Syifa Nur Azizah
Anggota Al Birru Organizer Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Yogyakarta
PUCUKMERA.ID – “Carpe diem, carpe diem. Seize the day boys, make your lives extraordinary (Carpe diem, carpe diem. Raihlah harimu anak-anak, buat hidup kalian luar biasa).”
Kutipan di atas adalah sepotong monolog dari film Dead Poets Society, salah satu karya sinema terbaik sepanjang masa. Berlatar di sekolah asrama laki-laki, ucapan tersebut dilontarkan salah satu guru revolusioner yang tidak ingin para muridnya menyia-nyiakan masa muda. John Keating namanya, diperankan oleh bintang film ternama Robin Williams.
Dua kata menjadi pertanyaan: apa itu carpe diem?
Carpe diem berasal dari bahasa Latin yang berarti pluck the day (petiklah hari). Jika dimaknai lebih lanjut, kalimat ini mendambakan setiap orang untuk memaksimalkan waktu; lakukan segalanya sekarang; tak usah menunggu hari esok. Apa pun yang terjadi di keesokan hari, setidaknya kita telah melakukan yang terbaik hari ini.
Beberapa waktu terakhir, pergerakan kaum hawa turut menarik perhatian massa. Usai berabad-abad berlindung di balik budaya patriarki, para perempuan modern mulai mendesak hak-hak kesetaraan sebagai manusia. Perjuangan progresif ini semakin menggebu-gebu dengan ramainya istilah feminisme, yaitu ideologi untuk memperjuangkan kesetaraan gender di seluruh dunia.
Gerakan feminisme identik dengan para perempuan keren nan luar biasa. Saluran medianya sering digunakan untuk mengedukasi sesama perempuan, mengampanyekan emansipasi, hingga menuntut keadilan atas kekerasan berbasis gender. Keberadaan mereka dianggap sebagai contoh paling nyata dari revolusi abad 21, di mana semua orang berhak menyuarakan segala ketidakpuasan akan penguasa.
Gerakan feminisme adalah wujud nyata dari carpe diem
Layaknya pepatah kuno sedikit demi sedikit lama lama jadi bukit, setiap tindakan kecil akan berarti di kemudian hari. Pejuang feminisme tak pernah lelah meluangkan waktu dan jerih payahnya untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Wanita-wanita hebat ini ingin membuktikan kepada semesta bahwa mereka pantas dan mampu bersaing dengan laki-laki di beragam sektor kehidupan. Hasilnya, feminisme jauh lebih populer berkat perjuangan wanita-wanita tersebut.
Sukar mengubah apa yang telah mengakar di jiwa umat manusia. Stereotip wanita hanya pantas melakukan pekerjaan domestik masih sering ditemui di kepala-kepala konservatif. Pemikiran mereka masih kukuh bahwa wanita diciptakan sekedar untuk mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anaknya. Padahal, banyak sekali tokoh perempuan yang berhasil merebut atensi dunia berkat kecerdasannya, bukan karena jenis kelaminnya yang sering dipandang sebelah mata.
Salah satu tokoh wanita ternama adalah Najwa Shihab. Namanya tentu tidak asing lagi bagi rakyat Indonesia. Wajahnya sering dijumpai di sejumlah saluran media massa, tak takut mengkritisi para kriminal yang tengah tersandung skandal. Kelihaiannya meneror para politikus tersebut menjadikannya idola baru kaum hawa di Indonesia.
Najwa seakan menunjukkan kepada wanita-wanita lain bahwa dia adalah seorang perempuan, dan dia bisa menaklukkan seluruh negeri di bawah kata-katanya. Tidak sembarang wanita memiliki mentalitas alias kepercayaan diri sebesar dia. Namun justru itu tantangannya—akankah kita, perempuan biasa, juga berkesempatan untuk bersinar layaknya Najwa?
Jawabannya satu: jalanilah hidupmu segiat mungkin, hingga orang-orang mengakui reputasimu
Di masa modern, kalimat YOLO (You Only Live Once) juga kerap didapati di media massa. Sama seperti carpe diem, ia juga mengagungkan kehidupan tanpa penyesalan karena hidup hanya sekali. YOLO percaya bahwa tidak ada satupun manusia yang hidupnya pantas disia-siakan. Terutama anak-anak usia muda yang takut memulai hal baru, meski tahu ada sejuta pintu kesempatan yang masih terbuka lebar.
