Angin Berbisik di Divan Yolu


Oleh: Wimpi Gea Seprina Putri (@wimpigea)
Pendongeng di Komunitas Gerakan Mendongeng, Aktif Juga di Rumah Belajar Polehan, Asal Riau 


Diratapinya gundukan tanah merah yang masih segar itu. Seakan hilang akalnya menangis dan mengulang rekaman memori bersama orang yang sudah terbaring di dalamya.

Aku sudah mewakilimu melihat Hagia Shopia” bisikku di samping nisan yang masih gagah berdiri.

Matahari masih melek bahkan hingga pukul 8 malam, seakan enggan berganti posisi dengan sang penguasa langit malam. Meskipun sudah mulai memasuki musim gugur dan meninggalkan musim panas, namun tetap saja siang masih lebih panjang dari malam di langit Divan Yolu, yang dulu disebut dengan Road to the Imperial Council, yang berarti sebuah jalan utama yang menghubungkan Konstantinopel (sekarang Istanbul) dengan kota Roma. Lokasi awal jalan utama ini ditandai dengan keberadaan the Million, sebuah monumen agung yang struktur bangunannya berbentuk tetrapylon, sangat menakjubkan. Bentuk 4 buah bunga tersebut seakan menggambarkan 4 menara yang berdiri gagah dengan kubah di atasnya. Sudut kota inilah yang paling aku sukai ketika musim panas seperti ini. Ada sebuah toko kecil di pinggir jalan dan biasanya ramai didatangi muda-mudi dan pelancong asing untuk sekadar menikmati Limonta, atau menyantap salad sayuran segar yang biasanya melimpah ketika musim panas melanda.

Favoritku dari toko ini adalah Maraş Dondurma, atau es krim khas Turki seraya menikmati hembusan angin musim gugur yang seakan memberikan sambutan hangatnya kepada penduduk Istanbul. Aku menyalakan laptopku dan mencoba masuk ke email dengan hati yang diluapi rasa rindu pada sahabat dan keluarga yang jauh di negeri lain. “Apa kabar mereka?” tanyaku dalam hati.

Perasaan rindu yang membuncah dalam kalbu dan fikiran yang berangan jauh entah ke mana membayangkan wajah-wajah orang yang kusayangi mungkin akan mengirimiku pesan, seakan sirna di telan kekalutan dan kekecewaan. Hanya ada sebuah pesan dari Fitri, adikku di email masuk. “Mana sahabat-sahabatku yang 3 bulan lalu begitu mendukungku ketika bersama-sama berjuang meraih beasiswa dari Istanbul University dulu? Adakah mereka sudah melupakanku ataukah mereka sibuk dan mencari teman baru?” fikiran negatif terus berkelebat di dalam kepalaku. Aku mematikan laptop dan menghabiskan minuman yang kupesan kemudian langsung pulang ke rumah orang tua angkatku selama di Turki.

Musim telah berganti. Aku menyimpul sehelai syal rajutan tipis menutupi leherku. Hari ini adalah hari terakhirku di Turki. Aku berpamitan kepada kedua orang tua angkatku dan bergegas meninggalkan rumah berjalan menuju kampusku untuk berpamitan dengan rekan-rekan dan para dosen. Dedaunan mulai meranggas dan menyemburatkan warna kuning, merah, dan dan coklat. Angin musim gugur mulai menyapa dan kemungkinan malam akan hujan seperti biasanya diikuti penurunan suhu. Tak pernah menyerah berharap datangnya kabar dari sahabatku, Nabila. Seketika mataku tertuju pada sebuah nama di kotak masuk emailku, Nabila Azzahra.

Assalamualaikum, sahabatku, cahaya hidupku, pelipur laraku, Aira. Besok, genap 2 tahun sudah kau berada di belahan Benua lain. Bagaimana dengan mimpimu? Apakah kau sudah melaksanakan ide “gila”mu itu? Makan kebab asli dari negeri asalnya? Hahaha ooh sungguh, aku sangat merindukanmu. Tawamu, leluconmu yang selalu berhasil memecahkan batu keegoisanku dan menjernihkan kembali kaadaan. Aku berharap kamu baik-baik saja di sana dan pulang kembali ke Indonesia dengan membawa harum nama negaramu, keluarga, dan sahabat-sahabatmu. Aku tidak bisa mengutarakan semuanya di sini, sama sepertimu aku pun akan pergi jauh memulai kehidupan yang sangat panjang. Maafkan semua kesalahan dan keegoisanku, semoga kita bertemu lagi di kehidupan yang kekal. Aku menyayangimu, sahabatku.

Aku hanya menghela nafas dan tersenyum ketir. Upayaku menahan tangis tak berhasil. Tanpa terasa buliran-buliran hangat mulai membanjiri pipiku, mencoba berfikir apa maksud kata-kata Nabila dalam pesannya. Belum lagi tangisku selesai, saat itu juga masuk sebuah pesan di emailku. Dari sahabatku juga, Sarah. Aku membuka pesan darinya dengan maksud mungkin akan bisa menenangkan perasaanku yang sedang kalut. Aku mulai membaca dan seketika terperenjat membaca kalimat awal yang tertera pada pesan tersebut.

