Muhda Ashari D.W.
Guru pesantren
Berdasarkan imbauan dari pemerintah lewat Surat Edaran Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal tahun 1441 H, masyarakat diimbau untuk melaksanakan ibadah bulan Ramadan di rumah. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya di mana semarak bulan Ramadan dan rangkaian ibadah dilaksanakan di masjid-masjid sekitar. Hal tersebut dikarenakan pandemi global Covid-19 yang mengharuskan kita menghindari kerumunan atau acara dengan jumlah massa yang banyak. Kita ketahui bersama bahwa virus ini mudah menyebar pada kerumunan manusia seperti kasus Jamaah Tabligh beberapa pekan lalu.
Sebagian dari kita mungkin berpikir. “Kok pemerintah gini amat sih, sampai ngelarang melaksanakan salat tarawih segala.” Hal tersebut adalah langkah yang diambil guna mencegah penyebaran Covid-19 agar tidak semakin meluas. Memang salat tarawih tidak dilaksanakan di masjid, namun kita masih bisa melaksanakan di rumah dan bisa berjamaah. Ibadah yang dilaksanakan secara berjamaah di masjid mungkin dibatasi, tapi tidak boleh menjadikan semangat beribadah di bulan Ramadan menjadi luntur. Meski dalam kondisi wabah seperti ini, syiar Ramadan tak boleh mati.
Nah, dalam situasi dan kondisi seperti ini, mari sejenak kita berpikir bagaimana menjalani bulan Ramadan. Apa saja yang bisa kita lakukan selama bulan Ramadan di tengah pandemi Covid-19, agar Ramadan tetap berkualitas, bahkan menjadi lebih berkesan. Terlebih mari berhusnuzan kepada Allah, bisa jadi Allah menyiapkan pahala besar bagi siapa yang tetap bertakwa kepada Allah dalam pandemi Covid-19 di bulan Ramadan yang mulia.
Sahur dan Berbuka bersama Keluarga Tercinta
Bagi yang sudah berada di rumah bersama keluarga, hal pertama yang bisa dilakukan adalah makan sahur dan berbuka bersama. Hal demikian bisa mengingatkan nuansa Ramadan ketika berusia kecil, masih belum memikirkan akan sahur dengan apa atau ribut tentang ikut bukber dengan teman SMA atau rekan kerja. Kita bisa menikmati waktu sahur bersama keluarga sambil menonton acara televisi seperti dulu kala, kemudian menyantap makanan berbuka yang sudah disiapkan oleh orangtua dengan penuh kenikmatan. Sepertinya Allah menginginkan kita semua untuk mengulang memori masa kecil pada tahun ini. Meskipun ada sebagian saudara kita yang terpaksa belum bisa berkumpul bersama keluarga karena tuntutan pekerjaan, imbauan untuk tidak mudik, atau kondisi yang lain.
Tadarus Al-Quran bersama Keluarga Tercinta
Kegiatan selanjutnya yang bisa kita lakukan untuk menghidupkan bulan Ramadan adalah tadarus Al-Quran bersama keluarga tercinta. Sekali lagi, sepertinya Allah menginginkan kita untuk mengulang memori masa kecil pada tahun ini. Diantara kita pasti pernah merasakan tadarus Al-Quran atau mengkhatamkan dengan iming-iming diberi hadiah oleh orangtua. Apabila berhasil menyelesaikan bacaan Al Quran sebelum Ramadan usai atau telah mencapai target hafalan Al-Quran seperti yang telah disepakati akan diberi hadiah. Dua hal di atas mungkin pernah dirasakan oleh sebagian dari kita, tentu hal tersebut menjadi kenangan yang dirindukan ketika Ramadan. Kita bisa melakukan kembali tadarus Al-Quran bersama keluarga meski tanpa hadiah yang dijanjikan, menjadi lebih dekat dengan orangtua dan anak melalui media Al-Quran. Kegiatan ini bisa ditiru dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz bersama anak-anaknya. Khalifah Umar bin Abdul Aziz duduk bersama anak-anaknya kemudian beliau meminta satu-persatu dari mereka untuk membacakan Al-Quran. Beliau menyimak bacaan Al-Quran semua anaknya sembari mengecek sampai mana dan seperti apa bacaannya. Jadi, seorang ayah bisa mempraktikan yang demikian kepada anak-anaknya selama bulan Ramadan.
Salat Berjamaah bersama Keluarga Tercinta
Salat fardu bisa dilakukan secara berjamaah meski tidak di masjid, masih bisa dilaksanakan bersama keluarga di rumah. Ayah menjadi imam, anak-anak dan ibu menjadi makmum, atau bila anak dirasa sudah cukup untuk menjadi imam, bisa mempersilahkan anak untuk menjadi imam salat. Hal ini bisa dilakukan sebagai pembelajaran bagi anak supaya siap menjadi imam salat pada kemudian hari. Bukan hanya salat fardu, salat tarawih juga bisa. Karena salat tarawih tidak dilaksanakan di masjid, kita ganti di rumah dengan tetap ada kultum. Kultum tetap diadakan agar proses transfer ilmu dalam keluarga tidak terputus. Maka sebagai imam keluarga, hendaknya sudah menyiapkan bekal ilmu yang cukup untuk makmumnya, apa yang disampaikan bisa diaplikasikan di lingkup keluarga tersebut.
Terakhir, Ramadan kali ini mungkin akan berbeda dari Ramadan biasanya yang pernah kita rasakan, bukan berarti tidak bisa memaksimalkan ibadah pada tahun ini. Allah tetap akan melihat siapakah hambanya yang paling baik amalnya. Tidak beribadah di masjid bukan berarti berhenti beribadah, di rumah juga bisa menghidupkan Ramadan bersama keluarga tercinta. Ingat, bisa jadi Allah ingin kita mengulang memori masa kecil pada tahun ini meski dengan kondisi yang serba terbatas. Kemudian, dengan adanya imbauan yang disampaikan oleh pemerintah untuk beribadah di rumah pada kondisi pandemi ini, syiar Ramadan tak boleh mati. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dan keluarga kita, dan semoga pandemi covid-19 bisa segera reda sebelum Ramadan tiba.