Gambar Anak dan Masa Remaja

R. Ari Nugroho
Kelompok Belajar Sastra Jejak Imaji dan Editor Jejak Pustaka


PUCUKMERA.ID – Sewaktu remaja, saya sering menemukan teman-teman yang suka menggambar. Namun, medianya bukan kertas atau kanvas. Waktu yang mereka gunakan untuk menggambar pun juga tidak terlalu tepat.

Mereka menggambar di luar waktu pelajaran menggambar. Di sela-sela guru menjelaskan, seorang teman justru menggambar di buku yang seharusnya digunakan untuk mencatat dan mengerjakan latihan. Halaman-halaman yang masih kosong tidak akan terlewat oleh sapuannya. Ketika ketahuan, guru memperingatkan, “Bukannya mencatat, malah nggambar!”

Kesempatan di luar jam belajar, teman-teman saya tetap suka menggambar. Apa yang ada di hadapannya bisa dijadikan media menggambar. Tak puas di kertas, mereka menggambar di meja-meja dan kursi. Selain itu, punggung tangan dan lengan tak lepas dari sapuan pulpen.

Masa remaja identik dengan masa pencarian jati diri, yang biasanya dibarengi dengan pemberontakan. Misal, baju seragam yang seharusnya dimasukkan justru dikeluarkan. Tindakan ini dimanfaatkan oleh beberapa teman saya. Mereka menggambar sesuatu di baju bagian bawah. Kalau ada guru, tinggal mudah saja dimasukkan.

Contoh sederhana tersebut menunjukkan bahwa tidak hanya pada anak-anak, menggambar juga lekat hubungannya dengan masa remaja. Menggambar merupakan media ekspresi diri. “Ketidakwajaran” ekspresi teman-teman saya barangkali menjadi indikator bahwa masa anak-anak menggambar tidaklah menjadi perhatian orang tua, orang dewasa, terutama guru.

Hasilnya, teman-teman saya bisa bergerak “bebas”, mengekspresikan hasrat terpendam saat kecil ke dalam berbagai media dan kesempatan. Masalah perhatian inilah yang menjadi sorotan utama Della dalam buku kumpulan esai berjudul Masa Depan pada Gambar Anak.

Ketika mayoritas orang tua menganggap gambar anak hanya sebagai permainan, sekedar coret-coret dan akhirnya diabaikan. Namun, Della justru menganggap gambar anak adalah karya yang penting dan dengan demikian layak mendapatkan perhatian. Pergulatan yang cukup intens ketika menempuh studi Pendidikan Seni Rupa dan berproses di Sahabat Gorga, membuat Della berhasil menemukan masalah-masalah seputar dunia menggambar anak.

Dalam tulisannya berjudul “Pentingnya Menggambar bagi Anak”, menggambar merupakan terapi meringankan kecemasan dan meningkatkan ingatan. Menggambar membuat anak duduk dengan tenang sehingga mereka akan terbiasa konsentrasi dan bersabar. Dalam tulisan lain “Gambar Anak yang Mengandung Masa Depan”, Della mengaitkan gambar anak dengan proyeksi masa depan.

Sebagai contoh, ada seorang anak menggambar mobil pemadam kebakaran yang bisa terbang. Boleh jadi, gambar anak tersebut jadi solusi di masa depan untuk mengatasi kebakaran yang sulit dijangkau oleh mobil biasa.

Della menyampaikan bahwa gambar anak juga mengandung cerita dalam tulisan “Melihat Anak Bercerita Lewat Gambar Anak”. Pada bagian ini, ia merekonstruksi sebuah gambar anak dengan judul Mition Fayer, sekaligus yang menjadi cover buku ini, ke dalam narasi berbentuk kronologis sehingga dapat dipahami.

Sebenarnya, tiap gambar yang kurang rapi justru mempunyai cerita yang menarik. Sebab, ini akan menuntut orang tua memahaminya lebih mendalam. Hal ini tak lepas dari realita bahwa anak-anak menceritakan sesuatu melalui gambar. Gambar anak-anak adalah bahasa sebenarnya karena mereka dapat menggunakan berbagai konfigurasi, misal garis berliku dan kuat, warna-warna cerah atau beraneka warna selaras dan tak selaras (hal. 21).

Oleh Sahabat Gorga, gambar anak yang mengandung cerita kemudian dikembangkan menjadi sebuah metode dalam membangun literasi anak pada abad ini. Sulitnya anak-anak diajak menulis bukan berarti mereka tidak mampu atau tidak memiliki pengalaman dan imajinasi menarik. Mereka perlu distimulus. “Menggambar Dahulu, Menulis Kemudian” adalah cara yang cukup efektif agar anak-anak tak hanya melamun ketika diajak menulis.

Bagian yang juga penting dari pentingnya gambar anak adalah beberapa masalah yang belum kita sadari. Anak menggambar berasal dari keinginan, harapan, dan kenangan. Ide dan gagasan anak bersifat spontan dan liar. Mereka menggambar dengan lepas, tanpa beban. Gambar anak lebih emosional. Oleh karena itu, sebagai orang tua kita tidak boleh membatasi kebebasan, kreativitas dan imajinasi anak ketika menggambar.

Pembatasan itu antara lain dengan mengawasi anak dari belakang dan banyak bertanya saat anak menggambar atau membiarkan anak menggambar secara digital. Hal ini hanya akan membuat anak malas dan ingin serba instan. Anak-anak juga kurang dianjurkan menggunakan teknik dusel karena akan menghilangkan nilai artistik gambar anak. Sebab, letak keindahan gambar anak justru pada goresannya, bukan kerapian dan bentuk yang anatomis.

Alat bantu juga hanya membuat anak merasa ketergantungan. Yang cukup mengagetkan adalah anak-anak tidak terlalu dianjurkan untuk mewarnai. Hal ini dianggap hanya melatih kerapian sehingga mereka kehilangan esensi menggambar; ide, cerita, goresan, tangan dan persentuhannya dengan berbagai eksplorasi. Selain hasil, proses anak menggambar juga harus menjadi perhatian penting para orang tua.

Setelah membaca buku Della, tentu para orang tua akan lebih memperhatikan gambar anak. Apabila anak yang bereksplorasi tidak direspons secara positif, seperti diberi ruang dan fasilitas lain, akan berdampak pada kendurnya pengembangan diri (hal. 5). Andai saja waktu bisa diputar, saya akan menyampaikan pesan Della kepada teman-teman saya tadi agar memanfaatkan media yang tepat. Seperti pesan dalam tulisan “Membangun Kepekaan Anak terhadap Lingkungan dengan Melukis di Batu”.

Jika berbagai media tadi digarap lebih serius, mungkin akan membuka peluang bisnis, seperti menjadi illustrator, menggambar kaos dan tato dan sebagainya. Namun sayang, saya termasuk bagian dari mereka.

Judul: Masa Depan pada Gambar Anak
Penulis: Della Naradika
Penerbit: Sahabat Gorga
Cetak: September 2020


Pucukmera.id – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.

Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

3 Comments

Leave a comment