ISLAM SONTOLOYO: GAGASAN INDAH SEORANG “KADER MUHAMMADIYAH”


Nur Fahmi Nur
Mahasiwa Teknik


“Tiada satu agama yang menghendaki kesamarataan lebih dari Islam.” begitulah sepenggal tulisan Bung Karno dalam suratnya yang dikirim kepada Tuan A. Hasan, guru Persatuan Islam di Bandung, yang beliau kirim ketika berada di Ende.

Keberadaan Bung Karno di Ende bukan dalam rangka wisata, beliau diasingkan sebagai tahanan politik di Ende pada tahun 1934 – 1938. Pada waktu itu, Belanda melihat gerak-gerik Bung Karno dan beberapa kawannya cukup membahayakan Belanda, akhirnya Soekarno diasingkan kembali ke Ende, Flores. Setelah sebelumnya beliau sempat dipenjara di penjara Sukamiskin. Di Ende, beliau banyak belajar, bahkan mendalami ilmu agama. Beliau juga berteman akrab dengan pastor-pastor di sana.

Surat di atas adalah surat pertama dari beberapa surat yang dikirim ke Bandung, dengan tujuan apa pun. Untuk sekadar bercerita ataupun untuk meminta dikirimi buku-buku bacaan untuknya. Semua gagasan yang ditulis oleh Bung Karno, sungguh menarik untuk dikaji, bahkan dijadikan sebuah landasan gerakan bagi Muhammadiyah. Muhammadiyah yang sudah melintasi zaman, dan bahkan memasuki babak keduanya, harus terus berevolusi menjadi organisasi yang baik bagi kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.

“Dunia Islam menjadi mundur oleh karena banyak orang ‘jalankan’ hadits yang dhaif dan palsu. Karena hadits-hadits yang demikian itulah, maka agama Islam menjadi diliputi kabut kekolotan, ketakhayulan, bid’ah, anti rasionalisme, dan lain-lain. Padahal tak ada agama yang lebih rasionil dan simplistis daripada Islam.” begitulah penggalan surat ketiga beliau, tertanggal 26 Maret 1935. Pada dasarnya Bung Karno menginginkan bahwa Muslim tidak menutup diri dan menolak akal. Tentunya kehidupan itu dinamis, begitu pula dengan cara berpikir manusianya. Sehingga kita perlu juga untuk mengikutkan akal dalam setiap perenungan dan pencarian. Tentunya harus berimbang antara pikiran dan keyakinan, sehingga tidak ada ketimpangan yang terjadi.

“. . . .maka dunia Islam sekarang ini setengah mati, tiada ruh, tiada nyawa, tiada api, karena umat Islam sama sekali tenggelam di dalam kitab fiqih itu, tidak terbang seperti burung garuda di atas udara-udaranya agama yang hidup.” kritik Bung Karno terhadap dunia Islam yang dituangkan dalam surat keempatnya di Ende, tertanggal 17 Juli 1935.

“Pulau Flores itu adalah “pula missi” yang mereka sangat banggakan. Dan memang pantas mereka membanggakan mereka punya pekerjaan di Flores itu. Saya sendiri melihat, bagaimana mereka bekerja ‘mati-matian’ buat mengembangkan mereka punya agama di Flores. Saya ada ‘respect’ buat mereka punya kesukaan bekerja itu. Kita banyak mencela missi, tapi apakah yang kita kerjakan bagi menyebarkan agama Islam dan memperkokoh agama Islam? Bahwa missi mengembangkan roomskatholicisme, itu adalah mereka punya hak, yang kita tak boleh cela dan gerutui. Tapi “kita”, kenapa “kita” malas, kenapa “kita” teledor, kenapa “kita” tak mau kerja, kenapa “kita” tak mau giat? Kenapa misalnya di Flores tiada seorang pun muballigh Islam dari sesuatu perhimpunan Islam yang ternama (misalnya Muhammadiyah) buat mempropagandakan Islam di situ kepada orang kafir?” penggalan surat kelima bung karno kepada Tuan A. Hasan, tertanggal 15 September 1935. Bagaimana pada masa itu beliau melihat kegigihan para missi dengan kerja kerasnya menyebarkan agamanya sedangkan umat Islam diam-diam saja, tidak melakukan apa-apa. Malah hanya bisa mencaci dan menghina. Tidak jauh dengan apa yang terjadi hari ini, bagaimana banyak orang yang masuk atau berpindah agama dari Islam ke agama lain. Bukannya masyarakat mencari solusi, tapi hanya cibiran dan hinaan yang keluar. Mereka tidak sadar bahwa cibiran dan hinaan tidak akan mengubah apa-apa. Bung Karno melihat itu begitu jelas, dan mungkin juga melihat masa depan yang terjadi nyata hari ini.

