Berhubungan itu Mudah, Menjalani yang Susah

Didin Mujahidin
Pemred Pucukmera.id


Terkadang, kata “putus” yang diucapkan secara perlahan lebih menyakitkan daripada diucapkan dengan tegas dan terus terang. Apalagi hanya diam tanpa pernyataan, itu mematikan.

Film Story of Kale Garapan Angga Dwimas Sasongko membawa refleksi rumitnya sebuah hubungan. Ardhito Pramono berperan sebagai Kale dan Aurelie Moeremans sebagai Dinda. Di awal film, Dinda menyatakan “Le, kita putus aja ya. Aku mau kita putus”. Bermula dari itulah kita dibawa larut dalam cerita.

Perihal menjalin hubungan dengan pasangan, semua orang bebas menentukan. Berharap bahagia dengan hubungan yang telah dipilih sah saja. Saya rasa, semua orang selalu berharap bahagia dengan hubungan mereka. Termasuk saya juga berharap demikian, meski belum ada.

Dari harapan yang telalu besar akan kebahagian, terkadang membuat kita lebih mudah mencintai dan menjalin hubungan. Tak banyak berfikir panjang, berawal dari rasa iba yang dirasakan seseorang dan sikap sok jagoan ingin melindung. Cinta dapat dengan mudah ditumbuhkan.

Saya rasa, cinta tak pernah abadi. Yang abadi hanya kenyataan dan kehendak Tuhan. Dari film Story of Kale, ada beberapa pelajaran.

Jatuh cinta itu mudah

Kale yang rela disikat habis demi membela Dinda, memang tampak heroik. Hingga dengan mudah Dinda menjalin hubungan dengan Kale. Tinggal menunggu datangnya momen dan sedikit menambah keberanian untuk menyatakan cinta. Hubungan percintaan dapat segera dimulai.

Jatuh cinta adalah awal mula dua insan menjalin hubungan. Biasanya dari mata turun ke hati, namun banyak juga yang cintanya tetap di mata. Artinya, cintanya hanya sebatas kagum dari apa yang tampak di depan mata saja.

Cinta menjadi biasa saja sebab tak ada alasan panjang mengapa harus mencintainya. Alasan menyatakan cinta dan penerimaan berhenti pemuasan hasrat, kegaguman serta ledakan emosional sementara. Mungkin itu yang membuat cinta tak bertahan lama.

Rasa cemburu menjadi security kegiatan pasangan sangat biasa. Menanamkan rasa saling percaya dan memberi kebebasan memilih masa depan baru luar biasa. Jika jatuh cinta hanya sebatas itu, semua juga bisa.

Mudah memulai, lupa mempertahankan

Kale yang berhasil menyelamatkan Dinda dari toxic relationship mendapat kesempatan menjalin hubungan. Sebagai lelaki, kecerobohan itu muncul dalam diri Kale. Kesalahan sama diperbuat oleh Kale pada Dinda.

Kesalahan yang dilakukan berulang membuat seseorang kehilangan kepercayaan. Apalagi kesalahannya fatal, geram yang dirasakan. Sebagai manusia biasa saja, kita sering terjebak dalam euforia awal kehangatan cinta. Semua tampak indah, berbagai rencana disusun bersama. Hingga lupa akan resiko yang tak disiapkan penawarnya.

Sibuk menyerang lupa bertahan mungkin kata yang tepat bagi hubungan yang sering berhenti di tengah jalan. Semua energi telah habis di awal hubungan, hingga perjalanan tak berlangsung lama. Pertahanan adalah pondasi. Kekuatan dan daya mempertahankan harus dipegang sepanjang jalan.

Ada awal dan akhir

Apa yang pernah dimulai pasti akan diakhiri. Apa yang diakhiri pasti pernah dimulai. Semua memang terlihat baik-baik saja bagi Kale, tapi belum tentu bagi Dinda. Kale tak siap dengan apa yang dikatakan Dinda di tengah perjalanan cinta. Kondisi yang rumit membuat Dinda berani mengakhiri perjalanan cintanya.

Dalam urusan cinta, mereka yang mencintai dan menjalin hubungan tak pernah berharap cintanya berakhir seketika. Namun bagi seorang yang dicintai tak selalu berharap demikian. Sebab belum tentu yang dicintai telah berhasil mencintai pasangnya.

Ada kata “tai” dalam kata “mencintai”. Perlu diingat, sebab mencintai tak selalu berjalan baik. Terkadang bertemu tahi yang harus diurai agar bermanfaat. Kita patut berterima kasih pada cinta, darinya kita belajar memulai dan mengakhir peristiwa meski dibalut dengan rasa pedih.

Diri sendiri yang mengerti


Toxic relationship membuat kita jauh dari sendiri. Dibuat lupa akan hal yang seharusnya dipilih dan dilakukan. Namun keluar dari hubungan tersebut juga cukup rumit. Dari satu sisi, ada rasa takut kehilangan, sisi lain takut tak mendapatkan lebih baik dari yang sekarang.

Cinta memang candu, saat terus diberikan dan meminta lebih. Sebab manusia tak pernah mencapai rasa kepuasan. Jika tak ada sistem kontrol yang baik, akan dengan mudah kelewat batas demi dicintai dan melewati batas mencintai. Semua harus ada ukuran dan batasnya, bagitu juga dengan cinta. Diri sendiri yang paling mengerti batas-batas tersebut.

Segera berhenti jika memang pantas diakhiri. Segera berlari saat tersakiti. Tapi, kita semua tak pernah suci. Memaksa terus lanjut dan sering menyakiti. Dengan mengenal diri sendiri, batas berhenti dan tidak memaksa dapat disiasati.

Masa depan milik kita, tapi Tuhan menentukan

Merencanakan keindahan sudah pasti dilakukan tiap pasangan. Bahkan bertahun-tahun ke depan agenda sudah tersusun rapi. Alam memiliki banyak misteri, seharusnya berjalan tak sesuai rencana menjadi hal yang biasa.

Kale sulit menerima ketidaksempurnaan masa depan, sebab yang terjadi tak sesuai harapan. Hingga sulit menerima kenyataan, meski perih ia berusaha kuat dan mempertahankan. Saat Dinda berkata “Nggak ada orang yang bertanggung jawab atas kebahagiaan di diri kita selain diri kita sendiri” akhirnya Kale sadar.

Dalam berhubungan, kebanyakan pasangan berlaku seolah Tuhan. Menentukan besok akan indah dan bahagia. Perlu diingat, ada tangan Tuhan yang selalu membersamai. Menentukan yang baik, bukan yang terlihat baik.

Dari film Story of Kale: When Someone’s in Love, kita belajar memahami. Bahwa ada resiko dari setiap cinta. Memilih keberlanjutan namun menimbulkan rasa perih dari ketidakjujuran atau mengakhiri dengan duka. Memang cinta tak ada enaknya, yang enak hanya melihatnya saja. Terkadang memulainya sulit, mengakhiri rumit. Berhubungan memang mudah, tapi belum tentu bahagia.

Harga sebuah resiko memang tak murah. Mempersiapkan penanganan resiko dari menjalin cinta lebih baik dari merencanakan kesenangan semata. Kita semua pemula. Kale saja masih gagal dalam menjalin cinta.


Pucukmera.ID – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangunkk budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.

Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id.

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

Leave a comment