Kado Pak Owi, Sebelum Jumatan

PUCUKMERA – Menurutmu hadiah apa yang pantas diberikan dari pro-Jokowi di hari ulang tahun ke-57 ini? Sehari aktif bekerja setelah cuti lebaran, jagad media sudah mengejutkan dengan pemberitaan tentang Pak Joko Widodo.

Kamis (21/6) ini, yang bertepatan dengan meninggalnya presiden pertama  Ir Soekarno ke-48 pada 1970 silam, Jokowi malah meninjau langsung proyek pembangunan Runway dan Taxi Way di terminal III Bandara Soekarno-Hatta, Banten. Hal ini bisa dilihat dari berita Kompas.com berjudul Jokowi : Saya Tidak Pernah Ulang Tahun.

Ucapan selamat ulang tahun ini justru terlempar dari beberapa jurnalis media di lingkungan istana yang mengikuti peninjauan proyek tersebut. Jokowi menyebutkan jika dirinya tidak pernah merayakan ulang tahunnya sama sekali.

Ia menunjukan kegigihan untuk bekerja sebagai kepala Negara untuk melihat langsung bagaimana proyek yang sedang berlangsung ini. Presiden yang lahir pada 21 Juni 1961 di Surakarta ini tetap menunjukan kepiawaiannya dalam menanggapi media. Tenang.

Bayangkan punya presiden yang seperti ini apakah tidak menyenangkan? Tidak lebay. Dia tidak merayakan ulang tahun dengan pesta. Malah, mengajak jajaran menteri mengecek langsung proyek transportasi sesuai program Nawacita-nya.
Apalagi akhir-akhir ini mulai berhembus siapakah calon wakil presiden yang akan digandengnya dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 nanti? Setidaknya ada beberapa nama seperti  Gatot Nurmantyo, Romahurmuziy, Mahfud MD, Muhaimin Iskandar, Agus Harimurti Yudhoyono, Sri Mulyani, hingga Prabowo Subianto. Apakah nama-nama ini yang akan menjadi kadonya?

Tapi ada kado lain, yakni pertanyaan tentang bagaimana tindak lanjut pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat atau hilangnya sejumlah mahasiswa dan sipil pada tahun 1997  1998. Padahal pada 31 Mei lalu, baru kali pertama Jokowi menemui demonstran yang telah melakukan aksi kamisan ke- 540 di depan istana Negara sejak 2007 silam.
Ucapan ini disampaikan pada instastory akun instagram (ig) @aksikamisan. Dengan hastag #KapanJokowiKamisan sepertinya tepat untuk menjadi kado yang selama ini seolah dilupakan. Pantas saja pertanyaan tentang kamisan ini terus disampaikan, hal tersebut mungkin untuk mengingatkan Presiden Jokowi sebelum Jumatan (Salat Jumat,red). Heuheuheu.

Seperti apa yang telah dilakukan Maria Sumarsih, ibu dari Benardius Realino Norma Irawan (Wawan). Mahasiswa Universitas Atmajaya korban penembakan peristiwa Semanggi I. Dalam pertemuan tertutup yang diikuti 20 orang itu pada pukul 14.20 itu, Presiden Jokowi menyampaikan jika akan segera meminta Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto dan Jaksa Agung HM Prasetyo untuk mempelajari tuntutan keluarga korban.Hal ini diperjelas oleh juru bicara (jubir) kepresidenan Johan Budi yang menyampaikan jika presiden menyambut seluruh keluarga korban.

Sayangnya, setelah Idul Fitri ini juga belum ada pemberitaan tentang langkah teknis yang diambil antara Wiranto dan HM Agung Prasetyo. Untuk membuka tabir siapakah dalang dari pelanggaran HAM berat saat itu.
Yang dikhawatirkan ialah pembiaran seperti rekonsiliasi antara keluarga militer dan pengikut gerakan 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia (G30SPKI). Pada peringatan 50 tahun lalu, sempat diadakan rekonsiliasi antara kedua kubu keluarga. Meskipun sudah mendingin, akan tetapi belum bisa dikatakan selesai. Sebab, beberapa akar rumput masih terbawa informasi simpang siur dari masyarakat.
Sejarah bangsa ini dalam percobaan kudeta yang dilakukan PKI itu memang telah membunuh beberapa jenderal TNI. Akan tetapi, keluarga pengikut PKI yang tidak tahu apa-apa pun ikut menderita karena menjadi tahanan politik dan buronan pada masa orde baru. Seperti pembantaian manusia di Bali.
Apakah aksi kamisan ini harus menunggu 50 tahun dari 1998 silam untuk dilakukan rekonsiliasi? Artinya jika saat ini masih 20 tahun peringatan reformasi, maka masih ada jarak 30 tahun yang menjadi jalan abu-abu dan buram.

Jika 30 tahun lagi, maka lagu berjudul Malu Sama Kucing yang dinyanyikan Romaria baru ada terealisasi. Jadi anak manis tak boleh menangis, malu sama kucing meong meong meong, hehehe.

Padahal tiga hari sebelum pertemuan antara Presiden Jokowi dengan keluarga korban pelanggaran HAM, band Efek Rumah Kaca feat Najwa Shibab baru saja merilis lagu berjudul Seperti Rahim Ibu.

Lagu yang berpesan tentang kemanusiaan ini seolah menjadi mantra para demonstran. Dengan demikian gelora dan semangat menyampaikan dan mengingatkan pemerintah dapat terus didengungkan.
Belum tahu lagunya? Begini liriknya :

Dengarlah nyanyi sunyiku
Bait risauku
Rindu terpendamku
Menyala dalam hayatku

Duka padamu
Luka padaku
Saling lebur
Menghalau awan mendung

(chorus I)
Kemanusiaan itu seperti terang pagi
Merekahkan harapan
Menepis kabut kelam

Niatkan tinju terkepal
Pekik menebal
Terjang aral
Pagi pasti terkejar

(chorus II)
Seandainya negeriku
Serupa rahim ibu
Merawat kehidupan
Menguatkan yang rapuh

[youtube=https://www.youtube.com/watch?v=_SAtqIEv6AA&w=320&h=266]

Oleh : Rino Hayyu Setyo
Ilustrator : Mufardisah

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

Leave a comment