“Bagaimanakah siasatnya, supaya zaman kemegahan Islam yang dulu-dulu itu bisa kembali? Saya punya jawab ada singkat: “Islam harus berani mengejar zaman”. Bukan seratus tahun, tetapi seribu tahun Islam ketinggalan zaman. Kalau Islam tidak cukup kemampuan untuk mengejar seribu tahun itu, niscaya ia akan tetap hina dan mesum.” penggalan surat kedelapan Bung Karno, tertanggal 22 Februari 1936. Bung Karno merasa Islam masih belum maju, masih berjalan di tempat, dan itu harus dipecahkan. Di era sekarang pun, Islam masih dalam fase yang jauh untuk maju, walaupun Islam Berkemajuan sudah digagas oleh Muhammadiyah. Islam tentunya harus berani mengejar zaman, di mana Islam ketinggalan, seperti kata Bung Karno. 

Dalam sambungan surat yang kedelapan dituliskan, “adalah satu perjuangan yang paling berfaedah bagi umat Islam, yakni perjuangan menentang kekolotan.” dan lanjutannya yang tidak kalah menarik, “Perjuangan inilah yang Kemal Ataturk maksudkan, tatkala Ia berkata, bahwa “Islam tidak menyuruh orang duduk termenung sehari-hari di dalam masjid memutarkan tasbih, tetapi Islam ialah perjuangan, “Islam is progress : Islam itu kemajuan.”

Selanjutnya, dalam surat ke-11, tertanggal 18 Agustus 1936, Bung Karno menuliskan tentang Islam is progress. “Islam is progress, Islam itu kemajuan, begitulah telah saya tuliskan di dalam salah satu surat saya terdahulu. Kemajuan karena fardhu, kemajuan karena sunnah tetapi juga kemajuan karena diluaskan dan dilapangkan oleh aturan, jaiz atau mubah yang lebarnya melampaui batas-batas zaman. Islam is progress. Progress berarti barang baru, barang baru yang lebih sempurna, yang lebih tingkatnya daripada barang yang terdahulu.” Tentunya begitu menarik gagasan Soekarno tentang Islam ke depannya, beliau melihat ketertinggalan Islam, dan menawarkan gagasan-gagasan yang menarik di kala itu, walaupun pastinya penuh pro dan kontra. Tapi apa yang digagas oleh Bung Karno adalah kecocokan dengan gerakan Muhammadiyah secara idealnya.

Mengapa Saya bilang idealnya? Karena masih banyak juga anggota-anggota atau bahkan pimpinan Muhammadiyah yang masih kolot dalam berpikir, dan masih sangat konservatif dalam melihat sebuah masalah dan keadaan. Muhammadiyah tentunya sudah melakukan banyak hal untuk gerakannya, tapi harus terus maju dan berkembang lebih pesat, gagasan Bung Karno sebagai “kader Muhammadiyah” masih sangat relevan untuk dipakai di era sekarang ini. Gerakan-gerakan progresif yang dihadirkan Muhammadiyah tidak boleh ketinggalan zaman. Apalagi ditambah dengan era teknologi. Muhammadiyah harus ikut andil dalam gerakan teknologi yang tentunya untuk menyampaikan kebaikan dan kemaslahatan. Ingat! kata Bung Karno Islam is progress”.

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

1 Comment

  • 注册免费账户
    Posted May 9, 2025 at 2:47 am 0Likes

    Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.

Leave a comment