perekonomian akar rumput di Ternate masih berjalan meski terseok-seok di tengah pandemi. Penyebabnya bisa penulis golongkan menjadi dua. Pertama, para pedagang masih menentukan harga pasar sesuai dengan kelangkaan barang, bukan dari harga produksi yang mereka keluarkan. Terutama buah-buahan. Kedua, anggapan jika pandemi ini tidak berpengaruh terhadap jual-beli di pasar menambah nafas perekonomian di akar rumput terus berjalan.
Kita semua perlu optimis, ketika pandemi berakhir, Ternate sudah menemukan titik temu untuk bangkit, terutama perekonomian di akar rumput.
Pucukmera.ID – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id