Era Disrupsi dan Terenggutnya Kemerdekaan Berpikir

Irvan Ulvatur Rohman


Pucukmera.id — Manusia dalam sejarah peradaban dunia telah melewati fase yang begitu panjang. Manusia telah merasakan manis dan pahitnya dinamika peradaban. Jika proses tersebut tidak pernah terjadi, jangan harap para manusia bisa menikmati gemerlap kemajuan teknologi. Masih melekat dalam pikiran, fase sejarah yang disebut sebagai revolusi industry. Fokus utama tulisan ini adalah mengenai era revolusi 4.0 yang berimplikasi kepada disrupsi.

Era di mana terjadi perubahan besar–besaran secara fundamental yang mencakup sistem, tatanan, dan teknologi yang mengubah tatanan masyarakat dunia. Bayangkan saja, perubahan tersebut tidak hanya mengenai satu–dua objek saja. Konsep disruption era dikenalkan oleh Christensen, destruktif terjadi dalam suatu proses di mana cara konvensional disingkirkan, kemudian teralihkan menjadi industri, digitalisasi, dan teknologi.

Lantas, apakah era disruptif selalu memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia? Sebagian besar orang akan mengatakan iya, oleh sebab mereka terbantu secara simultan akan hadirnya teknologi. Barang tentu saya pun mengamini hal tersebut, kemajuan umat manusia sudah mestinya menjadi agenda besar pada konstelasi kehidupan.

Seorang Michael Fulan menawarkan 6 kemampuan dasar yang ideal dimiliki oleh masyarakat dunia tatkala menyambut era disrupsi di abad 21. Kolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif, berkarakter, berwawasan global. Paradigma pemikiran yang dikonstruksi oleh Michael Fulan membuat keharusan semua orang sadar bahwa pesatnya perkembangan zaman harus dibarengi oleh nilai kompetensi.

Namun, di balik gemerlapnya era disrupsi, nyatanya persoalan mengenai kemanusiaan tetap terdenyut kencang. Fenomena miris masih saja ada dalam persoalan pelik social, seperti berita yang terekspos oleh media mainstream, kasus yang menyangkut ihwal nilai karakter manusia malah semakin menjadi. Pemerkosaan, pembunuhan, persaingan tidak sehat, korupsi, dan masih banyak perilaku tak bermoral lainnya.

Artinya, apakah era disrupsi hanya menyentuh kulit terluar kehidupan humanistik saja? Tanpa memedulikan nilai–nilai yang terkandung pada setiap diri individu? Jawaban pertanyaan itu hanya satu, bagaimana cara kita sebagai umat manusia untuk kemudian berani memerdekakan pemikiran.

Problematika semacam berita bohong, hasutan kebencian, polarisasi, dan perseteruan antar ras, agama, budaya malah semakin menjadi. Musabab insiden ini adalah munculnya media baru yang tidak segan–segan untuk menjadikan apa pun sebagai pundi keuntungan. Jangan heran, bila disrupsi atau perubahan tersebut malah merubah segalanya, dari yang buruk ke baik dan sebaliknya baik ke buruk. Celakanya lagi, umat manusia seakan tak pernah menyadari peristiwa besar tersebut.

Dampak yang diakibatkan oleh perubahan tentu memiliki efek domino yang tak tahu sampai kapan menyentuh akar rumput. Manusia modern seakan dikekang oleh kuasa zaman, manusia seakan alpa bagaimana harusnya memilah, menilai, dan menganalisis antar bangun dimensinya. Seperti ungkapan menarik dari Habermas bahwa dunia telah menjadi satu kesatuan tanpa batas berarti. Wilayah administrasi suatu negara dengan negara lain hanyalah bentuk bangunan fisik yang seakan tidak ada artinya selain hanya satu saja, yakni kedaulatan.

Lain daripada itu, dunia telah merambah masuk pada satu atau dua atau tiga kecanggihan teknologi. Orang dengan jarak sejauh apa pun, selama masih di dunia ini akan mudah mengakses, berkomunikasi, bahkan berpolarisasi dengan yang lainnya.

Berbicara mengenai brutalnya dampak yang diberikan oleh disrupsi, memerdekakan pemikiran setiap insan adalah krusial. Banyak orang yang secara subjektif menilai bahwa kebenaran yang dibawa oleh media digital yaitu absah dan faktual. Hal ini kembali diperparah dengan konsep post–truth yang berkecenderungan menilai kebenaran dengan variabel banyaknya orang yang memercayainya. Pada akhirnya, penggiringan opini untuk saling menyesatkan, memisahkan, menghakimi, memecah belah tak bisa terelakkan lagi.

Jangan harap di era modern ini, Plato–Plato lain menjamur. Pemikirannya yang selalu kritis, radikal, dan kontekstual seakan sirna. Atau jangan berspekulasi tinggi kepada calon penerus Aristoteles yang kritis dan berani membuat teori pemikiran baru daripada gurunya sendiri, Plato. Kemajemukan zaman yang terintegrasi secara cepat, kadang berakibat pada sukarnya menilai mana yang benar secara objektif dan benar secara subjektif.

Timbulnya daya nalar logis dalam menilai, pengembangan karakter berbasis nilai humanistik, kreativitas dalam memproses, serta kolaborasi secara komunal merupakan idealisme yang patutnya dipegang teguh oleh manusia modern. Jika Tan Malaka dalam bukunya Madilog menyoroti logika masyarakat Indonesia kala itu yang terjerumus dalam hal–hal gaib dan mistik. Maka, kasus yang hari ini terjadi serupa namun berbeda objek penyebabnya. Kemerdekaan berpikir manusia modern terkungkung dalam dimensi abstrak, menganggap segala kemudahan sebagai manfaat dan enggan untuk mendikte secara kritikal.

Kuntowijoyo menggunakan konsepsi rasionalitas–logis sebagai senjata dalam memperdalam pemikiran. Artinya, disrupsi atau perubahan fundamental perlu dirasionalisasi secara aktual. Apa dampak jangka panjangnya? Bagaimana mengatasi problematika yang ditimbulkannya? Serta solusi apa yang dapat dilakukan.

Rekomendasi yang dapat penulis tawarkan kepada semuanya dalam merealisasikan kemerdekaan berpikir hanya satu saja. Bersikaplah objektif dalam menghadapi apa pun. Jangan mudah terhasut, mudah terkungkung, dan mudah mendikte tanpa tahu bagaimana penyebabnya. Mari bebaskan pikiran dari penjara yang menjeruji, beranikanlah pikiran untuk menelaah berdasarkan pada metodologi kritis dan inklusif.

Negara ini memang sudah merdeka, namun permasalahan berpikir mesti diperjuangkan kembali. Terakhir, Soe Hok Gie pernah berpesan bahwa “hanya ada dua pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus, namun aku lebih memilih untuk menjadi manusia merdeka”.


Pucukmera.id – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.

Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

2 Comments

  • binance us register
    Posted January 16, 2025 at 10:59 pm 0Likes

    Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.

  • Binance Pagpaparehistro
    Posted March 20, 2025 at 3:29 pm 0Likes

    Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?

Leave a comment