Asal-usul Dilahirkan


Dian Kurniasih founder Twinka.id


Seseorang bisa melakukan suatu hal, pasti didasari oleh rasa penasaran, bukan? Tidak melulu tentang bakat, jika memang ada bakat, pasti bakat itu perlu diasah, dibiasakan bertumbuh dan berkembang. Baru setelah itu bisa disebut “punya bakat”.

Dulu, jauh sebelum 2019, tepatnya tahun 2009, di masa libur ujian nasional SMP, aku melatih keterampilan diri membuat rajutan. Seni memainkan hakpen dan benang panjang bergulung. Mungkin itu caraku mengisi waktu libur, saat kebanyakan teman seusiaku asik bertamasya dan berkumpul dengan keluarga, aku tetap tinggal di Jogja. Kebetulan saat itu, di tengah-tengah kesibukan kuliah, mbakku sedang bersemangat membuat rajutan, dari dialah aku mulai belajar.

Memasuki masa-masa kembali ke sekolah, aku tetap membawa bakat baru yang baru saja diasah di bidang rajutan, crochet bahasa asingnya. Bahkan, virus itu cepat sekali menular. Hanya dalam beberapa hari saja sudah tampak beberapa teman (kakak dan adik tingkat) yang juga pandai merajut. Maklum, sekolahku siswi semua, jadi tak tahu malu untuk membawa rajutan ke sekolah. Merajut di sekolah bisa jadi cara terbaik untuk mengusir bosan dan kantuk dari mata pelajaran tertentu. Kalau dialihkan dengan merajut, jadi tetap produktif, kan?

Twinka.id lahir di dunia

Satu dari sekian kegemaranku mengusir kebosanan dan memanfaatkan waktu luang adalah dengan merajut. Maka jangan heran kalau hampir semua barang-barang kecilku terbuat dari rajutan, mulai dari tas pinggang, totebag, dompet, tempat pensil, tempat handphone dll. Kadang, ketika sedang pergi ke suatu tempat, ada teman yang nyeletuk dan memuji rajutanku. Banyak juga yang memotivasi untuk menjualnya.

Hingga tiba saat itu, menjelang bulan ramadan 1440 H (tahun 2019), terjadilah obrolan serius di teras toko GB. Menguras pikiran tiga kepala guna mengembangkan bisnis yang telah ada. Alih-alih untuk menyalurkan hobi, tapi juga bisa menambah pengalaman di dunia bisnis. Sejak saat itu, aku mulai berinisiatif mengambil gambar dan mengirimnya di story media sosial. Tanpa di sangka, respon positif terus berdatangan. Ada yang ingin memiliki ada juga yang ingin bertemu untuk belajar.

Twinka lahir membawa misi sosial, dia berusaha untuk memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya kaum perempuan yang memasuki masa transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja. Meski belum mendapatkan pekerjaan tetap di suatu organisasi/lembaga, besar harapan kami agar perempuan tetap produktif. Syukur-syukur dari mejarut itulah mampu melahirkan pengusaha-pengusaha kreatif yang dapat bersaing dengan bisnis lainnya. Mengapa rajutan? Karena alat dan bahannya sederhana, proses pengerjaannya pun dapat dilakukan dimana saja.

Sebagai contoh, ketika menunggu klien, kebiasaan apa yang banyak orang lakukan? ngobrol (pasti), bermain gadget dan berselancar di media sosial (bisa jadi). Pertanyaan selanjutnya, sampai bertahan berapa lama? Dari pada hanya ngobrol, twinka hadir dan mengajak teman-teman untuk belajar memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Sambil ngobrol, sambil merajut. Dan yang paling penting adalah terus melakukan ikhtiar terbaik hingga buah ikhtiar terbaik berpihak padanya. Karena bagaimanapun juga, manusia hanya dapat berusaha, selebihnya serahkan kepadaNya. Oiya, merajut juga bisa jadi terapi kesehatan mental, gangguan psikosomatis, meningkatkan ketekunan dan kesabaran loo. Sebab, sekalinya konsentrasi terganggu, bisa jadi ada mata rantai rajut yang terlewatkan kaitan benang. Nggak maukan karyamu dinilai kurang rapi? Makanya, sabar dan konsentransi.

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

Leave a comment