Cegah Laju Deforestasi Melalui Valuasi Ekonomi Keanekaragaman Hayati

IRSYAD MADJID – BRGM


PUCUKMERA.ID Mencari data mengenai angka pasti deforestasi di Indonesia bukan pekerjaan mudah. Karena perbedaan metodologi dan kepentingan politik lembaga, angka yang dihasilkan menjadi berbeda. Misalnya saja, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa angka deforestasi menurun sampai ke angka 104 ribu hektare pada periode 2021–2022. Hal ini juga diklaim sebagai angka deforestasi terendah sepanjang sejarah.

Namun, angka tersebut dibantah oleh lembaga Forest Watch Indonesia (FWI). Hasil analisis mereka memperlihatkan kehilangan hutan primer di Indonesia memang terus menurun, namun jumlahnya lebih besar daripada klaim KLHK, yakni seluas 202.905 hektare di tahun 2021. Angka kehilangan hutan primer kemudian naik sedikit lebih besar pada tahun 2022, yakni seluas 230 ribu hektare.

Meskipun perhitungan angka deforestasi jumlahnya beragam, namun penyebab deforestasi hutan selalu berkutat pada hal yang sama, yaitu pelepasan kawasan hutan untuk kebutuhan industri. Dokumen FWI berjudul, “Jalan Deforestasi Indonesia” pada tahun 2020 menyebutkan bahwa sampai dengan tahun 2018, daratan Indonesia telah dibagi-bagikan kepada 541 pemegang izin dari sektor kehutanan, 1.866 pemegang izin perkebunan kelapa sawit, dan 11.418 pemegang izin usaha pertambangan.

Potret penebangan hutan yang setiap tahun terjadi. (Sumber: Econusa)

Kehilangan kawasan hutan untuk kebutuhan industri menjadi problem tersendiri bagi Indonesia. Samedi, Direktur Program Kehutanan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) dalam materi yang disampaikan di acara Forum Bumi dengan tema, “Apa yang Terjadi Bila Keanekaragaman hayati Kita Punah?” pada tanggal 8 Agutus yang lalu menjelaskan bahwa konversi hutan menjadi areal penggunaan lain dapat mengubah struktur komunitas ekologis dan menyebabkan kepunahan spesies di tingkat lokal. Jika dibiarkan terjadi terus menerus, hal ini akan mengubah fungsi ekosistem secara masif dan berujung pada kepunahan global.

Selain kepunahan spesies, deforestasi juga bisa berujung pada kepunahan global lewat fenomena pemanasan global. Dikutip dari VOA Indonesia, sebuah studi dari The Nature Conservancy mengungkap bahwa kondisi bahwa deforestasi dan pemanasan global di Kalimantan Timur menyebabkan suhu di kawasan tersebut menjadi lebih panas.

Tim peneliti ini menggunakan informasi citra satelit untuk sebagai langkah untuk menentukan berapa banyak pohon pelindung yang hilang di Kab. Berau antara tahun 2002 dan 2018. Mereka lalu menghitung perubahan suhu rata-rata harian dan menemukan telah terjadi kenaikan suhu sebesar hampir satu derajat Celcius di Berau dalam 16 tahun terakhir, sementara di saat yang sama, suhu secara nasional relatif tetap stabil. Peningkatan suhu ini terjadi dipicu oleh deforestasi seluas  4.375 kilometer di Kab. Berau.

Deforestasi menyebabkan daerah ini kehilangan pohon pelindung dan meningkatkan suhu panas. Akibatnya, aktifitas bekerja di luar ruangan selama 20 menit dalam sehari menjadi tidak aman. Lebih lanjut, studi ini juga menebalkan tesis bahwa deforestasi dapat mengakibatkan kepunahan global melalui fenomena krisis iklim. Menggunakan pemodelan iklim, diproyeksikan bahwa jika terjadi penambahan suhu menjadi 3 derajat Celcius lebih tinggi dibanding tingkat suhu era pra-industri, angka kematian dapat meningkat menjadi sekitar 260 orang per tahun.

Jika masyarakat urban menghadapi ancaman kematian dini, hilangnya keanekaragaman hayati juga menjadi petaka bagi masyarakat adat. Komunitas masyarakat adat menggantungkan langsung kehidupannya pada hutan dan keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya.

