Nadhifah Azhar
Penulis Lepas

Perhari ini, lepas empat pekan kita menjalani keseharian dan gaya hidup yang jauh berbeda dibanding sebelumnya. Perspektif kita diubah paksa oleh keadaan; melihat hal-hal yang sebelumnya terabaikan, mengalami hal-hal yang dahulunya tak begitu diacuhkan, menyadari bahwa hal-hal yang selama ini disepelakan, ternyata mempunyai arti yang penting. Setidaknya, penting untuk mempertahankan rasa nyaman, atau bahkan sekadar mempertahankan kehidupan itu sendiri.

Beberapa rencana yang sudah saya rancang pun bergeser hingga waktu yang belum ditentukan, beberapa peristiwa yang sudah sedemikian saya idam-idamkan pun berubah. Sangat jauh dari kata “ideal” dibanding dengan apa yang dialami oleh teman-teman saya di saat sebelum pandemic datang. Dan lagi, saya dipaksa untuk mencari rasa aman di tengah-tengah ketidakpastian ini.

Jangan tanya sedih atau tidaknya, tapi setelah saya renungi dan pikir lagi, bukankah memang hidup itu terdiri dari serangkaian ketidakpastian? Contohnya saja sewaktu di sekolah dasar dulu. Saat ditanya tentang cita-cita oleh ibu guru, saya dengan lantang menjawab akan menjadi seorang dokter. Tapi coba lihat sekarang, realitanya jelas-jelas berlawanan arah untuk mencapai cita-cita saya itu, karena saya memilih untuk mengambil jurusan kependidikan di bangku kuliah.

Seperti tahu perasaan yang berkecamuk di beberapa hari belakangan ini, salah satu following saya di Instagram mengadakan semacam diskusi via live Instagram bersama Ibunya, yang seorang psikolog. Ia menjelaskan tentang kondisi kita di saat pandemi. “Sebenarnya kita ini sedang berada di momen apa, sih? Bagaimana seharusnya sikap kita untuk menghadapinya?”

Kurang lebih ia menceritakan bahwa, momen ini adalah serangkaian peristiwa ketidakpastian yang harus kita jalani sebagai sebuah kehidupan. Ia membuka diskusi tersebut dengan menyanyikan sebuah lagu yang sering saya nyanyikan sewaktu kecil. Lagu itu berjudul Que Sera Sera. Lagu yang menjadi mantra untuk memberdayakan diri dan faham tugas kita hanyalah harus yakin sesuatu yang terjadi pasti akan terjadi. Oleh sebab itu, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari, maka wajib hukumnya bagi diri kita untuk hidup sebaik mungkin di masa ini, di kesempatan yang masih kita miliki.

Sayangnya, ketidakpastian itu tidak datang dengan sendirinya, seperti saat ini. Ia datang membawa fear dan anxiety. Baik berhubungan dengan masa yang telah kita lewati, maupun masa depan yang masih menjadi rahasia.

Lalu bagaimana sih agar kita tidak kalah dengan rasa anxiety yang menguras tenaga ini?
1. Kenali dan jatuh cintalah terhadap dirimu sendiri.
Belajar dan terus belajarlah untuk mencintai diri sendiri. Menikmati nikmat waktu yang telah diberi oleh Sang Maha Pengasih. Mungkin di momen-momen yang sulit ini, membuat diri kita jauh lebih bertumbuh. Jadi sabar, dinikmati prosesnya, jangan terburu-buru dan tergesa-gesa.

2. Sepele, tapi coba deh belajar mengatur pengendalian nafasmu.
Nafas adalah salah satu anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada kita, ia merupakan jembatan yang menghubungkan pikiran, perasaan, maupun rasa takut yang diciptakan oleh diri kita sendiri. Jadi yuk, sama-sama belajar mengontrol nafas agar menghasilkan pikiran yang tenang dan tentunya akan membuat mood kita lebih baik.

3. Hei, Stop controlling!
Kebanyakkan dari kita terlalu fokus pada kesalahan, kegagalan, dan keputusasaan yang seharusnya tidak kita beri perhatian lebih akan hal tersebut. Fokuslah ke hal-hal yang paling menyenangkan dan appreciate small things tentunya.

4. Sekarang waktunya, untuk kamu mengaktualisasi diri!
Di momen-momen ini lah waktunya untuk kita mendalami diri kita sendiri, hal-hal apa sih yang sebenarnya kita sukai, potensi-potensi apa sih yang sebenarnya masih tersembunyi di diri kita. Jangan sampai karena semuanya serba #dirumahsaja, malah jadi nggak semangat dan menghambat kamu untuk jadi pribadi yang produktif.

Kurang lebih empat hal di atas merupakan tips untuk menghadapi anxiety yang berlebihan akan momen ketidakpastian ini. Semangat teman-teman, semoga semuanya berlalu dengan waktu yang tidak lama lagi. Ibarat jadi hewan, sekarang ini kita lagi membangun kepompongnya masing-masing, memeluk erat dirinya masing-masing, esok setelah waktunya tepat, kita keluar dan menjadi kupu-kupu dengan sayap yang indah.

Pucukmera.ID – Sebagai media tempat anak-anak muda Indonesia untuk berkreasi dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu saja, Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu untuk mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.

Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id