75 Tahun Kemerdekaan

Azhar Syahida

Bagaimana cara terbaik merayakan hari kemerdekaan RI ke-75? Saya tidak tahu. Terus terang, saya tidak tahu.

Yang saya tahu, seorang ibu penjaga warung kelontong di dekat kos saya di Jalan Sapta, mengeluh. “Ini hari kemerdekaan kita lho, Mas” katanya. “Kok sepi, ya.” Saya diam, tersenyum kecil, dan segan menjawab.

Tepat 17 Agustus 2020, Indonesia dalam arti ‘merdeka’ secara simbolik genap berumur 75 tahun. Sebuah umur yang panjang, oleh sebab tak banyak penduduk negeri ini memperoleh kemewahan berumur selama itu.

75 lima tahun, adalah juga hasil perkalian tiga dari usia saya, yang baru dua puluh lima tahun. Dua bulan lalu.

***

Kalau kita ubah usia 75 tahun itu menjadi usia seorang manusia, seorang manusia seperti apakah Indonesia itu?

Seperti inikah manusia itu: seorang kakek, beristri satu, beranak tiga, bercucu lima. Pekerjaannya berkebun, menikmati masa pensiun, dan sesekali bercanda dengan cucu-cucunya yang menggemaskan. Juga, setiap akhir tahun melancong menggunakan kapal pesiar bersama istri tercinta; plesir keliling dunia.

Atau manusia yang seperti ini: seorang tua renta, hidup sebatang kara, ditinggal pergi istri oleh sebab ulahnya mencuri, bermain judi, dan gunungan hutang yang belum terbayar. Pekerjaan saban hari: pontang-panting tambal sulam mencari hutangan baru. Sesekali masih bersikeras membeli nomor judi yang selalu dipercayainya mendatangkan kekayaan. Dan, setiap kalah judi, ia menenggak minuman keras sebanyak mungkin, sampai teler, baru pulang ke rumahnya yang kumuh, di pinggiran kota.

Yang manakah Indonesia di usia 75? Silakan Anda cari jawabannya, atau mungkin Anda memiliki pengandaian lain, silakan. Saya percaya Anda lebih mengerti jawabannya.

Pengandaian pertama tentu merepresentasikan seseorang berumur 75 tahun yang hidup dalam keberuntungan sejati; rohani dan materiil: berkeluarga bahagia dan santai menikmati hari senja dengan kemakmuran yang layak.

Namun, jika kita tarik garis sejarah dengan pengandaian pertama ke dalam usia bangsa kita, yang hari ini (saat tulisan ini ditulis) merayakan ‘kemerdekaan’ ke-75, rasanya sungguh bukan itu bangsa kita.

Sebab, bangsa besar ini nyatanya masih berjibaku menghadapi serangkaian pahit-getir kehidupan.

Jumlah penduduk miskin, hampir miskin, dan rentan miskin masih luar biasa besar. Jurang ketimpangan semakin menganga; satu persen orang terkaya di negeri ini menikmati hampir separuh kekayaan nasional, sepuluh persen menikmati tujuh puluh lima persen, dan seterusnya. Segelintir elite semakin terang-terangan menguasai akses, menari di atas janji dan khayalan kemakmuran bersama.

Teranglah: kendali tanpa empati masih berputar di segelintir elite. Lantas, apa yang hendak dibagi? Maka, jangan dulu berbicara bagi membagi jika tak ada demokrasi.

Lebih tepat, memang, dan barangkali berat hati Harms kita akui: di usia yang ke-75, kemerdekaan Indonesia masihlah seperti pengandaian kedua. Setidaknya ini menurut saya. Anda boleh tidak sepakat. Boleh juga setengah sepakat. Barangkali Anda punya opsi pengandaian lain.

Yang jelas, negeri yang kita cintai ini, masih punya banyak pekerjaan rumah, yang bukan sekadar pekerjaan rumah biasa, yang tidak bisa diselesaikan dengan cara biasa. Melainkan, sebuah pekerjaan rumah maha besar yang membutuhkan kerja ekstra maha besar.

Satu lagi, para pemimpin negeri ini sudah menyebut “Indonesia emas”. Itu untuk 2045. Dua puluh lima tahun lagi. Masih lama? Tidak. Itu sebentar lagi. Esok hari.

Soal emas itu, kita boleh bertanya: Indonesia emas seperti apa yang hendak diharapkan bila pada usia 75 tahun saja tak menjadi apa-apa? Lagi pula, bukankah saat berusia 100 tahun seseorang makin tidak sanggup menjadi apa-apa? Toh, kita juga tak pernah ditunjukkan seperti apa penggambaran, atau minimal imajinasi “emas” yang disematkan di belakang kata “Indonesia” itu. Semoga saya keliru.


Pucukmera.ID – Sebagai media anak-anak muda belajar, berkreasi, dan membangun budaya literasi yang lebih kredibel, tentu Pucukmera tidak bisa bekerja sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari semua pihak. Untuk itu, kami merasa perlu mengundang tuan dan puan serta sahabat sekalian dalam rangka men-support wadah anak muda ini.

Tuan dan puan serta sahabat sekalian dapat men-support kami melalui donasi yang bisa disalurkan ke rekening BNI 577319622 a.n Chusnus Tsuroyya. Untuk konfirmasi hubungi 085736060995 atau email sales@pucukmera.id

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

Leave a comment