Annas Radin Syarif, Deputi Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dalam paparannya di acara Forum Bumi juga mengungkapkan data bahwa 72 persen wilayah adat merupakan ekosistem penting. Sehingga, ketika ekosistem ini terganggu, masyarakat adat juga akan mengalami kesusahan dalam mempertahankan eksistensinya.

Menghitung valuasi ekonomi keanekaragaman hayati

Oleh karena itu, fenomena deforestasi hutan harus segera menunjukkan grafik penurunan yang signifikan. Salah satunya, dengan mengubah persepsi bahwa hutan hanya mempunyai nilai ekonomi yang tinggi jika dialihfungsikan untuk kebutuhan industri, seperti pengolahan kayu atau pertambangan.

Dalam lanjutan pemaparannya, Pak Samedi dari Yayasan KEHATI menjelaskan tentang jasa ekosistem hutan yang amat luar biasa. Setidaknya ada tiga jasa utama ekosistem hutan, yaitu jasa penyedia energi, materi dan nutrisi, jasa budaya seperti ekowisata dan jasa pengaturan seperti pencegah abrasi, tanah longsor, dan penyerap karbon.

Maka, hutan yang menjadi rumah pelindung bagi keanekaragaman hayati di Indonesia baiknya juga dipandang sebagai kontributor ekonomi meskipun bentuknya sebagai hutan alam. Hal ini bisa terwujud dengan menghitung nilai valuasi ekonomi dari keanekaragaman hayati yang terkandung di dalam hutan Indonesia.

Sebenarnya jika ditelisik satu per satu, jasa ekosistem hutan mempunyai potensi ekonomi yang tak kalah tinggi dibandingkan industri lainnya. Misalnya saja, jasa ekosistem hutan sebagai penyedia materi genetik. Mengutip Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, saat ini Indonesia sedang mengembangkan eksplorasi Sumber Daya Genetik (SDG) sebagai bahan baku bioprospeksi.

Bioprospeksi sendiri yang berasal dari kata biodiversitas dan prospeksi, yaitu upaya untuk menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi dengan menghitung nilai tambah (added value) dari keanekaragaman hayati. Peraturan Menteri LHK mendefinisikan bahwa bioprospeksi adalah kegiatan eksplorasi, ekstraksi, dan penapisan sumberdaya alam hayati untuk pemanfaatan secara komersial baik dari sumber daya genetik, spesies dan atau biokimia beserta turunannya.

Potensi pemanfaatan SDG Indonesia ini memiliki pasar yang sangat menjanjikan, baik nasional maupun internasional. Setidaknya, sekitar 40 – 50% obat yang beredar di pasar menggunakan produk alam. Kemudian, 10 dari 25 dari produk farmasi juga mengandung campuran alami.

Dokumen Indonesia Biodiversity and Action Plan 2015-2020 pernah menghitung valuasi ekonomi dari keanekaragaman hayati untuk penyediaan obat, kesehatan dan kosmetika di tahun 2012. Hasilnya, valuasi ekonomi dari keanekaragaman hayati di sektor ini mencapai 4 triliun rupiah. Nilai ini merupakan estimasi terendah, sebab masih banyak penggunaan rumah tangga yang belum tercatat.

Jumlah fantastis ini masih diperoleh dari sumbangsih satu sektor saja. Belum lagi jika dihitung sektor lain, seperti jasa penyedia energi tenaga air yang nilainya mencapai 338 triliun rupiah ataupun jasa penyedia materi kayu untuk bangunan yang nilainya mencapai 1.081 triliun rupiah. Total nilai keseluruhan dari jasa ekosistem hutan di sektor ini saja sudah memperoleh valuasi ekonomi sebesar Rp1.680 triliun.