“Innalillahi wa Innaillaihi Roji’un. Telah berpulang ke rahmatullah, sahabat yang sangat kita cintai, Nabila Azzahra. Semoga beliau diterima dan ditempatkan di tempat yang paling indah di syurga-Nya. Aamiin.

Assalamualaikum Aira, sahabatku. Tadi malam, kita kehilangan teman, sahabat, saudari yang sangat kita cintai selama ini. Entah maut seakan memberikan tanda, aku melihat tadi malam sebelum bibirnya yang pucat bergetar mengucap kalimat dua syahadat, nafasnya yang mulai tersengal, aku melihatnya. Dia menangis menyebut namamu dan dengan lirih memintaku mengetik dan mengirim pesan untukmu. Maafkan aku sahabatku. Aku akan menjawab pertanyaanmu 2 tahun yang lalu. Mengapa kamu berangkat ke Turki sedangkan hasil tesmu dan Nabila hanya selisih sedikit. Harusnya dialah yang mendapat beasiswa itu, namun karna dia telah mengetahui, kanker lambung stadium akhir yang disembunyikannya dari kita akan menjarah tubuhnya dan merenggut nyawanya sesegera mungkin, maka dia mengundurkan diri dan memohon agar kamu yang naik menggantikan posisinya. Besar keinginannya dan keinginanmu untuk melihat kota Istanbul, Turki. Namun apalah daya, hanya salah satu dari kalian yang melihatnya secara langsung, sedangkan yang lainnya, hanya bisa melihat senyum manis sahabatnya dari dimensi yang berbeda. Setelah kamu kembali, mari sama-sama kita kirimkan doa untuk teman seperjuangan kita ini. Wassalam, Sarah.”

Tangisku pecah di ujung kalimat pesan itu. Nafasku sesak dan aku merasakan jantungku remuk. Aku rubuh di antara beberapa orang yang sedang menjalankan aktifitas sehari-harinya, seketika gelap.

Sekembalinya aku dari Turki, segera kutemui sahabat-sahabatku dan meminta diantar ke peristirahatan terakhir almarhumah. Dengan penuh penyesalan atas tuduhanku terhadapnya yang tidak mengirimiku kabar, atas kesalahan yang kuperbuat selama hidupnya, atas kekuranganku selama aku menjadi sahabatnya. []

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

2 Comments

  • Florine
    Posted December 14, 2023 at 12:38 am 0Likes

    I am not sure where you’re getting your info, but good topic.
    I needs to spend some time learning more or understanding more.
    Thanks for wonderful information I was looking
    for this info for my mission.

    Here is my site :: buy cialis online with prescription

  • Donaldfew
    Posted March 6, 2025 at 5:34 pm 0Likes

    equilibrado de rotores
    Dispositivos de ajuste: fundamental para el funcionamiento fluido y productivo de las equipos.

    En el campo de la ciencia actual, donde la productividad y la fiabilidad del equipo son de alta trascendencia, los equipos de calibración tienen un tarea vital. Estos aparatos dedicados están creados para equilibrar y fijar piezas rotativas, ya sea en herramientas industrial, medios de transporte de traslado o incluso en electrodomésticos caseros.

    Para los profesionales en conservación de equipos y los profesionales, operar con dispositivos de balanceo es fundamental para proteger el desempeño suave y estable de cualquier mecanismo dinámico. Gracias a estas opciones innovadoras sofisticadas, es posible minimizar notablemente las oscilaciones, el ruido y la carga sobre los sujeciones, aumentando la tiempo de servicio de componentes importantes.

    Igualmente importante es el función que cumplen los aparatos de ajuste en la servicio al comprador. El asistencia especializado y el reparación regular empleando estos aparatos posibilitan dar soluciones de gran excelencia, aumentando la agrado de los compradores.

    Para los propietarios de negocios, la inversión en estaciones de calibración y sensores puede ser importante para optimizar la efectividad y productividad de sus sistemas. Esto es sobre todo relevante para los dueños de negocios que dirigen medianas y modestas negocios, donde cada punto es relevante.

    Asimismo, los equipos de balanceo tienen una gran uso en el sector de la prevención y el gestión de nivel. Permiten identificar potenciales fallos, reduciendo mantenimientos caras y perjuicios a los aparatos. Más aún, los datos generados de estos aparatos pueden utilizarse para mejorar sistemas y mejorar la presencia en buscadores de exploración.

    Las sectores de uso de los aparatos de balanceo comprenden variadas ramas, desde la fabricación de vehículos de dos ruedas hasta el monitoreo ambiental. No afecta si se trata de enormes manufacturas industriales o limitados talleres de uso personal, los sistemas de ajuste son necesarios para proteger un desempeño óptimo y libre de paradas.

Leave a comment