Rekomendasi Bacaan Selain Berita Korban Covid-19 yang Terus Bertambah


Galih Arozak
Seorang Buruh


Memasuki pekan keempat bekerja secara daring atau work from home (WFH), sesekali muncul rasa jenuh, juga rindu suasana kantor dan rekan kerja. Demikian pula saya yakin para pelajar, mahasiswa, dan pekerja yang memulai pembelajaran maupun kerja secara daring lebih awal dari saya, jauh lebih jenuh dan berharap kondisi lekas pulih seperti sedia kala.

Terhitung sejak diumumkannya dua warga Depok, Jawa Barat yang positif terinfeksi Covid-19 pada Senin (2/3), hingga tulisan ini dibuat, berbagai media baik cetak, elektronik, maupun online, menyuguhkan berita seputar ganasnya virus yang berasal dari Wuhan itu lengkap dengan angka-angka yang setiap hari terus bertambah—pasien positif dan pasien meninggalnya. Dilansir dari informasi resmi pemerintah, per Jumat (17/4), secara kumulatif jumlah pasien positif Covid-19 sudah mencapai 5.923 orang. Dari jumlah itu, 607 pasien dinyatakan sembuh, dan 520 meninggal dunia.

Betapa ganasnya Covid-19 yang telah menginfeksi sekitar 300 orang setiap hari di 34 provinsi itu. Barangkali dari angka-angka yang terus bertambah tersebut, sebagian masyarakat diselimuti kepanikan berlebih. Beberapa kepala daerah mengambil langkah cepat seperti karantina wilayah sebagai upaya pencegahan merebaknya Covid-19, bahkan di desa-desa masyarakat secara mandiri melakukan karantina wilayah di setiap gang arah masuk desanya.

Antisipasi yang bagus tetap saja perlu edukasi yang tepat. Seperti penyemprotan disinfektan yang hanya untuk benda, dan bukan pada tubuh manusia, hingga physical distancing yang benar-benar diterapkan. Pasalnya, di banyak posko yang berada di gang-gang itu, orang-orang ramai berkerumun, dilengkapi papan karambol dan kartu remi.

Di sisi lain, saya melihat perlunya sesuatu yang bisa menghilangkan kejenuhan dan kepanikan itu. Kita perlu referensi lain selain berita tentang ganasnya Covid-19 yang malah membuat pikiran makin liar. Terang saja, untuk merawat dan menumbuhkan optimisme bahwa semua akan lekas berlalu dan kita mampu melaluinya dengan tegar, kita butuh bacaan segar sekaligus menyenangkan. Berikut saya rekomendasikan bacaan selain berita korban Covid-19 yang terus bertambah itu:

Pertama, membaca koran
Membaca koran dapat sejenak memanjakan mata, karena sejauh ini pembelajaran dan pekerjaan secara daring menuntut kita terpaku pada layar ponsel maupun monitor komputer/laptop. Membaca koran juga berarti kita membantu para pekerja informal khususnya penjual koran dalam mencari penghasilan untuk terus menyambung hidup. Sebab mereka tak bisa hanya #dirumahaja sebagaimana para pekerja formal, pekerjaannya menuntut untuk keluar rumah melawan rasa takut yang dirasakan kebanyakan orang. Kita bisa membelinya di hampir setiap lampu merah saat kita keluar mencari kebutuhan dapur maupun saat piket di tempat kerja.

Meski pemberitaan di koran tak luput dari pandemi Covid-19, kita akan banyak menemukan konten lain seperti kolom yang berisi opini maupun cerpen, iklan properti dan otomotif, hingga berita olahraga. Tentunya hanya dengan 2 sampai 3 ribu rupiah, kita bisa memanjakan mata untuk melihat lembaran yang lebih lebar dan membantu pekerja informal untuk terus bertahan.

Kedua, Poster-poster Donasi Sosial
Rekomendasi bacaan yang kedua ini, secara khusus saya persembahkan untuk memunculkan kembali rasa kemanusiaan, jiwa gotong-royong yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Gerakan-gerakan solidaritas semacam ini muncul secara alamiah atas kesadaran bahwa rakyat harus membantu rakyat yang lain, saling panggul-memanggul. Selain tetap berharap agar pemerintah tidak lamban atau kemudian lepas tangan pada warga negaranya, kita tetap berusaha mencari alternatif gerakan untuk saling membantu.

Poster-poster donasi sosial bagi para pekerja informal maupun tenaga medis, banyak sekali beredar dan kita jumpai. Di Instagram, Facebook, Twitter, bahkan di grup Whatsapp bapak-bapak RT dan grup ibu-ibu PKK juga banyak tersebar. Bantuan yang nantinya disalurkan macam-macam bentuknya, bisa berupa nasi bungkus, sembako, masker, hand sanitizer untuk pekerja informal, hingga alat pelindung diri (APD) untuk para tenaga medis. Membaca poster donasi juga menyadarkan kita bahwa jika tidak memungkinkan untuk menyumbang waktu dan tenaga, kita bisa menyumbang dalam bentuk materiel.

Ketiga, Buku-buku Keagamaan
Saya kira ini menjadi bacaan wajib bagi siapa pun yang merasa selama ini terlampau jauh dari Tuhan, dan menyadari bahwa pandemi ini sebagai peringatan untuk kemudian mendekatkan diri kembali pada sang pencipta. Tentunya buku-buku keagamaan sangat relevan meski untuk mereka yang sudah berumur. Barangkali samasa kecilnya tidak pernah ikut TPA dan tak mengerti kisah-kisah inspiratif para nabi dalam melalui berbagai cobaan. Sebab tiada kata terlambat untuk melakukan hal-hal baik, termasuk bertaubat dan mempelajari agama secara kaffah.

Keempat, Chat dari Doi
Rekomendasi yang terakhir, barangkali menjadi bacaan yang paling ampuh dalam mengatasi kejenuhan dan kepanikan. Membaca chat dari seseorang yang selama ini kita bribik mampu menumbuhkan optimise, bahwa kita harus bertahan melalui hari-hari sulit ini untuk nantinya mengisi hari-hari bahagia pasca corona bersamanya.

Dua poin yang perlu saya sampaikan. Pertama, jika memang tidak ada chat masuk dari doi, yang bisa dilakukan adalah scroll up chat yang lampau. Itu bisa sedikit menenangkan hati sembari menunggu chat masuk. Kedua, jika chat dari doi hanya emoticon jempol atau senyum meringis dengan mengeluarkan air mata, atau hanya dibalas “ha-ha” maupun ”wk-wk”. Artinya ada harus sabar, dalam hal ini sabar menghadapi masa-masa pandemi dan sabar menerima bahwa doi tak memiliki ketertarikan terhadap Anda. Tenang saja. Pesan saya: pepet terus!

Demikianlah rekomendasi bacaan yang kiranya dapat mengisi hari-hari di tengah pandemi Covid-19. Setiap orang berhak mengartikan pandemi ini sebagai cobaan, peringatan, maupun kemurkaan Tuhan. Namun, bagi saya ini adalah peringatan, bahwa sekuat, sekaya, dan sedigdaya apa pun manusia dalam mengejar relasi dan kuasa, dan ternyata kita tak berdaya bahkan untuk menghadapi sesuatu yang tak kasat mata. Mau #dirumahaja atau bekerja di luar rumah, tetap jaga kesehatan dan perbaiki hubungan dengan Tuhan. Salam sehat sukses selalu.

What's your reaction?
0Suka0Banget
Show CommentsClose Comments

Leave a comment