Hutan menyediakan berbagai jasa untuk menjamin keberlanjutan kehidupan. (Sumber: Mongabay)

Selanjutnya pada jasa ekosistem hutan untuk pengaturan dan pendukung juga punya valuasi ekonomi yang sangat bonafide. Misalnya saja, peran keanekaragaman hayati sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Dalam dokumen Indonesia Biodiversity and Action Plan 2015-2020 tercantum simulasi: jika keanekaragaman hayati di dalam hutan Indonesia menyerap sebesar 10 ton karbon per hektare, dengan estimasi harga karbon USD 5,9 per ton, maka nilai kontribusi ekonominya mencapai 54 triliun rupiah per tahun. Saat ditambahkan dengan fungsi pengaturan lain seperti peran untuk melakukan dekomposisi (penguraian) pada limbah organik, jasa pengaturan ekosistem hutan mempunyai valuasi ekonomi hingga Rp372 triliun.

Selain jasa penyedia dan pengaturan, ekosistem hutan juga menawarkan jasa interaksi budaya melalui keindahan keanekaragaman hayati yang ada di dalam hutan. Jasa budaya ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan industri pariwisata berbasis alam atau ekowisata. Setelah diteliti, sektor ini mampu menghimpun sekitar Rp600 miliar pendapatan ekonomi untuk negara.

Total, hasil perhitungan valuasi ekonomi dari keanekaragaman hayati yang terjaga dengan baik di hutan Indonesia mencapai Rp2.053 trilliun per tahun. Perlu dicatat, perhitungan ini dilakukan dua belas tahun yang lalu. Krisis iklim yang semakin mengkhawatirkan membuat jasa ekosistem lingkungan yang ditawarkan oleh hutan tentu bernilai jauh lebih tinggi saat ini.

Namun, pun jika hanya memakai ukuran hasil perhitungan di tahun 2012, angka ini  sudah setara dengan kontribusi ekonomi dari sektor pertambangan dan penggalian di tahun 2023. Mengutip hasil analisis dari Katadata, sektor pertambangan dan penggalian berkontribusi hingga Rp2.198 triliun terhadap PDB ekonomi Indonesia di Tahun 2023.

Hasil analisis ini tentu menjadi pembelajaran utama. Mempertahankan kawasan hutan dan keanekaragaman hayati di dalamnya ternyata merupakan sebuah hitungan ekonomi yang valid. Apalagi, jika memang tetap ingin merusak hutan demi kepentingan industri lain, biaya yang harus ditanggung pun tidak murah.

Salah satu contoh kasus adalah perusakan ekosistem pesisir untuk kegiatan pertambangan pasir laut di Pulau Rupat, Kepulauan Riau dan Pulau Kodingareng, Sulawesi Selatan. Dikutip dari situs Mongabay, berdasarkan kajian yang dilakukan WALHI bersama tim ahli, biaya pemulihan lingkungan hidup akibat penambangan pasir laut jumlahnya lima kali lipat lebih besar dari pendapatan yang dihasilkan.

Misalnya saja, taksiran harga pasir laut adalah senilai SGD7,4 per meter kubik (m3). Maka 344,8 juta m3 pasir laut yang telah ditambang dan diangkut dari sekitar pulau tersebut akan memerlukan biaya pemulihan lingkungan sebesar SGD129,3 juta atau Rp1.507 triliun per tahun.

Sehingga, menjaga keanekaragaman hayati yang terkandung di dalam hutan alam sudah selayaknya menjadi arus pemikiran utama. Sebab, hutan yang terjaga keanekaragaman hayatinya akan menjadi sumber daya ekonomi yang sangat berharga. Melakukan alih fungsi hutan untuk industri lain juga sudah terbukti tidak menghasilkan perbedaan keuntungan yang menonjol. Apalagi, jika ditambah biaya pemulihan lingkungan hidup yang harus ditanggung dari setiap luasan hutan yang rusak.


Pucukmera.id – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.

Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.

What's your reaction?
3Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

3 Comments

  • Drama
    Posted September 4, 2024 at 2:43 pm 0Likes

    halo ini kh4t3m

  • SLOT GACOR
    Posted September 6, 2024 at 4:46 pm 0Likes

    LINK SITUS SLOT GACOR SERVER THAILAND 2024 IRENG777

  • SLOT GACOR TERBARU 2024
    Posted September 7, 2024 at 4:54 pm 0Likes

    Slot Gacor Hari Ini Mudah Menang WD berapapun DI Bayar KLIK DISINI

Leave a comment