Selamat kepada Nukilan yang sudah merilis lagi zine volume 2 pada tanggal 15 Desember kemarin di Alt. Space (Semeru art Gallery). Sebenarnya Nukilan itu apa sih? Secara harfiah Nukilan berasal dari kata dasar “nukil” yang berarti kutip. Nukilan memiliki arti kutipan atau mengkutip. Pada zine volume 1 dan 1.2. awal terbentuk, nukilan merupakan sebuah wadah baru yang bertujuan untuk memberi ruang gerak pada teman-teman, penggiat dan penyuka sastra agar dapat menikmati sastra dengan santai yang tidak membosankan.
Tanda tagar (#) sastra santai menjadi jargon pada peluncuran zine volume 2. Bagi Nukilan #sastrasantai bukan sekedar tagar semata. Ada banyak harapan memaknai tanda tagar tersebut. Hadirnya Nukilan #sastrasantai mencoba memberikan tawaran baru bahwa sastra dapat dikemas dengan lebih santai, tidak kaku dan membosankan. Acara sastra sekarang ini kebanyakan seirus dan gitu-gitu aja, bosen lihatnya. Padahal bisa lebih santai dan ngalir. Gitu kan lebih enak!” celetuk mas Ali salah satu pioneer dari Nukilan. Melihat tidak adanya kebaruan dalam membuat acara sastra, Nukilan mencoba mengemas acara sastra lebih santai tapi masih terkontrol dan kondusif.
“Menerbitkan buku bukan perkara yang mudah dan Nukilan belum mampu. Jadi kami terbitkan zine dulu, nggak ribet dan terjangkau!”
Apa sih zine itu? kenapa harus zine?. Acara peluncuran zine vol. 2 kemarin, Kempel salah satu pembicara dalam diskusi #sastrasantai menjelaskan, zine adalah bentuk perlawanan terhadap megazine. Kepenulisan zine itu bebas, gak seperti megazine yang harus baku dan mengikuti tata aturan yang ada. Dalam zine semua itu tidak perlu. Batasan zine hanya media dan ide penulisnya sendiri. Nukilan merasa
zine adalah media yang paling tepat untuk menampung ide dan semangat mereka. Kalo temen-temen pengen baca zine Nukilan dari vol. 1-2 bisa langsung kontak Instagram @nukilanid.
Masih dengan semangat yang sama zine vol.2 hadir dengan kesederhanaannya tapi tetap kritis dan hura-hura. Beberapa karya dihimpun melalui tautan dan media sosial. Kota Malang punya banyak talenta-talenta muda dengan selera sastra yang unik. Selain itu, Nukilan juga merangkul mas Bejo Sandi yang telah berkiprah di dunia kesusastraan cukup masif dan lama.
“Sastra begitu jauh dari kehidupan masyarakat dan menjemuhkan!”
Ali (@ghozalilooo) dan Valdi (@valdianjar) merasa resah akan geliat sastra di kota Malang sekarang. Keresahan ini dimulai ketika mas Ali dan kakak Valdi sedang ngopi membicarakan keadaan sastra sekarang. Mereka berdua merasa risih dengan kemasan sastra yang terlalu baku karena dikotak-kotakkan dengan teori dan dibatasi oleh penilaian bagus atau jelek. Sebuah karya sastra yang ujungnya menitik beratkan sastra harus seperti ini dan sastra tidak boleh seperti itu. Batasan boleh dan tidak boleh yang menurut mereka membuat sastra jauh dari masyarakat. Membuatnya saja begitu banyak aturan dan sangat menjenuhkan. “Seni rupa aja punya street art masak sastra gak boleh punya yang begituan juga”.
Dulu banyak tembok-tembok menjadi ladang dan buahnya adalah puisi perlawanan. Masyarakat sadar dan mereka dekat dengan kata-kata, dekat dengan rasa. Nukilan di inisiasi oleh Mas Ali dan kakak Valdi, kesuksesan Nukilan tidak akan terjadi tanpa peran Gethuk dan Mas Prapto.
”Nukilan sebenarnya sederhana, semoga kami dapat konsisten di jalan yang sudah kami buat!”
Nukilan tidak menarget harus menjadi apa kedepannya, harus menawarkan kebaharuan apa lagi untuk geliat sastra di kota Malang. Nukilan membiarkan semua mengalir begitu saja, Nukilan ingin konsisten dengan jalan yang telah dibuat. Nukilan sudah bisa menampung teman-teman dalam kegiatan sastra saja untuk saat ini sudah cukup.
Reporter : Chrisye A
Editor : Mujahidin
Fotografer : Ungkik