Dibalik Euforia Piala Dunia, Dari Kekalahan Argentina Hingga Merosotnya Nilai Tukar Rupiah

PUCUKMERA – Euforia piala dunia tak henti-hentinya mewarnai jagat pemberitan di berbagai media akhir-akhir ini. Tak pelak piala dunia menduduki rating teratas dalam setiap pemberitaan, bahkan berita infotaiment ditelevisi pun tak lepas dari pemberitaan terkait piala dunia. Ditambah lagi kekalahan tim tango bertabur bintang, Argentina dari Kroasia menjadi perbincangan hangat hari ini.

Berbagai pengamat sepakbola profesional hingga amatiran melontarkan kritik pedas terhadap tim tango yang permainannya cenderung tidak jelas dan jauh dari ekspetasi. Maradona menangis, sang pelatih kecewa, pemain uring-uringan dan sang kiper di bully habis-habisan. Ah sudahlah, kita harus sadar bahwa ini hanya sebuah permainan yang tidak menjadi penentu nasib sebuah bangsa.
Namun, dibalik gegap gempitanya piala dunia, kita harus membuka mata yang lebar jika tak banyak orang yang tahu bahwa di berbagai sektor ekonomi negeri tercinta ini sudah menginjak lampu kuning.  Mulai dari melambungnya utang negara, merosotnya IHSG dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Situs web detik.com per hari ini mencatat nilai tukar rupiah masih berada pada level Rp. 14.100, belum move on sepanjang  bulan kemarin dari level 14.000-an. Menurut pengamat ekonomi, Indef Bima Yudhistira Adhinegara menyebutkan bahwa pelemahan rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh ketidakpastian perekonoman global tetapi juga kondisi fundamental. Karena itu, pemerintah juga sebaiknya memperkuat kinerja ekonomi domestik.
Hah, memperkuat ekonomi domestik? Bagaimana caranya memperkuat ekonomi domestik jika jutaan pekerja asing semakin dipermudah masuk di negeri ini?, bagaimana memperkuat ekonomi domestik jika harga  BBM, listrik, dan pangan cenderung naik dan tidak stabil. Tentunya kondisi ini akan menurunkan tingkat kepercayaan investor bukan?, dan pastinya merugikan bagi kelangsungan ekonomi suatu negara. Tak hanya itu good people, hutang luar negeri indonesia juga tak kalah hebatnya telah menembus Rp.5028 triliun (Perhitungan kurs acuan Jisdor Rp.14.090). Melihat utang seperti ini Bank Indonesia lagi dan lagi berdalih bahwa rasio utang itu masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara lain. Hmm, sungguh alasan yang kurang ilmiah dan masuk akal bukan.
Menanggapi terkait hutang luar negeri, pemerintah Jokowi-JK  mengungkapkan bahwa hutang tersebut digunakan untuk sektor yang produktif didalam negeri, di investasikan ke berbagai sektor sehingga diharapkan hutang yang dilakukan akan menjadi untung. Hmm, sebagai warga negara yang baik kita harus berfikir positif, dan tunggu saja hasilnya sampai pendaftaran capres agustus nanti, hehe..
Namun diluar itu semua, saya hanya mengingatkan jika kita harus cerdas berfikir dan mengamati atas berbagai realita sosial yang diumbar di media hari ini,. Kita boleh saja menikmati euforia piala dunia, namun jangan lupa jika itu semua adalah hiburan semu semata dan tidak menjadi penentu kemajuan suatu negara. Tetaplah fokus untuk menjadikan bangsa ini lebih baik, masih banyak PR sana sini yang belum terselesaikan dan membutuhkan solusi cerdas dari pemuda dan seluruh  masyarakat Indonesia. Janganlah kita menjadi pribadi yang mudah terpancing dan memancing, tapi sebaliknya tidak mudah terbawa oleh euforia sana dan sini. Tetap melakukan sesuatu yang produktif, tidak saling menghujat namun saling menguatkan. Pemerintah tidak dapat berjalan sendirian, sehingga kita harus saling menguatkan, tidak sekedar mengktitik tapi harus memberikan solusi. Jika semua ini dilakukan, sebuah keniscayaan bangsa ini akan menjadi lebih baik. In Sha Allah.

Oleh : Wahyu Fathuddin Jazir, S.E
Illustrator : Ifan

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

Leave a comment