Istilah-istilah seperti carpe diem dan YOLO selalu berlaku sepanjang hayat manusia. Hidup yang panjang bukan berarti kita hanya berleha-leha menunggu nasib, tetapi ada banyak cerita dan ilmu yang harus digali di luar sana. Newton tak akan menemukan gaya gravitasi jika enggan mengamati pergerakan buah apel. Situs Facebook tak akan tercipta tanpa tekad kuat Mark Zuckerberg selama di Harvard.
Para perempuan hebat juga bertindak demikian. Mereka tahu perempuan sering dipandang sebelah mata di masyarakat, dan harus melakukan sesuatu demi melawan ketidakadilan teman-temannya. Jika feminisme tidak disuarakan mulai sekarang, besar kemungkinan anak cucu perempuannya kelak masih hidup di dunia yang tak ramah perempuan. Perempuan akan terus dipandang sebagai golongan lemah yang perannya tidak lebih hebat dari lelaki.
Oleh karena itu, saat ini adalah momen yang paling tepat untuk kita, perempuan abad 21, untuk menentukan takdir di telapak tangan kita sendiri. Tak usah takut, lihatlah dunia di sekeliling kita: bukankah masih banyak ruang yang membutuhkan perempuan-perempuan hebat? Adakah terbesit rasa ingin menjadi salah satu dari mereka?
Jika jawabannya iya, maka tetapkanlah tujuan sedari awal. Untuk mengetahui apa yang benar-benar kita inginkan, kita harus berkaca pada diri sendiri. Kenali apa maumu, mimpimu, dan tujuanmu. Misalnya seseorang ingin mendapatkan beasiswa di salah satu universitas ternama. Ia harus mengumpulkan tekad yang kuat sejak awal untuk mewujudkannya tanpa setitik pun rasa ragu.
Kedua, atur waktu sebaik mungkin. Kunci keberhasilan bukanlah seberapa lama kita berdedikasi pada tujuan, tetapi seberapa apik kita membagi waktu. Menentukan prioritas sangatlah penting di tahap ini. Kita harus membedakan mana yang paling penting, penting, dan kurang penting untuk dilakukan. Jika semuanya telah tersusun rapi, maka tentukanlah batasan waktu untuk melakukan tiap halnya.
Langkah berikutnya yaitu belajar. Seorang calon mahasiswa tentu harus rajin mencari ilmu. Dalam tahap ini, terdapat istilah teknik Pomodoro. Teknik Pomodoro adalah pembagian waktu belajar yang dianggap efektif untuk mempertahankan fokus. Contohnya adalah sistem 30-10-30-10, yaitu belajar selama 30 menit, istirahat 10 menit, dan seterusnya. Dengan melakukan teknik ini, ilmu akan tetap terserap dengan baik meski telah belajar cukup panjang.
Keempat, temukan selingan hiburan. Belajar yang terlalu intens seringkali berdampak langsung pada psikologis seseorang. Suasana hatinya kerap berubah-ubah dan justru lebih sulit menerima pengetahuan. Untuk menghindari hal tersebut, maka refreshing di tengah-tengah kesibukan sangatlah penting. Kegiatan yang bisa dilakukan misalnya mendengarkan musik, menonton film, atau menggambar apa pun yang tidak berkaitan dengan pelajaran.
Kelima, tetap berkomitmen hingga akhir. Distraksi akan selalu berdatangan ketika kita fokus meraih mimpi. Keadaan seperti ini biasanya mengancam orang-orang yang sedari awal memang tidak memiliki tekad yang kuat. Mereka hanya berlari tanpa tahu apa dan bagaimana pelabuhannya kelak. Akan tetapi, jika kita kukuh pada prinsip dan tujuan, segala bentuk godaan tidak akan mengalahkan besarnya cita-cita mulia dari dalam diri.
Pucukmera.id – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.
Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.