Oleh: Azhar Syahida
@azharsyahida
Siang kemarin (2/7), belum genap saya mengambil istirahat, terbersit pikiran untuk mencari informasi pengumuman beasiswa—terhitung setahun belakangan saya menyiapkan semuanya. Penyelenggara telah berjanji akan mengumumkan di bulan Juli. Tanggalnya tak pasti. Hanya singkat infonya: bulan Juli. Karena sejak kemarin sudah masuk hari ke-3 di bulan Juli, maka terbersitlah keinginan untuk membuka email.
Saya buka email lewat hape. Ternyata sudah ada notifikasi email dari penyelenggara beasiswa sejak 28 Juni 2019. Artinya pengumuman ini agak maju sedikit.
Ketika membuka email, tidak ada perasaan khusus, saya hanya membacanya baik-baik, yang intinya mengabarkan bahwa aplikasi beasiswa saya gagal. “Dear Mr. Azhar Syahida … we regret to inform you that your application … was not successful.” Sejenak saya tertawa. Sepenggelan menit kemudian saya diam. Membeku. Berat hati menerima.
Sesaat selanjutnya, saya mengabarkan “kegagalan” itu ke keluarga di rumah. Saya merasa perlu memberikan kabar itu, meskipun beritanya sedikit pun tak menggembirakan. Keluarga di rumah membesarkan hati. Saya kontak teman-teman dekat, sekadar mengabarkan juga. Jawabnya sama: membesarkan hati.
Dalam posisi begini, saya hanya merasa perlu menuliskan kegagalan ini. Ya, sekadar jadi catatan hidup. Saya tidak hendak menerangkan tentang hikmahnya karena pasti akan betul-betul membosankan. Karena semua teman yang saya hubungi pun jawabannya persis, “Banyak jalan menuju Roma.” Ya, saya paham. Tapi itu respon yang sangat menjengkelkan, terutama bagi yang merasakan. Serius.
Tentang hikmah, semuanya sudah terang. Ada pelajaran di baliknya. Sebab itu, tulisan ini hendak menulis, mengapa saya gagal. Agaknya ini jauh lebih penting daripada membual tentang kegagalan dan mencari-cari hikmah di baliknya.
Mengapa saya gagal? Saya kira ada tiga hal, berikut:
Pertama, jelas saya tidak mempersiapkan aplikasi dengan baik. Ini alasan klasik. Umum sekali. Apa yang tidak saya persiapkan dengan baik? sertifikat bahasa Inggris. Rupanya biarpun sertifikat bahasa saya memenuhi syarat, penyelenggara akan tetap memilih pendaftar dengan kualifikasi bahasa yang lebih tinggi. Pastilah, sehingga pelajaran penting ini. Mulai sekarang, Anda, yang mau daftar beasiswa luar negeri, sering-sering nonton “Herry Pottaaa,” biar logatnya kayak Daniel Radcliffe. tidak, tidak, sori nggak nyambung. Ya, biar bagus saja referensi bahasanya.
Kedua, kurang terang/detail. Jadi, ternyata, para penyelenggara beasiswa itu butuh lamaran yang konkret. Jelas. Dan tidak abstrak. Lebih-lebih, mereka butuh orang-orang yang sudah berpengalaman di dunia nyata. Bukan dunia mahasiswa. Saya kira, saya masih terbuai oleh dunia mahasiswa ketika mendaftar. Maksudnya, diutamakan orang yang sudah punya kemampuan taktis di lapangan. Di sini, pengalaman lapangan di bidang studi yang akan kita pilih adalah kunci. Anda tak punya kunci ini, jangan berharap lolos jebakan Batman.
Ketiga, kurang yakin. Di sini, saya ingin mengatakan, keyakinan itu vital sekali ternyata. Jika tersirat sedikit saja keraguan, bisa jadi berbahaya. Berpotensi memantik kegagalan. Saya bukan peramal. Saya hanya mengira-ngira saja; boleh jadi benar, boleh jadi salah.
Bagi saya, keyakinan adalah energi. Besar sekali kegunaannya. Kira-kira hanya dengan “keyakinan-lah” kita dapat memelihara mimpi-mimpi yang sulit sekali dicapai. Hanya dengan keyakinanlah kita menjaga gerak langkah kaki dan pikiran. Coba Anda abaikan keyakinan Anda tentang “Masa depan yang cerah.” Sudah pasti tak mengasyikkan lagi hidup ini. Tak ada asa. Tak ada cita. Yang ada hanya kemurungan dan pesimisme. Ya, keyakinan yang memelihara itu semua.
Nah, dari ketiga hal itu, semoga dapat diambil pelajaran, bahwa saya pernah gagal. Dan orang lain jangan sampai gagal. Saya akan coba tahun depan. Lagi. Dan lagi. “You are also welcome to re-apply for … next year.” Akhir pesan email itu. Tahun depan harus daftar lagi. Harus! “Kalau fisikmu pengen sehat, bergeraklah. Kalau jiwamu pengen sehat, bergeraklah. Menentang arus. Seperti ikan.” tulis Rusdi Mathari, wartawan hebat, dalam Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan. Sekian.
Malang, 4 Juli 2019 pk. 02:41 WIB
6 Comments
Anonymous
Iya, saat seperti itu ga butuh banyak ucapan ‘sabar’ atau ‘ambil hikmahnya’ atau ‘semangat ya. Serius, ga butuh.
adminpucuk
Yaps, sepertinya memang harus begitu 🙂
Telegram下载
https://www.tellern.com Telegram应用是开源的,Telegram下载的程序支持可重现的构建。Telegram同时适用于以下环境:Android安卓端,iPhone 和 iPad及MacOS的Apple端,Windows/Mac/Linux桌面版
Telegram下载
在这里下载Telegram官网最新版,适用于所有主流操作系统。本站为你提供详细的纸飞机使用指南,包括如何下载、安装以及设置中文界面,帮助你轻松使用这一全球领先的通讯 https://www.telegrambbs.com
Telegram下载
有道词典是由网易有道出品的全球首款基于搜索引擎技术的全能免费语言翻译软件。简介. 支持中文、英语、日语、韩语、法语、德语、俄语、西班牙语、葡萄牙语、藏语、西语等109种语言翻译。拍照翻译、语音翻译、对话翻译、在线翻译、离线翻译更顺畅。更多的翻译 https://www.fanyim.com
Telegram下载
https://www.telqq.com Telegram群组,Telegram群组导航。收录Telegram上的优质频道和群组,打造一个高质量Telegram导航。TGNAV收录整理了Telegram上的许多优质频道、群组、机器人,帮助用户发现更多优质的群组。