Hari Pendidikan dan Refleksi Kita


Nur Fahmi Nur
Pelajar dari Indonesia Timur


Akhir-akhir ini kita dihadapkan pada kasus-kasus siswa yang melakukan hal di luar kebiasaan: siswa memukul guru, mengejek guru, goyang-goyang di depan guru, dan bahkan nyawer guru. Sungguh ironis.

Lalu banyak orang mulai berspekulasi, entah itu menyalahkan guru yang tidak bisa mendidik moral siswanya atau menyalahkan siswa karena tidak bermoral. Ditambah lagi kalau ada anak yang dihukum, anak tersebut akan melapor ke orang tuanya. Setelah itu orang tuanya datang ke sekolah, marah-marah dan melaporkan guru ke pihak berwajib.

Lalu saya berpikir apakah sekolah akhirnya kehilangan ghirohnya?

Ada beberapa kemungkinan mengapa keadaan siswa akhir-akhir ini membingungkan nurani.

Pertama, Pendidikan di rumah (oleh keluarga) yang tidak tuntas.

Anak tentunya memproduksi sesuatu dari apa yang dilihat dan dirasakan. Contohnya tayangan yang ada di Teve. Apalagi sekarang anak-anak sudah diberikan smartphone untuk mengakses internet. Sehingga anak-anak dengan gampang mendapat informasi atau hiburan, tanpa adanya filter yang baik.

Saya tidak ingin menolak modernitas dengan mengatakan “tidak!” untuk memberikan anak smartphone. Yang sebenarnya harus dilakukan adalah bagaimana orang tua mendampingi anak dalam penggunaan smartphone: memberi pemahaman pada apa yang dia tonton.

Keluarga condong bodoh amat, karena merasa anak sudah disekolahkan, pastilah moralnya baik, akhlaknya baik. Padahal belum tentu. Apalagi di sekolah yang intensitas ketemunya paling lama 7 sampai 8 jam per-hari, sedangkan di rumah pertemuan antara anak dan orang tua bisa begitu lama.

Kedua, lingkungan anak yang tidak terkendali.

Kita tidak bisa munafik, bahwa banyak kepribadian, sifat dan tindakan seseorang yang terbentuk dari lingkungan pertemanan. Saya tidak ingin mengatakan kita harus memilih teman, karena saya orang yang menganut konsep “bertemanlah dengan siapa saja”. Tapi tidak bisa dipungkiri juga masih banyak lingkungan pertemanan yang melakukan aktivitas kontra-produktif, seperti ngelem, bahkan melakukan tindak kejahatan, seperti klitih dan begal.

Di sini orang tua mesti mengetahui sejauh mana lingkungan pertemanan anaknya, dan memahamkan yang baik tanpa menyudutkan dan menyalahkan anak, apabila salah.

Ketiga, kebijakan pendidikan yang simpang siur (mungkin).

Sekolah masih belum jelas cara mendidiknya. Banyak sekolah yang hanya menerapkan pendidikan SMP “Sudah Masuk Pulang”. Maksud saya adalah bahwa anak hanya sekadar datang ke sekolah, diberi dan dicekoki ilmu-ilmu tertentu, dikasih tugas, lalu pulang, dan begitu terus.

Ditambah lagi dengan pendidikan hafalan yang bagi kebanyakan orang tidak mendidik. Mereka menghafal tapi tidak memahami dan mengerti. Itu lebih mengerikan.

Manusia hanya akan dijadikan robot yang bermemori di kepala. Padahal Ki Hajar Dewantara pernah bilang, “Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja tetapi juga harus mendidik si murid akan dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna amal keperluan umum. Pengetahuan yang baik dan perlu itu yang bermanfaat untuk keperluan lahir batin dalam hidup bersama.”

Kenapa di atas saya bilang menggunakan kata “mungkin” simpang siur, karena masih banyak sekolah menerapkan konsep pendidikan yang baik dan tidak sekadar pendidikan “SMP” atau pendidikan hafalan.

Pada akhirnya kita tahu, pendidikan bukan bicara soal sekolah saja, atau guru saja, atau murid saja, tapi ketiganya bergerak beriringan dan saling mendukung. Lebih-lebih, menurut saya, orang tua adalah poin penting pendidikan kita.

Untuk menutup tulisan ini, saya mengutip pesan Ki Hajar Dewantara: “Dengan adanya budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi) yang dapat memerintah dan menguasai diri sendiri. Inilah manusia beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya”.

Selamat Hari pendidikan 02 Mei 2020. Semoga pendidikan kita lebih baik lagi, mampu menciptakan manusia-manusia unggulan lan progresif.


Pucukmera.ID – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.

Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

1 Comment

  • Учетная запись в binance
    Posted May 1, 2025 at 11:11 pm 0Likes

    I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.

Leave a comment